Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Jadi Presiden, BJ Habibie Lebih Suka Bikin Pesawat

Baca di App
Lihat Foto
FOTO ANTARA/P02
FOTO DOKUMENTASI. Menteri Negara Riset dan Tekonologi Prof Dr BJ Habibie (kanan) menjelaskan model pesawat terbang dari berbagai jenis dalam suatu pertemuan dengan Menteri Pertahanan Australia Ian Sinclair (tengah) di ruang kerja Menristek di Gedung BPP Teknologi Jakarta, Selasa (14/01/1983).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika


KOMPAS.com – Sosok BJ Habibie, tak bisa terlepas dari jasanya sebagai “Bapak Pesawat” serta sosoknya sebagai Mantan Presiden RI yang ketiga.

Melansir pemberitaan Kompas.com Rabu (11/9/2019), Habibie pernah melontarkan dirinya tak pernah berniat menjadi presiden.

Ia menyebut, ia menjadi presiden karena ketidaksengajaan.

"Saya tidak pernah tertarik atau ingin menjadi presiden, itu terjadi secara tidak sengaja. Saya harus mengambil alih karena Presiden Soeharto mengundurkan diri," ujar Habibie, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 2013.

Habibie, menjadi presiden dengan waktu jabatan paling singkat dibandingkan dengan presiden RI yang lain. Tercatat, ia hanya menjabat selama 517 hari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dunia Beri Penghormatan Terakhir kepada Mendiang Presiden Ketiga RI BJ Habibie

Sebelum menggantikan Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, Habibie ditunjuk sebagai wakil presiden pada 14 Maret 1998.

Baru kemudian pada Mei 1998 ia menjadi Presiden RI usai Soeharto lengser.

Awal pemerintahannya, Habibie membebaskan para tahanan politik, membuka keran kebebasan pers, serta memberikan otonomi ke daerah-daerah.

Habibie juga menelurkan hingga 113 undang-undang baru per hari di antaranya penyelenggaraan pemilu tahun 1999.

Walau hanya memerintah dalam waktu singkat, Habibie juga dikenal sebagai pioner reformasi di bidang ekonomi.

Pada masa pemerintahannya, beberapa bank di-merger untuk menjadi bank baru yang kuat dari sisi pendanaan yang kemudian lahirlah Bank Mandiri.

Pemerintah Habibie juga mengambil keputusan besar memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah sehingga kemudia BI menjelma menjadi lembaga independen dan mendapatkan lagi kepercayaan.

Berbagai langkah Habibie di era kepemimpinannya, membuat kondisi ekonomi yang mengalami krisis mulai membaik, ditandai nilai tukar rupiah yang semula Rp 16.800 per dollar AS, menguat di angka Rp 6.500 per dollar AS.

Lebih Suka Bikin Pesawat

Sosok Habibie, lebih suka menjadi orang yang membuat pesawat dibandingkan menjadi presiden. Hal tersebut tercermin dalam keterangannya di buku “Habibie Tak Boleh Lelah dan Kalah” yang ditulis oleh Fachmy Casofa.

“Saya lebih suka bikin pesawat. Semua rasional dan tidak ada pikiran yang tidak jujur dan tidak transparan, karena jikalau ada manipulasi, pesawat terbang akan jatuh!” ujarnya.   

Kemampuan Habibie sebagai ahli pesawat, tak diragukan lagi. Ia bahkan menemukan rumus yang dinamakan “Faktor Habibie” dimana rumus ini bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.

Baca juga: Hormati Wafatnya BJ Habibie, KPK Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Habibie pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya tersebut, Kompas.com Rabu (11/9/2019).

Habibie mengambil jalan hidupnya sebagai ahli pesawat. Ia menempuh pendidikan di Teknik Institut Teknologi Bandung tahun 1954.

Ia lantas melanjutkan pendidikan teknik penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman.

Ia pun menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cumlaude dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Habibie juga sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Jerman.

Setelah lama tinggal di Jerman untuk kuliah dan bekerja, tahun 1973 Habibie diminta Soeharto untuk kembali pulang ke Indonesia. Ia kemudian ditunjuk menjadi CEO Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Tahun 1978, Habibie berhasil diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.Tahun 1995 ia memimpin proyek pesawat N250 Gatot Kaca yang merupakan pesawat pertama buatan Indonesia.

Sumber: Kompas.com (Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Yoga Sukmana)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi