KOMPAS.com - Tahun 1997 menjadi tahun kesedihan bagi pejuang kemanusiaan.
Setelah berduka atas meninggalnya Putri Diana pada 31 Agustus 1997, satu minggu berselang Bunda Teresa menyusul kepergian Putri Diana.
Pada 5 September 1997, sekitar 22 tahun lalu, peraih Nobel Perdamaian itu meninggal dunia di pusat biara suster-suster Ordo Misionaris Cinta Kasih (MC), Calcutta, India.
Harian Kompas, 6 September 1997, memberitakan, Bunda Teresa meninggal karena gangguan fungsi jantung yang telah dideritanya sejak lama.
Ia meninggal saat sedang mempersiapkan doa khusus untuk Putri Diana.
Mengetahui kabar itu, Paus Yohanes Paulus II menyatakan kesedihan mendalam.
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, juga mengungkapkan duka.
"Ia adalah seorang pribadi sangat mengagumkan. Dan, saya pikir, saya sangat beruntung pernah bertemu dengan dia beberapa kali," kata Clinton.
Masa kecil
Dikutip dari Biography, Bunda Teresa lahir pada 1910 di Skopje, Makedonia dengan nama baptis Agnes Gonxha Bojaxhiu.
Orangtuanya merupakan keturunan Albania yang telah bekerja di India selama 17 tahun.
Keduanya sering terlibat dalam kegiatan gereja lokal serta perjuangan politik untuk mendukung kemerdekaan Albania.
Setelah kematian ayahnya, ibu dari Bunda Teresa selalu menanamkan komitmen untuk terus mengasihi dan beramal kepada Teresa kecil.
"Anakku, jangan pernah makan seteguk pun kecuali kamu membaginya dengan orang lain," demikian nasihat ibunya.
Teresa mengenyam pendidikan di sekolah dasar yang dikelola oleh biara.
Ia juga aktif dalam paduan suara Hati Kudus setempat dan sering diminta untuk menyanyi solo.
Pendidikan biarawati
Saat berusia 18 tahun, Teresa memutuskan untuk menjadi seorang biarawati dan berangkat ke Irlandia.
Di sana, ia bergabung dengan para Suster Loreto di Dublin.
Di tempat inilah, ia mengambil nama Suster Mary Teresa, seperti yang banyak dikenal.
Pada 1931, ia kembali ke India dan ditugaskan untuk mengajar di Sekolah Menengah Santa Maria, sebuah sekolah yang dikelolah oleh para suster loreto.
Teresa mengabdikan dirinya untuk mengurangi kemiskinan anak-anak perempuan melalui pendidikan.
Pada 1937, ia mengambil gelar "Bunda" setelah melakukan Sumpah Profesi Terakhir. Ia kemudian dikenal sebagai Bunda Teresa.
Panggilan jiwa
Bunda Teresa merasa mendapatkan panggilan jiwa pada 1946 yang kemudian mengubah jalan hidupnya.
Ia berhenti mengajar dan pergi ke kaki Bukit Himalaya untuk membantu orang-orang di wilayah termiskin itu.
Karena telah melakukan sumpah taat, Bunda Teresa tidak meninggalkan biara begitu saja tanpa izin resmi.
Butuh waktu setengah tahun untuk melakukan lobi kepada biara agar diperbolehkan untuk keluar.
Setelah resmi keluar, ia mengenakan sari biru putih yang selalu ia pakai di depan selama masa hidupnya.
Kesepian dan kelaparan
Bunda Teresa yang memimpin sekitar 4.500 biarawati dan mengoperasikan Ordonya serta berkarya di 111 negara, selalu berbicara soal kemiskinan dan kelaparan.
Selain itu, ia juga banyak menangani persoalan seperti orang-orang yang kesepian, terlupakan, dan disia-siakan.
"Kesepian adalah salah satu bentuk kelaparan, kelaparan akan kehangatan, dan perhatian. Jenis kelaparan seperti ini jauh lebih sulit disembuhkan daripada kelaparan akan makanan." kata Bunda Teresa seperti dikutip dari Harian Kompas, 6 September 1997.
Lebih dari 45 tahun Bunda Teresa berjuang untuk membela orang miskin dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka harus dirangkul.
Ia tak pernah memandang orang-orang miskin sebagai rendahan. Ia justru membuka mata dunia bahwa orang-orang melarat tetap memiliki martabat.
Menurut dia, kemiskinan seharusnya membuat orang malu akan keserakahannya.
Bunda Teresa menunjukkan enam jalan untuk melayani dan memberikan cinta kepada sesama. Yakni, keheningan, doa, iman, cinta, pelayanan, dan damai.
Penghargaan
Pada Februari 1965, Paus Paulus VI menganugerahkan Dekrit Pujian kepada Ordo Misionaris Cinta Kasih yang didirikan oleh Bunda Teresa.
Hingga Bunda Teresa berpulang pada 1997, yayasan itu memiliki lebih dari 4.000 relawan dengan 610 cabang di 123 negara.
Bunda Teresa juga dianugerahi Jewel of India, penghargaan tertinggi yang dianugerahkan kepada warga sipil India, serta Medali Emas Uni Soviet dari Komite Perdamaian Soviet.
Pada 1979, Ia mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian atas pengabdiannya membantu umat manusia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.