Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal ISPA yang Menyerang Puluhan Ribu Warga Akibat Kabut Asap

Baca di App
Lihat Foto
dok BBC Indonesia
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com – Kabut asap akibat kebakaran hutan melanda beberapa kawasan di Kalimantan, Sumatera, hingga negara tetangga Malaysia.

Selain berdampak pada jarak pandang yang rendah hingga batalnya jadwal pesawat, kabut asap juga menimbulkan masalah kesehatan pada penduduk yang terkena imbas.

Data Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Kalsel) menyebutkan, sudah 20.000 warga yang diketahui terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat kabut asap.

Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, HM Muslim, saat dihubungi Minggu (15/9/2019), mengatakan bahwa bulan Agustus hingga pertengahan September 2019 merupakan periode dimana penderita paling banyak bertambah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dampak Kabut Asap, Puluhan Ribu Warga Terserang ISPA hingga Warga Salat Minta Hujan

Sementara itu, laporan Kompas.com pada Senin (16/9/2019) menyebutkan, seorang bayi berumur 4 bulan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan diduga meninggal karena ISPA setelah terpapar kabut asap yang melanda lingkungan rumahnya.

Lantas, apa sebenarnya ISPA?

Melansir dari Hello Sehat, ISPA adalah infeksi yang menyerang satu komponen saluran pernapasan bagian atas.

Adapun, bagian saluran pernapasan yang terkena meliputi hidung, sinus, faring, dan laring.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, beberapa bakteri yang umumnya menjadi penyebab ISPA diantaranya adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Chlamydia spp, dan Mycoplasma pneumoniae.

ISPA lebih rentan menyerang anak-anak karena kekebalan tubuh anak lebih lemah. Sebetulnya ISPA tak begitu berbahaya, namun penyakit ini berisiko menyebabkan komplikasi.

Meski ISPA lebih rentan menyerang anak-anak, ISPA juga bisa menimpa semua kelompok umur. Penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor polusi udara baik di dalam atau luar ruangan, peningkatan suhu bumi serta kelembaban.

Melansir dari “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan Manusia Rimba Kalimantan” yang diterbitkan fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, meningkatnya ISPA saat terjadi kasus kebakaran hutan distimulir oleh masuknya partikel-partikel asap yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya seperti SO2, NO2, CO dan O3 yang mengganggu fungsi pernapasan.

Gejala ISPA

Beberapa gejala penyaki ini ditandai dengan batuk-batuk, kesulitan bernapas yang bisa berujung pada kematian.

ISPA bisa berbahaya apalagi bila sudah disertai pneumonia, sehingga sangat sulit ditolong.
Laporan Hello Sehat menyebutkan, beberapa gejala ISPA diantaranya adalah:

- Hidung tersumbat dan pilek
- Batuk kering tanpa dahak
- Demam ringan
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala ringan
- Bernapas cepat atau kesulitan napas
- Warna kebiruan pada kulit akibat kekurangan oksigen
- Gejala sinusitis seperti wajah nyeri, hidung beringus dan kadang sakit disertai demam

Baca juga: Sebanyak 6.025 Warga Kalbar Tercatat Menderita ISPA

Keluhan mual, muntah dan diare umumnya juga menyertai mereka dengan ISPA yang tak kunjung sembuh.

Namun, perlu diingat, mereka yang sedang hamil atau bayi di bawah 2 tahun, serta penderita asma, apabila mengalami sesak napas akibat kabut asap yang terjadi sebaiknya segera dibawa untuk diperiksa.

Mereka yang pilek selama lebih dari seminggu, sebaiknya juga memeriksakan diri ke dokter untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi