Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Api Kebakaran Hutan Mulai Masuk Wilayah Rehabilitasi, Bagaimana Nasib Orangutan?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Centre for Orangutan Protection (COP)
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai memasuki lokasi rehabilitasi orangutan.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan kembali menjadi perhatian.

Pemberitaan Kompas.com, 15 September 2019 menyebutkan, kabut asap dari karhutla menyebabkan setidaknya 20.000 warga Kalimantan Selatan terkena Infeksi Saluran dan Pernapasan Atas (ISPA).

Angka tersebut didapat dari data Dinas Kesehatan Kalsel dan hingga saat ini angkanya masih terus meningkat.

Tak hanya aktivitas manusia yang terganggu, karhutla juga berdampak pada kelangsungan hidup hewan, termasuk satwa yang terancam punah seperti orangutan.

Bahkan, api kebakaran menjalar hingga ke pusat rehabilitasi orangutan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 12 Penerbangan Dibatalkan karena Kabut Asap, Ini Imbauan Garuda Indonesia untuk Calon Penumpang

Manager Anti Kejahatan Satwa Liar Centre for Orangutan Protection (COP), Daniek Hendarto mengatakan, COP saat ini tengah fokus menangani api yang mulai memasuki wilayah rehabilitasi.

"Karena pusat rehabilitasi orangutan kami juga terdampak api di mana api sudah mulai masuk di hutan yang menjdi area pusat rehabilitasi kami," kata Daniek saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Dia menambahkan, wilayah pusat rehabilitasi yang dikelola oleh COP, yakni COP Borneo, berada di wilayah Berau, Kalimantan Timur.

Saat ini, lokasi rehabilitasi COP Borneo menampung 17 orangutan.

Tak hanya di Kalimantan Timur, api juga meluas hingga ke tempat-tempat rehabilitasi orangutan lain yang berada di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

"Ini merata terkena dampak asap dan api. Karena ini api dan asap sangat merata di Kaltim, Kalteng, dan Kalbar yang ada pusat rehabilitasi orangutan" ujar dia.

Menurut Daniek, hingga dini hari tadi, tim dari COP masih berusaha melokalisasi api agar tidak melebar menuju hutan yang menjadi wilayah rehabilitasi.

Baca juga: Ini Penyebab Bayi 4 Bulan di Sumsel Meninggal, Sesak Nafas Diduga Terpapar Kabut Asap

Namun, lanjut Daniek, jika api semakin tidak terkendali serta asap makin pekat, akan dilakukan evakuasi dan translokasi orangutan.

"Saat ini tim medis dan tim evakuasi sudah siap. Perlengkapan medis, evakuasi, kandang angkut, hingga mobil sudah siaga," kata Daniek.

Sementara, orangutan yang terdampak asap karhutla masih dalam penanganan intensif tim medis.

Bahkan, karhutla yang terjadi membuat COP terpaksa menghentikan kegiatan sekolah orangutan yang saat ini berlangsung.

"Sejak 3 hari lalu kami sudah memberhentikan proses sekolah hutan bagi bayi-bayi orangutan karena dampak asap dan ancaman api," kata Daniek.

Data karhutla Kalimantan

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (15/9/2019) pukul 16.00 WIB, ada 2.862 titik panas di seluruh Indonesia.

Untuk wilayah Kalimantan, Kalimantan Tengah memiliki jumlah titik api (hotspot) yang terbanyak, yaitu sebanyak 954 titik, Kalimantan Barat 527 titik api, dan Kalimantan Selatan 119 titik api.

Selain data dari BNPB, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengeluarkan data terkait kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.

Untuk di Kalimantan, asap terdeteksi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Terpantau pula asap di Semenanjung Malaysia, Serawak Malaysia, dan Singapura.

Sementara itu, arah angin di Sumatera dan Kalimantan umumnya berhembus Tenggara-Barat Daya ke Barat Laut-Timur Laut.

Lalu, arah sebaran asap di Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, menyebar ke arah Barat Laut.

Sebaran asap di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara menyebar ke arah Timur Laut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi