Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi 9/11 dan Kisah Tak Terungkap di Baliknya

Baca di App
Lihat Foto
Associated Press
Para pengunjung menyentuh nama-nama korban tewas dalam serangan terhadap gedung World Trade Center di New York, AS, 11 September 2001 pada peringatan 15 tahun serangan teror itu, Minggu (11/9/2016). Pada 11 September 2017, mereka peringati 16 tahun serangan itu.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.COM - Tragedi pada 11 September 2001 masih menyisakan kenangan pahit. Kala itu, warga Amerika Serikat berduka karena mendapatkan serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang dan membuat 6.000 lainnya luka-luka.

Tragedi ini membuat dua menara kembar yakni World Trade Center (WTC), yang menjadi pusat bisnis di kawasan Manhattan, diserang oleh kelompok militan dengan menggunakan pesawat terbang.

Saat itu, terdapat empat pesawat yang diambil alih, yaitu America Airlines Penerbangan 11, American Airlines Penerbangan 77, United Airlines Penerbangan 175, dan United Airlines Penerbangan 93.

Tragedi ini bermula pada pukul 08.46 pagi ketika Amerikan Airlines Penerbangan 11 yang dibajak menabrakkan diri ke North Tower WTC. Beberapa saat setelah itu, lima pembajak lain yang mengendarai United Airlines Penerbangan 175 menabrakkan ke Menara Selatan WTC.

Baca juga: Interogasi Tahanan Pelaku Serangan 9/11, CIA Pakai Serum Kejujuran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski telah berselang selama 18 tahun, namun luka, ingatan, dan cerita pilu saat kejadian masih membekas, seperti:

Kisah mereka yang selamat

Pegawai yang tidak pernah beristirahat

Seorang direktur eksekutif di Morgan Stanley, Greer Epstein jarang meninggalkan kantornya yang berada di lantai 67 di South Tower WTC karena ia tak pernah memiliki waktu.

Dilansir dari CNN, Selasa (9/10/2019), sekitar 20 menit sebelum jam 09.00 pagi, seorang temannya menelepon dan mengajaknya untuk membeli rokok dan membiarakan rapat kerja yang akan datang.

Epstein pun menyetujuinya. Namun saat menaiki lift, Epstein merasakan laju lift sedikit tersentak. Namun ia mengabaikannya.

Epstein melangkah keluar gedung dan baru menyadari ada yang aneh di sekitarnya. Saat itu, semua mata yang ada di luar gedung tertuju ke langit.

Dia melihat adanya asap dan adanya api di menara utara. Sesaat setelah itu, dia menyaksikan sebuah pesawat melalui gedung tempatnya bekerja di menara selatan.

Mundur dari rencana liburan

Setiap hari, semua orang membuat keputusan, entah itu kecil atau keputusan besar. Setiap pertimbangan yang diambil tentunya menempatkan seseorang dalam sebuah keadaan.

Begitu pula dengan Daniel Belardinelli, seorang seniman yang tinggal di New York. Sebelum kejadian, Belardinelli yang awalnya akan belrlibur ke Yosemite.

Tetapi satu minggu sebelum pesawat berangkat, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan rencananya menaiki pesawat United Airlines Penerbangan 93.

United Airlines Penerbangan 93 merupakan salah satu pesawat yang dibajak. Namun saat kejadian, para penumpang melakukan perlawanan. Akibatnya, pesawat terpaksa jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania.

Baca juga: Trump Buat Kesalahan Klaim Terkait Tragedi 9/11

Seminggu sebelum kejadian, Belardinelli memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana perjalanan karena ada pekerjaan yang sedang menantinya. Namun sayang, dalam perjalanan itu, paman Belardinelli yang berada di dalam pesawat menjadi korban tewas

Kode penerbangan yang salah

Seorang pramugari United Airlines, Elise O'Kane pada awalnya berniat untuk melakukan perjalanan biasa dari Boston ke Los Angeles.

Tetapi pada bulan Agustus saat ia sedang mkenjadwalkan penerbangan pada bulan September, O'Kane secara tidak sengaja membalik dua nomor kode terakhir yang mengakibatkannya mendapat jadwal yang salah.

Dia menukar penerbangan dengan petugas lain untuk seluruh perjalanan, kecuali penerbangan 175 karena ia memang berencana untuk ke Los Angeles. Pada saat itu, O'Kane berusaha untuk mengganti jadwalnya. Ia pun masuk ke sistem komputer dan mencoba untuk meminta penerbangan tersebut.

Namun saat itu, sistem komputer membeku dan tidak memproses penerbangannya. Permintaannya untuk Penerbangan 175 ditolak. Dia harus terbang ke Denver dan bukannya Los Angeles.

Terlambat ke kantor

Pada pukul 8:45 pagi, Rob Herzog biasanya sudah berada di kantor Marsh & McLennan di lantai 96 North Tower WTC. Pada waktu itu, ia bekerja sebagai wakil presiden operasi di perusahaan tersebut.

Tetapi dalam perjalanannya ke kantor, dia berhenti di sebuah kantor pos dekat apartemen Upper West Side.

Kemudian dia naik kereta bawah tanah lokal ke selatan dan mencoba untuk pindah ke stasiun di 59th Street.

"Saya mencoba beralih ke kereta ekspres A. Tapi saat itu kereta sangat ramai. Saya merasa sesak napas dan akhirnya kembali menggunakan kereta lokal," ucap Herzog.

Baca juga: Inilah Pesan Terakhir Para Korban Tragedi 9/11

Keputusannya untuk berganti kereta membuat Herzog terlambat lima menit ke kantornya. Ketika itu, sebuah pesawat Boeing 767 telah menabrak gedung tempatnya bekerja.

Lihat Foto
AP/Bebeto Matthews
Kelompok keluarga dan pendukung korban serangan teroris 11 September 2001 memprotes larangan migrasi oleh Presiden AS Donald Trump, di New York, 16 Febaruari 2017.
Cerita di balik foto Falling Man

Tragedi 9/11 pagi itu banyak menyisakan cerita misteri. Bahkan dalam kejadian itu, fotografer Richard Drew yang kemudian mengambil gambar serangan memotret seorang pria pria yang jatuh dan melewati gedung menuju ke tanah.

Melansir laman Time, foto itu diterbitkan di surat kabar di seluruh Amerika Serikat pada hari-hari setelah serangan dan menjadi salah satu gambar peringatan tragedi.

Hingga bertahun-tahun setelah tragedi itu, identitas pria dalam foto yang dijuluki Falling Man itu belum menemukan titik terang.

Meski begitu, belakangan pria yang terpotret dalam foto tersebut diyakini merupakan karyawan di restoran Windows on the World yang berada di puncak North Tower.

Pramugari yang membantu mengidentifikasi para pembajak

American Airlines Penerbangan 11 adalah pesawat pertama yang dibajak pada pagi hari 11 September 2001.

Setelah para pembajak mengambil kendali atas pesawat sekitar pukul 8:15 pagi, pramugari Betty Ong dan Madeline Amy Sweeney berhasil menghubungi maskapai.

Kala itu, Ong menggambarkan situasi di dalam pesawat sementara Sweeney menyampaikan di mana para pembajak telah duduk.

Menurut artikel yang diterbitkan New York Times, Ong menelepon pusat reservasi maskapai dengan Airfone yang tersedia di pesawat.

Dia saat itu menghubungi agen reservasi Nydia Gonzales dan mengatakan bahwa pilot beserta kopilot di dalam kokpit tidak dapat dihubungi. Ia juga menyampaikan bahwa dua awak kabin di kelas bisnis ditusuk. Satu awak dalam kondisi kritis, sementara lainnya meninggal dunia.

Baca juga: Tragedi 9/11 AS, Empat Pesawat Dibajak dan Satu Sasaran Meleset...

Nydia kemudian menyampaikan informasi yang diterimanya kepada pusat kendali krisis American Airlines. Ong juga memberikan informasi terkait para pelaku. Menurutnya, pembajak pesawat adalah penumpang yang berada di kursi 2A dan 2B.

Setelah menyampaikan kondisi di dalam pesawat, Nydia mengatakan bahwa dia tidak lagi mendengar suara Ong.

Selain Ong, pramugari lainnya, Sweeney menghubungi manajernya di Boston. Menurut The Telegraph, Sweeney melaporkan kejadian penusukan dan melihat adanya air serta bangunan. Belakangan diketahui, air yang dimaksud Sweeney adalah Sungai Hudson.

Para pramugari tetap melakukan panggilan sampai pesawat hampir menabrak North Tower WTC pada pukul 8:46 pagi.

Lihat Foto
ist
Peta serangan 11 September 2001
Kehilangan ratusan pegawai

Peristiwa 9/11 terjadi di salah satu pusat perkantoran dan bisnis paling sibuk di dunia.

Tentunya, kejadian ini menyisakan luka bukan hanya bagi para korban dan anggota keluarga, namun juga untuk perusahaan yang saat itu kehilangan banyak pegawai.

Dari berbagai sumber, saat itu, setidaknya ada tiga perusahaan kehilangan ratusan pegawai, antara lain:

Baca juga: 17 Tahun Berlalu, 1.111 Korban Tragedi 9/11 Belum Dapat Diidentifikasi

Marsh & McLennan

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa asuransi ini kehilangan 295 orang karyawannya. Tak hanya itu, perusahaan juga kehilangan 63 orang konsultan yang saat itu sedang berada di dalam kantor.

Mengutip situs perusahaan, seluruh pegawai yang masuk pada hari itu menjadi korban tewas. Ini karena posisi kantor Marsh & Lemman berada di North Tower tepatnya di lantai 93-100.

Aon Corporation

Saat kejadian, Aon Corporation menempati lantai 92 dan lantai 98-105 di South Tower WTC. alam peristiwa tersebut, sebanyak 176 pegawai Aon tewas, termasuk wakil direktur utamanya, yakni Kevin Cosgrove.

Saat itu, Cosgrove menjadi orang yang menghubungi layanan telepon darurat 911 ketika mengetahui bahwa gedung akan runtuh. Namun sayang, panggilan tersebut harus berakhir dengan teriakan Cosgrove saat bangunan mulai runtuh tepat pada pukul 09.59 pagi.

Cantor Fitzgerald

Perusahaan ini bergerak di bidang jasa keuangan yang memfokuskan diri pada ekuitas institusional serta jual-beli obligasi fixed income.

Mengutip situs BBC, perusahaan yang didirikan pada tahun 1945 tersebut saat kejadian berkantor di North Tower WTC lantai 101-105.

Dalam kejadian nass itu, Cantor Fitzgerald kehilangan 658 orang pegawai atau sekitar 68 persen dari total jumlah karyawannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi