Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik 3 Film Indonesia yang Diseleksi untuk Academy Award 2020, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Piala Oscars 2019
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Tiga film Indonesia masuk dalam daftar yang akan diseleksi untuk mewakili Indonesia dalam perhelatan Academy Awards 2020.

Tiga film tersebut adalah Ave Maryam, Kucumbu Tubuh Indahku, dan 27 Steps of May.

Ketiga film ini akan dipilih salah satu, di mana akan masuk dalam kategori Best International Feature Film di Academy Awards tahun depan.

Seleksi dilakukan oleh Komite Oscar 2020 yang terdiri dari Christine Hakim, Sheila Timothy, Firman Bintang, Adisurya Abdy, Lola Amaria, Mathias Muchus, Roy Lolang, Alim Sudio, Fauzan Zidni, Benni Setiawan, Reza Rahadian, dan Thoersi Argeswara.

Pengumuman film yang akan terpilih dilakukan hari ini, Selasa (17/9/2019).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, apa sebenarnya cerita ketiga film itu?

Baca juga: Sulitnya Maudy Koesnaedi Belajar Jadi Biarawati dalam Film Ave Maryam

1. Ave Maryam

Film ini disutradari oleh Ertanto Robby Soediskam.

Ave Maryam bercerita tentang kehidupan biarawati yang diperankan oleh Maudy Koesnaedi.

Dalam perannya, Maudy bertugas mengurusi para suster sepuh, di mana menjelang ulang tahunnya, biarawati ini terus berusaha memurnikan diri.

Suatu malam, Romo Martin datang ke rumah asrama kesusteran yang dipimpin oleh Suster Mila.

Romo Martin mengenalkan Suster Monic dan Romo Yosef yang diperankan oleh Chicco Jerikho, keduanya akan menetap di kota itu.

Romo Yosef yang pandai bermain musik membuat Suster Maryam jatuh hati.

Sebagai suster sepuh yang telah berpengalaman, Suster Monic mencoba menasehati Romo Yosef. Tapi, atas dasar cinta, keduanya menjalin hubungan diam-diam.

Suster Maryam pun dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu bertahan pada janjinya atau memilih Romo Yosef.

Film ini mengambil lokasi shooting di Semarang dan Yogyakarta.

Ave Maryam telah merambah ke dunia internasional, seperti diputar di Cape Town Film Festival 2018, Hanoi Film Festival 2018, Hongkong Asian Film Festival 2018.

Salah satu penoton film ini, Putri Nadira yang dihubungi Kompas.com, Senin (16/9/2019) mengatakan, film ini lebih banyak mengandung unsur drama dibandingkan dua film yang lain.

"Film yang menurut aku beda daripada film-film kebanyakan selain sisi biarawati nggak pernah dibahas, tapi jarang diangkat," kata Putri.

"Di sini juga si sutradara berani bikin sisi lainnya pastur atau suster itu sendiri, entah itu benar atau engggak ya namanya juga film dan terlepas dari pro kontra film ini layak atau enggak ditonton bagi insan-insan gereja gitu," lanjut dia.

Meskipun banyak drama disajikan di film ini, menurut Putri, dari sisi musik dan pengambilan gambar sudah baik.

"Karena drama menurut aku pribadi kurang begitu suka, walau aktingnya bagus," tutur Putri.

Baca juga: Film Kucumbu Tubuh Indahku Tuai Kontroversi, Garin Nugroho Buka Suara

2. Kucumbu Tubuh Indahku

Film berdurasi 106 menit ini digarap oleh Garin Nugroho.

Kucumbu Tubuh Indahku diperankan oleh Muhammad Khan, Rianto, Raditya Evandra, Endah Laras, dan Sujiwo Tedjo.

Juno kecil diperankan oleh Raditya Evandra, sementara Juno remaja dimainkan oleh Muhammad Khan.

Film ini bercerita tentang perjalanan hidup Juno yang sejak kecil hingga dewasa menjadi penari di sebuah desa di Jawa, terkenal sebagai desa penari lengger lanang, jenis tarian perempuan yang dibawakan penari laki-laki.

Kehidupan masa kecil Juno merupakan kehidupan peleburan tubuh maskulin dan feminin yang terbentuk alami oleh kehidupan desa dan keluarganya, tapi perjalanan hidup setelahnya merupakan kisah hidup penuh trauma kekerasan tubuh.

Trauma kekerasan politik yang dialami ayahnya, membuat Juno hidup seorang diri.

Hidup Juno dari kecil serba sendiri, membuatnya menjadi ibu dan bapak bagi kehidupannya.

Juno dalam kesendirian melihat banyak kekerasan yang muncul di sekitarnya.

Menurut Purba Wirastama yang pernah menonton film ini mengaku, film Kucumbu Tubuh Indahku terkemas dengan apik dengan perpaduan budaya, tradisi, dan musik yang ada di dalamnya.

"Film ini kompleks dan bisa dengan cantik membungkus itu semua. Musiknya bagus, gambarnya bagus, editingnya bagus. Bagusnya sih filmnya bisa secara puitis menggambarkan dari tempat lain ke tempat lain lagi." kata Purba saat dihubungi Kompas.com.

"Menurutku film ini itu menarik. Aku sih lebih kagum sama gimana cara film ini secara estetis menggambarkan perjalanan seseorang untuk menemukan dirinya dan berdamai dengan itu semua," lanjut Purba.

Baca juga: Film 27 Steps of May Berjaya di Malaysia International Film Festival

3. 27 Steps of May

Film yang disutradari Ravi Bharwani ini menceritakan tentang May (Raihaanun) yang mengalami trauma karena kekerasan seksual.

Ayah May yang diperankan oleh Lukman Sardi begitu terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa melindungi sang anak.

Akibat trauma yang sangat mendalam, membuat May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan.

May menjalani hidupnya tanpa koneksi, emosi, atau kata-kata, sedangkan ayahnya terjebak dalam perasaan bersalah.

Ayah May berkarakter lembut dan mengorbankan segalanya untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi anaknya itu.

Namun, saat di ring tinju, Ayah May menyalurkan amarahnya.

Keduanya telah hidup seperti ini selama 8 tahun.

Semua berubah saat May bertemu dengan seorang pesulap lewat celah kecil di dinding kamarnya.

Pesulap ini berhasil membangkitkan rasa penasaran May sekaligus emosinya.

May pun cukup berani untuk mencari dan menghadapi perasaan, sensasi, dan ingatannya yang hilang.

Dengan bantuan pesulap ini, May berani membebaskan diri dan keluar dari trauma masa lalunya.

Film ini meraih penghargaan bergengsi dalam ajang Malaysia Golden Global Awards (MGGA 2019), Malaysia International Film Festival pada 20 Juli 2019 lalu.

Saat dihubungi Kompas.com, Putri Nadira yang pernah menonton film ini mengatakan, film ini mampu membangkitkan emosi penontonnya.

"Menurut aku film itu bagus sih. Walaupun itu film minim dialog, sangat minim dialog dan lebih banyak visualnya, cerita gambarnya gitu tapi dia (filmnya) kuat," kata Putri, Senin (16/9/2019).

"Si pemeran ini bisa menyampaikan rasanya dia ketakutannya dia, emosinya dia itu dengan pas walau minim dialog. Di film itu juga ngajarin gimana sih seorang bapak itu menjaga anaknya banget, gamau nyakitin anaknya, di mana bapaknya ini menyampaikan dendamnya dengan halus," lanjut Putri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi