KOMPAS.com - Ratu Dangdut Indonesia, Elvy Sukaesih menyebut anaknya menderita penyakit kejiwaan skizofrenia.
Hal itu menindaklanjuti ulah putra sulungnya yang mengamuk di sebuah warung kelontong beberapa waktu yang lalu.
Lalu apa itu Skizofrenia?
Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang mempengaruhi cara seseorang untuk berpikir, merasa, dan berperilaku.
Penderita skizofrenia akan kesulitan untuk membedakan antara realitas dan pikirannya sendiri, sehingga ia tampak seperti kehilangan kontak dengan kehidupan aslinya.
Gangguan skizofrenia bisa berkembang lambat dan baru diketahui setelah bertahun-tahun.
Tapi, dalam beberapa kasus lain, gangguan ini menyerang secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat.
Dalam realitanya, ada banyak informasi keliru tentang penyakit skizofrenia.
Informasi tersebut disebabkan oleh stigma masyarakat akibat film dan tayangan televisi.
Beberapa mitos keliru terkait skizofrenia dikutip dari Kompas.com (10/10/2018):
Penderita Memiliki Kepribadian
Kesalahpahaman ini paling banyak ditemukan terkait skizofrenia. Sebuah survei di AS mengatakan 64% responden mengira bahwa skizofrenia adalah kepribadian ganda.
Padahal, penderita skizofrenia lebih cenderung pada kesulitan mereka dalam memahami realita dan kerap berhalusinasi.
Berbahaya dan Suka Melakukan Kekerasan
Dalam serial TV atau film, penderita skizofrenia sering digambarkan dengan pembunuh atau gemar melakukan tindak kekerasan.
Namun, pemahaman tersebut ternyata keliru.
Meski skizofrenia sering tidak bisa diprediksi, tetapi sebagian besar tidak berbahaya, terutama jika menjalani terapi pengobatan dengan baik.
Baca juga: Mengenal Penyakit Degeneratif yang Merenggut Nyawa BJ Habibie
Disebabkan oleh Pola Asuh yang Salah
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa dengan gangguan yang beragam, termasuk di antaranya adalah faktor genetik, trauma, dan penyalahgunaan narkoba.
Tidak Bisa Disembuhkan
Meski sulit diterapi, tapi bukan berarti tidak mungkin disembuhkan.
Dengan pengobatan yang tepat dan konseling, 25 persen penderita mendapat pemulihan secara penuh dan sebanyak 50 persen mengalami perbaikan gejala.
Namun, saat ini sudah banyak penderita yang hidup secara aktif dan produktif.
Harus Dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Seringkali kita menganggap bahwa pengidap skizofrenia harus dirawat di rumah sakit jiwa, dipenjara atau bahkan dipasung.
Padahal, dukungan keluarga dan lingkungan agar penderita menjalani pengobatan dan hidup aktif di masyarakat juga sangat penting.
Pemahaman yang baik terhadap skizofrenia akan membuat penderita bisa hidup aktif dan normal seperti orang sehat.
Penyebab
Meski saat ini belum diketahui secara pasti penyebab skizofrenia, namun para peneliti meyakini adanya beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan gangguan
ini.
Baca juga: Sering Disebut Dijilat Setan, Memar Tanpa Sebab Tanda Penyakit Apa?
Berikut beberapa faktor tersebut seperti dikutip dari hello sehat:
1. Genetik
Para dokter berpikir kemungkinan adanya mutasi genetik yang membuat seseorang berisiko mengidap skizofrenia.
Jika salah satu keluarga terdekat, seperti ayah, ibu atau saudara kandung memiliki riwayat gangguan mental, maka ada kemungkinan mendapat gen bawaan dari mereka sebesar 10 persen.
Akan tetapi, jika kedua orang tua memilikinya, maka kesempatan untuk mendapat gen bawaan sebesar 40 persen.
Bahkan, ada peluang Anda mendapatkan gen bawaan sebesar 50 persen ketika Anda memiliki kembar identik dengan pengidap skizofrenia.
Perlu diketahui, beberapa kasus juga menunjukkan para pengidap gangguan ini tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini adalah semua hal selain faktor genetik.
Para ilmuwan berusaha memahami faktor-faktor yang mendefinisikan lingkungan sebagai penyebab gangguan mental ini.
Hal itu bisa berupa lingkungan sosial, gizi, hormonal, kimia dalam rahim ibu selama kehamilan, dinamika sosial, pengalaman stres, paparan virus, penggunaan vitamin, narkoba, bahkan pendidikan.
3. Struktur Kimia Otak
Para ahli telah membandingkan struktur otak penderita gangguan skizofrenia dengan orang normal pada umumnya.
Mereka menemukan sebuah ruang di otak yang disebut vertikal terlihat lebih besar dan terdapat lebih sedikit konektor di antara sel-sel otak.
Tak hanya itu, mereka juga menemukan bagian otak yang terhubung dengan memori, tobus temporal medial, yang ukurannya lebih kecil.
Penderita skizofrenia juga cenderung memiliki perbedaan zat kimia otak, neurotransmitter, yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendali tubuh.
Baca juga: Seperti Rokok Biasa, Vape Juga Berisiko Sebabkan Penyakit Paru-paru
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.