Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (2): Ingatan tentang Kehidupan Sebelumnya dan Mengintip Akhirat

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi.
|
Editor: Heru Margianto


Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sebelum melanjutkan membaca silakan baca serial pertama di sini.

________________________________

DENGAN suara pelahan, nyaris berbisik, Chaterine bercerita tentang apa yang di lihatnya di kedalaman memori bawah sadarnya.

“Saya melihat tangga putih mengarah ke sebuah bangunan, sebuah bangunan putih besar dengan pilar, terbuka di depan. Tidak ada pintu. Saya mengenakan gaun panjang ... karung yang terbuat dari bahan kasar. Rambut saya dikepang, rambut pirang panjang.”

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chaterine bercerita tentang sebuah kehidupan jauh di masa lalu, 1863 sebelum masehi. Ia mengaku bernama Aronda di masa itu, seorang perempuan yang tinggal di desa yang jauh dari sungai dan mengandalkan salju meleleh sebagai air bersih.

Ia bercerita tentang peristiwa menakutkan yang menyebabkan kematiannya di masa itu.

“Ada ombak besar yang merobohkan pohon. Tidak ada tempat untuk lari. Ini dingin; airnya dingin. Saya harus menyelamatkan bayi saya, tetapi saya tidak bisa ... hanya harus memegangnya erat-erat. Saya tenggelam; air mencekik saya. Saya tidak bisa bernapas, tidak bisa menelan ... air asin. Bayi saya lepas dari lengan saya,” cerita Chaterine.

Brian Weiss awalnya tidak mengerti. Ia berusaha menyingkirkan pikirannya sendiri tentang gagasan reinkarnasi.

Dalam sesi-sesi hipnoterapi selanjutnya, Chaterine kembali menemukan sejumlah peristiwa-peristiwa mencemaskan dalam sejumlah kehidupan sebelumnya. Total, ada 86 kehidupan sebelumnya yang dijalani Chaterine.

Pulih

Ajaibnya, kondisi Chaterine terus membaik bahkan pulih. Chaterine sebenuhnya pulih dari Fobia, kecemasan akut, dan depresi. Ia seperti terlahir kembali sebagai pribadi yang yang lebih baik, lebih cheerfull, dan energik.

Ia berdamai, bukan dengan masa lalu di kehidupannya saat ini, tapi di sejumlah kehidupan sebelumnya.

Gangguan emosi Chaterine sirna seiring ia mengingat kembali pengalaman-pengalaman terkait di kehidupan-kehidupan sebelumnya.

Iman Weiss akan ilmu pengetahuan goyah. Ia tak punya jawaban akan fenomena kehidupan lampau ini.

Weiss sempat ragu mengungkap temuannya ini karena akan berdampak pada kredibilitas dan karirnya sebagai psikiater.

Lewat pergumulan panjang dalam dirinya, akhirya ia membuka temuannya dan menjadikan topik ini sebagai obyek penelitiannya. Ia merasa temuan ini bisa memberi pencerahan akan kematian dan kehidupan.

Ia mengatakan boleh jadi reinkarnasi itu ada dan Catherine adalah salah satu orang yang berhasil mengingatnya.

 

Mungkin juga Catherine masuk ke dalam memori kolektif yang disebut psikoanalis Carl Jung sebagai warisan dari leluhur manusia.

"Ada terlalu banyak fenomena tentang pikiran manusia yang melampaui pemahaman kita," kata Weiss dalam bukunya, Many Lives Many Master (1988).

Sampai saat ini Weiss menggunakan metode hipnoterapi kehidupan sebelumnya (past life regression) sebagai cara penyembuhan emosi-emosi negatif yang menggelayuti para kliennya.

Pada ribuan pasiennya yang lain ia menemukan ingatan-ingatan tentang kehidupan sebelumnya di alam bawah sadar manusia.

Ada sejumlah buku yang telah dilahirkan Weiss terkait topik kajiannya ini, antara lain Mirrors of Time (Hay House, 2002), Eliminating Stress Finding Innter Peace (Hay House, 2003), Same Soul Many Bodies (Free Press, 2004), dan Through Time Into Healing (Fireside, 2012).

Weiss mempersembahkan buku-bukunya sebagai bagian dari penelitian berkelanjutan di bidang parapsikologi, bidang kajian yang menurut dia dulu tidak masuk akal.

Mengintip akhirat

Elaborasi lebih jauh tentang alam bawah manusia dilakukan oleh Dr Michael Newton. Ia juga seorang psikiater sekaligus hipnoterapis, anggota Asosiasi Konseling Amerika.

Ia dianggap sebagai pionir dalam penelitian yang mencoba menguak tabir tentang apa yang terjadi setelah kematian.

Ada tiga buku Newton yang populer yang berisi hasil penelitiannya terhadap ribuan kliennya: Journey of Souls: Case Studies of Life Between Lives (Llewellyn, 1994), Destiny of Souls: New Case Studies of Life Between Lives (Llewellyn, May 2000), and Life Between Lives: Hypnotherapy for Spiritual Regression (Llewellyn, 2004).

Jika Weiss menemukan ingatan kliennya tentang kehidupan sebelumnya, Newton memfokuskan penelitiannya pada ingatan manusia di alam bawah sadar tentang kehidupan setelah kematian, sebelum kelahiran kembali: Kehidupan Antar-Kehidupan.

Klien Newton berasal dari berbagai latar belakang sosial, bangsa, dan agama. Mereka memiliki ingatan yang sama tentang apa yang terjadi setelah kematian.

Dari ratusan transkrip terpilih, ia memilih lagi beberapa transkrip pilihan yang bercerita tentang gambaran dunia setelah kematian. Kita menyebutnya dunia akhirat. 

Newton menyajikan transkrip itu utuh dalam buku-bukunya tanpa memberi penafsiran atas apa yang disampaikan kliennya.

 

Ingatan yang sama tentang apa yang terjadi setelah kematian salah satunya adalah tentang kelompok jiwa yang menyambut seorang jiwa yang baru saja meninggal. Para roh penyambut ini adalah saudara atau teman yang lebih dulu meninggal.

Ingatan yang sama itu juga bertutur tentang roh pembimbing jiwa yang menjadi guru jiwa; tentang ruang kelas tempat jiwa-jiwa belajar secara berkelompok. Yang dipelajari adalah pengalaman kehidupan yang baru saja dilewati.

Juga ada cerita tentang dewan yang beranggota para bijak tempat para jiwa menghadap dan mengambil keputusan bersama.

Tidak ada penghakiman dalam "ruang sidang" itu. Menurut kesaksian ingatan yang sama, yang ada adalah cinta yang meginginkan setiap jiwa untuk tumbuh menjadi cinta.

Setelah pelajaran di kelas selesai, para jiwa selanjutnya mempersiapkan diri untuk kelahiran kembali dengan pelajaran baru yang harus dipelajari di dunia.

“Saya bukan orang yang religius, tetapi saya menemukan bahwa tempat ke mana kita pergi setelah kematian adalah tempat yang sama dan satu,” kata Newton dalam Journey of The Souls.

“Kita kehilangan tubuh setelah kita mati, tapi energi kehidupan adalah abadi dan kita bersatu kembali dengan Sang Energi Agung. Kematian bukanlah kegelapan, melainkan terang,”kata Newton lagi.

Tanda lahir

Tokoh lain yang mendalami kajian ini adalah Ian Stevenson, psikiater dari University of Virginia. Ia menghabiskan sepanjang usianya mencari bukti-bukti ilmiah tentang reinkarnasi.

Selama kurang lebih 40 tahun, Stevenson mewawancarai lebih dari 2.500 anak yang mengaku ingat akan kehidupan masa lampaunya.

Ia menemukan cacat atau tanda lahir anak bersinggungan dengan cerita kehidupan lampau yang diceritakan si anak.

Dalam bukunya berjudul Where Reincarnation and Biology Intersect (Praeger, 1997), Stevenson menemukan setidaknya ada 90 kasus kesesuaian antara tanda lahir dengan kehidupan masa lampau.

"Seorang anak perempuan yang lahir dengan jari yang cacat, ingat pernah menjadi seorang laki-laki yang jarinya dipotong," tulis Stevenson dalam bukunya.

Temuan Stevenson ini menggemparkan kalangan akademis. Banyak yang mencibirnya karena merasa temuan itu sebagai "cocoklogi".

Namun tak sedikit pula yang manyambut baik bahkan mengikuti jejak Stevenson meneliti soal reinkarnasi.

Bersambung...


Baca artikel berikutnya: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (3): Ide Kelahiran Kembali dalam Sejarah Pemikiran Manusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi