Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Baby Blues, Gangguan Jiwa yang Kerap Dialami Pasca-kelahiran

Baca di App
Lihat Foto
JackF
Ilustrasi ibu mertua
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kejadian yang menimpa seorang ibu, FM, yang tega membunuh anaknya berusia 3 bulan sempat ramai di media sosial.

Diketahui, FM mengalami bisikan misterius yang membujuk dirinya untuk mengakhiri buah hatinya sendiri dengan iming-iming anaknya akan masuk surga.

Ia juga sempat mendengar bisikan yang mengatakan dirinya belum siap memiliki anak.

Adapun kecemasan dan kekhawatiran yang dialami FM termasuk dalam kondisi Baby Blues, yakni perubahan psikologis secara mendadak yang dirasakan seorang ibu setelah proses melahirkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, tidak semua ibu pascaproses melahirkan akan mengalami Baby Blues.

Lalu, apa saja ciri, penyebab, dan gejala Baby Blues?

Gejala

Dokter spesialis Obstetri & Ginekologi dr Ekarini menyampaikan bahwa ada dua gejala yang muncul pada ibu yang mengalami baby blues, yakni bayi yang tidak dikehendaki dan kondisi ibu yang belum siap mental untuk memiliki bayi.

Eka menjelaskan kondisi tersebut bisa juga dirasakan dari faktor internal, seperti ketika ibu harus melawan kesakitan saat melahirkan dan perubahan bentuk tubuh.

Sementara untuk faktor eksternal, ibu juga bisa terdampak Baby Blues saat menerima banyak tekanan dari lingkungan, maupun dari keluarga.

Bayang-bayang mengenai sejumlah pekerjaan rumah yang menggunung dan harus diselesaikan disertai kewajibannya mengasuh anak terus ada di pikiran ibu yang mengalami Baby Blues.

Apalagi jika suami sambil bekerja dan tidak bisa menemani istri seharian.

Ia akan merasa sendu, bahagia, sedih, tiba-tiba menangis, cemas, gelisah, kesepian, dan lainnya.

Baca juga: Waspada Baby Blues Mengintai Ibu Hamil, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Penyebab

Pada tubuh ibu yang tengah mengandung, hormon di dalam tubuh mengalami peningkatan agar ibu siap menerima bayi.

Eka menjelaskan, karena pada waktu hamil perut wanita makin membesar, ada hormon progesteron yang membuat rahim kian membesar dan tidak menyebabkan kontraksi.

Selain itu, rasa nyeri yang dialami wanita hamil juga menimbulkan keluhan seperti nyeri haid, dan mempengaruhi munculnya Baby Blues.

Kemudian, pendarahan juga dapat menyebabkan Baby Blues. Dengan demikian, Eka menyarankan agar wanita mengandung disarankan memiliki kadar Hemoglobin (Hb) mencapai 10-12 agar tidak terjadi pendarahan.

Tidak hanya dari segi fisik saja, penyebab lain munculnya Baby Blues adalah kondisi psikologis ibu baru.

Saat itu, ibu baru masih dalam proses adaptasi menjadi seorang ibu, hingga muncul kendala psikis jika ibu alami kecemasan mengalami kesulitan menyusui dan tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi bayi.

Ciri-ciri

Tak hanya itu, ibu baru dengan Baby Blues memiliki ciri-ciri merasa bosan karena yang dihadapi dalam sehari-hari hanyalah seputar merawat anak dan mengasuh bayi yang ternyata cukup merepotkan.

Efek sampingnya ibu mengalami kelelahan luar biasa, kurang istirahat, bahkan insomsia. Akibatnya ibu tidak bisa berkonsentrasi dalam mengasuh bayi.

Baby Blues akan semakin kentara saat bayi sering rewel dan menangis tiada henti, meski segala upaya telah dikerahkan ibu.

Jika sudah begitu, ibu akan merasa kecewa terhadap diri sendiri dan ikut menangis.

Kemudian, ciri lainnya, yakni ibu secara tidak sadar akan mudah tersinggung, mudah marah, dan lebih sensitif, apalagi jika si kecil sering menangis dan muntah, ibu secara tidak sadar akan memarahi bayi.

Apalagi saat suami tidak berusaha membantu menyelesaikan problem yang dihadapinya.

Selanjutnya, ibu akan merasa terasing, bersalah, dan malu jika hal yang awalnya mendapat perhatian penuh dari keluarga, kemudian berangsur berkurang.

Belum lagi jika orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur dalam mengurus anak karena merasa berpengalaman.

Hal itu menimbulkan ibu semakin bingung dan muncul rasa bersalah sekaligus malu jika dikomentari kurang terampil dalam mengurus anak.

Baca juga: 3 Ciri KhasBaby Blues pada Ibu yang Baru Melahirkan

Penanganan Baby Blues

Psikolog anak, Roslina Verauli mengungkapkan cara mengatasi Baby Blues, yakni agar para ibu tidak mendoktrin dirinya menjadi "super mom" saat tiga bulan setelah proses melahirkan.

Selain itu, ibu juga tidak perlu mengurus bayi sendiri, ia tidak masalah jika meminta bantuan dari suami atau keluarga dekat.

Dalam hal ini, suami dan istri bisa saling berbagi tugas, terutama mengatasi Baby Blues yang dialami istri.

Sebab, ikatan anak baru muncul ketika di usia 3-4 bulan.

Riset mengungkapkan bahwa ayah yang menunjukan kepedulian sejak istri hamil dengan mengantarnya ke dokter, memijat istri, diprediksi kelak menjadi ayah yang terlibat dalam pengasuhan.

Baca juga: Cara Efektif Atasi “Baby Blues”

(Sumber: Gloria Setyvani Putri, Lusia Kus Anna, Kahfi Dirga Cahya)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi