Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (4): Hipnosis dan Misteri Alam Bawah Sadar Manusia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi.
|
Editor: Heru Margianto


Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sebelum melanjutkan membaca silakan baca dulu serial pertama, kedua, dan ketiga.

_________________________________

Sejumlah ilmuwan di bidang psikiatri menemukan ingatan --yang mereka yakini-- sebagai memori tentang kehidupan di masa lampau, kehidupan lain sebelum kehidupan saat ini.

Ada sejumlah ilmuwan yang menggunakan metode kembali ke kehidupan sebelumnya (pasti life regression) sebagai cara penyembuhan gangguan emosi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, mereka menemukan, ada kaitan antara emosi dan fisik seseorang saat ini dengan kehidupan mereka sebelumnya.

Baca juga: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (2): Ingatan tentang Kehidupan Sebelumnya dan Mengintip Akhirat

Metode yang digunakan di ranah psikiatri adalah hipnosis. Apa itu hipnosis? Bagaimana praktiknya di Indonesia?

Ini yang biasa kita kenal tentang hipnosis di Indonesia:

Hanya dengan satu jentikan jari, Raffi Ahmad tiba-tiba melihat istrinya, Nagita Slavina sebagai mantan kekasihnya, Yuni Shara.

Begitu juga Luna Maya, yang tiba-tiba langsung ngamuk-ngamuk soal sosok Ariel Noah setelah fokus ke titik di tangannya yang membuatnya tertidur.

Itulah mungkin sebagian pemahaman kita tentang hipnosis.

Di layar kaca, hipnosis digunakan untuk menggali masa lalu, rahasia, dan intrik-intrik asmara.
Para artis atau orang yang dihipnosis dikerjai sedemikian rupa. Mereka dibuat malu agar bisa menghibur penonton.

Apa itu sebenarnya hipnosis?

Kata hipnosis berasal dari Dewa Tidur Yunani, Hypnos. Hipnosis dianggap seperti orang tidur yang mengendurkan sarafnya. Orang menjadi tenggelam dalam pikirannya dan mengacuhkan lingkungan sekitarnya.

"Hipnosis adalah kondisi di mana alam bawah sadar on, sedangkan pikiran sadar off," kata Psikolog Yunita Gama Wibowo kepada Kompas.com, Senin (26/8/2019).

Baca juga: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (1): Pengalaman Psikiater Mengelaborasi Alam Bawah Sadar Manusia

Dalam kondisi itu, Raffi Ahmad dan Luna Maya bisa dengan mudah diberi sugesti bahwa di depan mereka ada mantan kekasihnya kendati tak ada.

Mereka bisa dengan mudah diminta mengungkap perasaan terdalamnya maupun ketakutannya.

Hari ini, hipnosis dianaktirikan oleh pengetahuan. Hipnoterapi atau penyembuhan dengan hipnosis tak banyak dipelajari dan diabaikan sebagai metode penyembuhan masalah mental.

Padahal, kemunculan psikologi sebagai keilmuan erat kaitannya dengan hipnosis.

Sigmund Freud yang kerap dianggap sebagai pionir psikologi modern, menghabiskan pemikiran awalnya mengembangkan hipnosis.

 

Dikutip dari karya Freud dan Josef Breuer berjudul The Studies on Hysteria (1895), histeria atau kecemasan dan ketakutan yang mendalam, disebabkan dari insiden di masa lampau.

Freud meyakini kecemasan pasti berasal dari insiden terkait seks di masa kecil. Trauma ini terepresi dalam alam bawah sadar manusia.

Freud dan Breuer berpendapat memori akan insiden ini perlu dibawa ke kesadaran. Caranya, dengan hipnosis. Setelah kenangan buruk muncul ke permukaan, histeria akan terobati.

"Makanya metode penyembuhannya dengan menggali kembali alam bawah sadar," ujar Yunita.

Sayangnya, Freud tak terlalu berhasil mengembangkan metode hipnosis yang ampuh. Ia beralih mengembangkan psikoanalisa.

Setelah Freud, Carl Gustav Jung yang mengembangkan psikologi analitis juga menggunakan hipnosis untuk menyembuhkan pasiennya.

Dikutip dari otobiografinya, Memories, Dreams, Reflections (1961), Jung mengaku tak melanjutkan hipnosis karena tak punya pembuktian yang kuat.

Ia merasa menggunakan hipnotis untuk menyembuhkan penyakit mental, seperti meraba dalam gelap.

Sama seperti Freud, Jung akhirnya lebih banyak menghabiskan pemikiran soal kesadaran dan alam bawah sadar.

Menurut Jung, di alam bawah sadar manusia, setiap individu menyimpan memori kolektif atau "collective unconscious". Memori kolektif ini diturunkan dari para leluhur dan terpatri di dalam pikiran sejak lahir.

Memori kolektif ini yang boleh jadi muncul saat individu menyelami hipnosis.

"Psikologi ada pendekatan psikoanalisa, behavior, cognitive behavior. Kalau hipnoterapi pakai pendekatan psikoanalisa," kata Yunita.

Hipnoterapi di Indonesia

Sementara menurut dokter spesialis jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Sylvia Detri Elvira, selain menjadi bagian dari psikologi, hipnoterapi juga bagian dari psikiatri. Psikiatri adalah cabang keilmuan medis yang berfokus menangani kesehatan jiwa.

Sylvia menyebut hipnoterapi dibawa masuk ke Indonesia oleh seniornya, Prof. Dr. dr. Didi Bachtiar Lubis, SpKJ(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Jiwa Universitas Indonesia pada tahun 1960-an. Ia belajar dari para dosennya di UI.

Ada dua jenis hipnoterapi. Pertama, yang menganalisa adanya masalah di masa lalu. Kedua, hipnoterapi biasa yang memberi sugesti kepada pasien.

“Bentuk kedua tidak dianalisis hipnoterapinya. Orang yang enggak bisa nyetir, takut ketinggian, orang hamil, dikasih hipnosis aja biar dia bisa melakukan,” ujar Sylvia.

Di Indonesia, hipnoterapi diajarkan dalam spesialisasi psikiatri, tapi sifatnya pilihan. Sylvia menyebut hanya ada sembilan perguruan tinggi yang mengajarkan secara resmi.

“Zaman saya sekolah sudah pakai ujian. Guru saya enggak pakai ujian. Sekarang kenapa harus bisa (hipnoterapi)? Karena enggak semua pusat pendidikan mensupervisi,” ujar dia.

Hipnoterapi yang diajarkan pun bukan untuk menganalisa masa lalu seseorang. Hipnoterapi yang menguak kehidupan masa lampau, kata Sylvia, tak bisa dibuktikan kebenarannya.

"Kita itu punya alam sadar dan alam bawah sadar. Alam bawah sadar itu tingkatannya 1 sampai 12 dan seterusnya, makin dalam makin enggak ingat," ujar Sylvia.

Lapisan-lapisan alam bawah sadar itu menyimpan memori yang berbeda. Ada yang bisa dengan mudah diingat kembali, namun ada yang sulit atau bahkan kita tak ingat lagi.

"Kita sebagai manusia cenderung melakukan represi dari kecil sampai sekarang. Misalnya waktu kecil dimarahin, kan sedih tapi mau ngomong enggak bisa akhirnya dibuang saja ke alam bawah sadar, direpresi. Itu menumpuk di alam bawah sadar," ujar dia.

 

Sylvia tak menyarankan menggali masa lalu seseorang untuk menyembuhkan masalah kejiwaannya. Sebab, butuh kekuatan dan kestabilan untuk mengingat kembali dan menghadapi masa lalu yang buruk.

Sementara menurut Jiemi Adrian, dokter jiwa RSUD DR. Moewardi, Solo, Jawa Tengah sekaligus instruktur hipnoterapi, hipnoterapi saat ini lebih banyak dipelajari lewat kursus. Ia sendiri belajar lewat kursus, baru kemudian mendapat pendidikan di perguruan tinggi.

"Ada banyak lembaga yang mengajarkan hipnoterapi, mulai dari yang kursus hanya 2 hari sampai ada yang 100 jam," ujar dia.

Jiemi mengatakan beberapa universitas juga mulai mengajarkan hipnoterapi pada mahasiswa. Keahlian ini biasanya ada di fakultas psikologi atau pendidikan spesialis kedokteran jiwa.

Lalu apa yang membedakan antara mereka yang belajar di perguruan tinggi dengan yang tidak?

"Tentu adalah latar belakang keilmuan, di mana praktisi dari sekolah atau psikiater akan lebih berhati-hati dalam memilih teknik dan juga jenis diagnosis yang sesuai dengan teknik tersebut," kata Jiemi.

Menurut Jiemi, hipnoterapi tak terlalu diakui oleh keilmuan sebab belum bisa diandalkan untuk mengetahui akar masalah kejiwaan.

Bahkan jika dipandang dari sudut pandang neurosains atau bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf, akar masalah itu sebenarnya tidak ada.

"Yang ada adalah rentenan kejadian, pengalaman, interaksi lingkungan sosial, dan genetik hingga terjadi gangguan kejiwaan. Tidak ada satu akar tunggal, melainkan sebuah jaringan kompleks," ujar Jiemi.

Hipnoterapis di luar dunia medis

Hipnoterapi lebih banyak dijalani oleh mereka yang bahkan tak punya latar belakang kesehatan jiwa atau bahkan psikologi klinis.

Salah satunya Heri Siswanto. Perjumpaan Heri dengan hipnoterapi bermula saat ia masih menjadi guru konseling di sebuah sekolah menengah atas.

Ceritanya, Heri punya murid yang punya postur tinggi. Ia pun memberi saran kepada muridnya itu untuk terjun ke dunia modelling. Beberapa tahun kemudian, muridnya itu tampil sebagai Putri Indonesia.

"Mamanya bilang ke saya, katanya kalau mau lebih efektif, coba belajar hipnoterapi," ujar Heri.

Pada 2013, Heri pun belajar dari hipnoterapis yang sudah terkenal saat itu, yakni Nathalia Sunaidi. Ia memilih Nathalia karena yakin akan adanya kelahiran kembali setelah kematian.

"Dalam pikiran saya ada kerja dari otak dan pikiran yang tidak terbatas pasti termasuk menyelami memori pikiran tidak hanya kehidupan sekarang," ujar Heri.

Selain belajar soal hipnoterapi yang menganalisa masa lalu seseorang, Heri juga mempelajari life coaching. Life coaching itu, katanya, berguna untuk membimbing klien saat menyelami kehidupan lampaunya.

"Memori di bawah sadar dia bisa keluar kalau pertanyaan yang kita ajukan detil dan tepat," kata Heri.

Di Indonesia, hipnoterapi dengan pendekatan yang menggali masa lalu mulai berkembang sejak 2004. Ilmunya dibawa dari luar negeri. Salah satunya, oleh Adi W Gunawan yang saat ini menjabat Ketua Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI).

Ia menjelaskan ada dua aliran besar dalam hipnoterapi.

 

"Satu mengacu ke pantai timur AS, satu lagi ke pantai barat. Kalau pantai timur diadopsi di banyak negara termasuk Indonesia. Lebih dari 95 persen," kata Adi.

Di metode pantai timur, klien akan masuk dalam hipnosis atau alam bawah sadarnya. Kemudian terapis akan memberikan sugesti untuk menyelesaikan masalah kliennya. Hipnoterapi ini yang diajarkan kepada para psikiater.

Metode ini berbeda dengan mahzab pantai barat yang menggali trauma atau kenangan buruk yang menyebabkan masalah. Terapis akan bertanya kejadian apa di masa lalu yang membuat klien punya masalah saat ini.

Adi adalah penganut mahzab pantai timur. Menurut dia, sudah ada lebih dari 30.000 praktisi hipnoterapis di luar dunia medis dengan lisensi yang dibuat sendiri. Ia sendiri membuka pelatihan bagi yang ingin mempelajari hipnosis.

"Minimal 100 jam, itu setara dengan 10 hari lah," kata Adi.

Adi mengakui pengobatan yang dijalaninya disangsikan dunia medis dan pengetahuan. Ia menyalahkan praktik hipnosis di televisi yang dilakukan untuk hiburan oleh figur-figur yang tak kompeten.

"Di TV, radio, kan banyak yang muncul seolah-olah magic, pakai pakaian hitam-hitam seolah-olah bisa menguasai pikiran," ujar Adi.

Skeptisisme dari masyarakat dan dunia ilmu pengetahuan tak menyurutkan usahaya. Ia mengajar hipnoterapi di program magister psikologi di Universitas Gunadarma.

Saat ini, ia tengah mengambil doktoral keduanya di Universitas Gajah Mada dengan disertasi mengenai praktik hipnoterapi di lima kota besar di Indonesia.

Bersambung....

Nantikan artikel berikutnya: Betulkah Reinkarnasi Tidak Ada? (5):  Mereka yang Berdamai dengan Masa Lalu dan Kehidupan Sebelumnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi