Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Tawuran Masih Kerap Terjadi? Ini Penjelasan Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Ambaranie Nadia K.M
Situasi di depan Stasiun Manggarai saat terjadi tawuran antarwarga, Minggu (8/1/2017). Foto ini diambil sebelum polisi menembakkan gas air mata.
|
Editor: Sari Hardiyanto



JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran antar warga terjadi di kawasan Manggarai, tepatnya di depan pasar Raya Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 16.30 WIB.

Adapun para warga yang terlibat adalah dari Tebet, Jakarta Selatan dan Menteng, Jakarta Pusat.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeprapto mengatakan, tawuran yang terjadi di Manggarai sudah berlangsung lama dan terjadi karena banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain kepadatan penduduk, jurang yang kaya dan miskin begitu besar, lalu lintas yang padat hingga akhirnya menyulut agresivitas massa dan menjadi mudah disulut kemarahannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, ada banyak faktor lain yang melatarbelakangi tawuran yang terjadi akhir-akhir ini.

"Ada tiga faktor yang menjadi penyebab tawuran, faktor karena memang diadu, faktor kepentingan, dan dendam lama," kata Koentjoro saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2019).

Menurutnya, alasan warga ataupun pelajar melakukan tawuran adalah untuk mendapat pengakuan dari orang lain.

"Karena pada dasarnya, manusia memiliki sifat kebinatangan. Dari situ akan timbul rasa ingin diakui atau ingin terlihat wah," lanjutnya.

Baca juga: Ini Kronologi Tawuran di Atas Rel yang Terjadi di Manggarai

Bibit Tawuran

Koentjoro menyebutkan, motivasi seseorang untuk melakukan tawuran juga dapat muncul dari sejak keluarga. Misalnya saja saat pembagian warisan.

Dalam pembagian warisan tersebut salah satunya adalah membagikan tanah. Bila tanah yang didapat dipermasalahkan, maka akan dibela mati-matian atau dalam bahasa jawa disebut sakdumuk batuk, sanyari bumi.

Hal tersebut sudah menggambarkan salah satu bibit tawuran.

Selain itu, Koentjoro mencontohkan kasus yang terjadi di Papua kemarin adalah karena masalah ketersinggungan yang telah terjadi sejak lama.

"Penyebabnya karena mereka sangat tersinggung, tentu tersinggungnya bukan hanya kemarin dan masuknya kepentingan lain, tetapi sudah menumpuk hingga akhirnya meledak," paparnya.

Dirinya menambahkan, tawuran di desa dan di kota penyebabnya berbeda.

"Kalau di desa tawuran terjadi karena nilai dan masalahnya sepele, misalnya perebutan tanah dan saat nonton dangdut lalu bersenggolan akhirnya menimbulkan tawuran antar geng. Bila di kota, terjadi karena mobilisasi massa, artinya menyewa preman," imbuhnya.

Faktor Kepentingan

Menurutnya, di luar negeri jarang terjadi tawuran. Yang terjadi seperti di Hongkong kemarin adalah karena faktor kepentingan.

Tetapi antar kampung jarang terjadi, dikarenakan masyarakat di luar negeri lebih individualis.

"Di luar negeri tidak ada orang yang nongkrong atau berkumpul, kalau di Indonesia banyak. Kegiatan tersebut dapat memicu dan menyulut tawuran," terangnya.

Lebih lanjut, Koentjoro juga memberikan saran-saran kepada para orang tua dan anak-anaknya agar tidak melakukan tawuran. Pertama yakni selalu mengingatkan dan mengontrol anaknya. Hal itu diperlukan untuk pencegahan. 

"Yang kedua, buat apa sih tawuran? selalu ingatkan kepada anak-anak kita, tidak ada yang untung. Saya menggunakan kata-kata njuk piye? terus bagaimana? apa terus juara? kan gak dapat apa-apa," tutupnya.

Baca juga: Akibat Tawuran di Manggarai, Ada Percikan Api di KRL yang Melintas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi