Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

It: Chapter 2 Rilis, Sejak Kapan Badut Dianggap Menakutkan?

Baca di App
Lihat Foto
Warner Bros. Entertainment Inc
Karakter horor Pennywise dalam film It
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Kisah horor IT kembali lagi ke layar lebar dalam IT: Chapter 2. Cerita tentang badut Pennywise ini menceritakan tentang teror badut keji kepada anak-anak.

Kemunculan karakter badut ini banyak menimbulkan ketakutan. Bahkan ada pula yang menderita ketakutan atau fobia akan badut.

Meski ketakutan ini nyata, tetapi tidak banyak orang yang menderita fobia akan badut. Namun seperti dilansir dari Smithsonian Magazine, Rabu (4/9/2019), kebencian akan badut ternyata bukan hanya ketakutan semata.

Pada tahun 2006, belasan patung badut yang menjadi bagian dari pameran seni di Florida dirusak oleh sekelompok orang.

Pada tahun 2008, sebuah survei yang dilakukan oleh University of Sheffield, Inggris terhadap 250 anaki-anak usia 4 sampai 16 tahun menemukan bahwa sebagian besar anak-anak tidak menyukai dan bahkan takut pada gambar badut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Ini, Badut Pennywise Beraksi Lagi dalam It: Chapter 2

Laporan BBC menyatakan, sangat sedikit anak-anak yang suka akan badut. Memang mereka terlihat lucu, namun banyak yang menganggap bentuk badut dan tingkah mereka terlihat aneh.

Tetapi sebenarnya, banyak badut yang bertingkah konyol dan berusaha bersikap manis serta menyenangkan.

Jadi pertanyannya, kapan sosok badut yang awalnya dikenal periang dan menghibur beralih menjadi sosok yang menyeramkan?

Badut awalnya memang sosok yang menyeramkan

Badut sudah ada sejak lama. Sosok ini muncul pada sebagian budaya di dunia. Bahkan tercatat, kebudayaan Mesir kuno juga mengenal badut kerdil yang mampu membuat Firaun tertawa pada tahun 2500 Sebelum Masehi.

Selain itu, sosok badut juga terekam dalam manuskrip China kuno. Kebudayaan asli Amerika juga mengenal badut yang dikenal mengganggu tradisi atau ritual dengan tingkah jenaka.

Suku Cherokee mengenal badut sebagai sosok yang mengganggu tarian dan ritual mereka. Sosok ini sering digambarkan memiliki wajah yang rusak dan badan yang terinfeksi penyakit seperti cacar.

Selama ritual berlangsung, karakter pengganggu ini akan menyajikan humor sekaligus ancaman.

Sementara di benua Eropa, badut dikenal sejak abad pertengahan. Munculnya sisi gelap badut di Eropa dimulai sejak abad ke-16.

Menurut penulis Bad Clowns, Benjamin Radford seperti dilansir dari laman History, mengatakan, badut diidentikan dengan kata penipu.

Menurut Radford penipu dapat memiliki dua wajah yakni jenaka, tetapi bisa menakutkan.

Baca juga: It: Chapter 2 Rilis di Indonesia, Kenapa Badut Bikin Seram?

Dia mengatakan, adalah keliru untuk menanyakan kapan karakter badut menjadi buruk. Ini karena, sosok badut sejak kemunculannya tidak pernah digambarkan memiliki sifat yang baik.

"Adalah keliru untuk bertanya kapan badut menjadi buruk, karena mereka tidak pernah baik," ucap Radford.

Lihat Foto
FREEPIK.com
Ilustrasi
Awal kisah kelam badut di Eropa

Salah satu karakter badut yang dimaksud ada dalam sosok Harlequin. Sosok ini muncul pertama kali di teater komedi Italia pada abad ke-16.

Harlequin dikenal karena topeng dan pakaiannya yang berwarna-warni. Dia digambarkan sering menjadi pelayan yang lucu namun memmiliki sikap amoral. Di seluruh Eropa, drama-drama mengenai Harlequin banyak dipertunjukan.

Drama ini juga mengilhami pertunjukan boneka berjudul Punch di Inggris pada abad ke-18 dengan tokoh terkenalnya Punch dan Judy.

Punch adalah karakter penuh warna dan menyenangkan, tetapi di sisi lain, ia juga menyeramkan. Punch, dalam naskah drama tersebut dikenal sering membuat lelucon, namun ia tak segan untuk memukul istrinya bahkan tega membunuh anaknya.

Radford mengatakan, karakter Harlequin dan Punch merupakan pola dasar badut jahat klasik yang telah ada di Inggris selama lebih dari 300 tahun.

Baca juga: 2019 Badut Horor dari Film It Akan Kembali ke Layar Lebar

"Ini merupakan perpaduan aneh, di mana horor dan humor yang selalu identik dengan badut," ucap Radford.

Kisah badut yang buruk atau mengalami cerita sedih, setidaknya sering muncul dalam budaya Eropa setelahnya, atau sepanjang abad ke-19.

Bahkan karakter ini juga muncul dalam salah satu novel karya Charles Dickens berjudul The Pickwick Papers (1836). Dalam cerita tersebut, Dickens mengambarkan sosok badut yang mengkonsumsi alkohol.

Salah satu artikel yang ditulis oleh BBC mengabarkan, karakter dalam novel karya Dickens terinspirasi oleh kisah hidup Grimaldi.

Pada pergantian abad ke-19, bintang pantomim Inggris, Grimaldi menciptakan karakter alter ego bernama Joey.

Karakter ini merupakan cikal bakal dari badut yang kita kenal hingga saat ini. Joey digambarkan sebagai sosok yang meneror orang-orang di seluruh dunia.

Di Perancis, karakter Grimaldi digambarkan secara apik oleh Jean-Gaspard Deburau's Pierrot. Dia dikenal di negara tersebut tampilan yang eksentrik, wajah putih dengan alis hitam dan bibir merah.

Di jalan-jalan Perancis, Debirau dikenal sebagai sosok yang menghibur, namun tidak dengan kisah hidupnya. Jika Grimaldi di London berakhir dengan tragis karena meninggal sendiri, Deburau di Perancis terkenal karena kisah hidupnya yang suram.

Pada tahun 1836, Deburau membunuh seorang anak laki-laki dengan pukulan dari tongkatnya setelah pemuda itu meneriaki dia di jalan.

Dengan demikian, dua badut terbesar dalam era modern adalah dua orang laki-laki bermasalah yang mengasi rezeki di balik make up cerianya.

Kemudian pada tahun 1892, dalam kisah karya Ruggero Leoncavallo yang dipertunjukkan di Opera Pagliacci atau badut dalam bahasa setempat, menampilkan badut yang menemukan istrinya selingkuh dan membunuhnya di atas panggung.

Dalam salah satu adegan, badut tersebut mengeluhkan pekerjaannya yang selalu membuat penonton tertawa, bahkan saat ia sedang menangis.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Joseph Grimaldi, Badut Terhebat Sepanjang Masa

Selain Leoncavallo, kisah badut mengenaskan lain juga ditulis oleh seniman Perancis, Catulle Mendes. Dalam cerita tersebut, setelah sang badut membunuh istrinya, bibir si karakter utama lalu dioles dengan darah sang istri sehingga menjadi merah.

Setelah masa kejayaan pertunjukan badut Grimaldi dan Deburau, tradisi pantomim mulai meninggalkan pentas opera di Eropa dan beralih ke sirkus.

Menurut Smithsonian Magazine, pertunjukan sirkus dimulai pada tahun 1760-an yang menyajikan pertunjukan berkuda pada awalnya.

Pertunjukan ini menghadirkan arena melingkar khusus untuk kuda. Kemudian seiring berjalannya waktu, sirkus juga menampilkan pertunjukan lain seperti seniman trapeze, akrobat, dan badut.

Pada saat itu, para badut tampil dengan komentar mereka akan pertunjukan berkuda. Namun semakin lama, mereka memiliki porsi tersendiri dalam sirkus.

Lihat Foto
New Line/Warner Bros
Badut Pennywise yang diperankan oleh Bill Skarsgard dalam film horor It. Film ini diadaptasi dari novel Stephen King berjudul sama yang diterbitkan pada 1990.
Badut sampai ke Amerika

Kisah-kisah hidup badut yang kompleks ini pun sampai ke tanah Amerika saat pertunjukan sirkus ala Inggris sampai ke negeri itu.

Pada tahun 1924, kisah mengenai badut yang memiliki kehidupan pahit dan penuh dendam ditampilkan ke publik Amerika dalam film bisu berjudul He Who Get Slapped.

Lalu satu setengah dekade kemudian, tokoh ikonik Joker muncul dan menjadi musuh abadi superhero Batman.

Namun sosok badut yang selalu digambarkan mengalami kemalangan berubah saat publik Amerika mengenal Ronald McDonald.

Dalam salah satu iklan produk makanannya, karakter Ronald dipulas menjadi seseorang yang selalu tersenyum dan bahagia.

Ronald yang kemudian menjadi ikon makanan cepat saji menjadi populer seiring dengan berkembangnya televisi di kalangan keluarga di AS pada tahun 1950 dan 1960-an.

Tetapi pada akhir dekade 1970-an dan awal tahun 1980-an, citra badut di Amerika bergeser kembali menjadi menyeramkan.

Baca juga: Badut Pennywise dari Film Horor It Raup Rp 1,3 Triliun dalam 3 Hari

Salah satu penyebabnya adalah liputan media mengenai John Wayne Gacy. Ia dikenal sebagai seorang pembunuh berantai yang mengenakan kostum Pogo The Clown.

Radford mencatat, Gacy bukanlah badut profesional. Bahkan dia bukanlah seseorang yang memikat korbannya dengan mengenakan kostum ini.

Namun dalam salah satu wawancara, Gacy berhasil menggambarkan dirinya seperti karakter badut Pogo. Dia juga disebut-sebut sebagai inspirasi dari karakter Pennywise dalam cerita IT.

Setelah itu, muncullah kisah IT yang diambil dari novel Stephen King tentang badut yang menakutkan.

Dalam film tersebut, karakter badut bernama Pennywise merupakan sosok supranatural yang bersembunyi di pinggiran kota dan berniat membunuh anak-anak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi