Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Upaya Pemerintah Padamkan Kebakaran Hutan

Baca di App
Lihat Foto
HANDOUT/BPBD SUMSEL
Pemadaman kebakaran lahan di wilayah Sumatera Selatan dengan menggunakan helikopter water bombing.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika


KOMPAS.com – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatera telah menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat luas.

Api yang terus meluas di tengah musim kemarau ini menyebabkan kabut asap yang mengurangi jarak pandang, mencemari udara, mengganggu lalu-lintas penerbangan, hingga menimbulkan banyak keluhan kesehatan.

Untuk itu, pemerintah baik pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan api dan mengurangi bencana alam yang sangat luas area terdampaknya ini.

Beberapa cara yang telah dan masih diupayakan oleh Pemerintah hingga saat ini adalah sebagai berikut:

Baca juga: INFOGRAFIK: Titik Api Kebakaran Hutan di Kalimantan dan Sumatera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plh. Kapusdatin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menyebut pihaknya menurunkan lebih dari 9.000 personel untuk membantu memadamkan api di kebakaran hutan, baik yang ada di Sumatera maupun Kalimantan.

Masing-masing provinsi yang banyak terjadi karhutla diterjunkan 1.512 personel, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Dalam masing-masing pasukan itu terdapat 1.000 anggota TNI dan 200 anggota POLRI. Tak hanya itu, anggota BPBD dan partisipasi masyarakat juga turut dikerahkan untuk mempercepat upaya pemadaman yang dilakukan.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah melakukan water bombing atau menjatuhkan bom air dari ketinggian menggunakan heli khusus.

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tanggal 14 September 2019 terdapat 32 heli yang dioperasikan untuk mengguyurkan air di titik-titik api.

Wilayah pengoperasian di antaranya Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.

Untuk upaya water bombing ini, kurang lebih menggunakan air sebanyak 259.594.494 liter.

Masih menggunakan heli, kali ini dioperasikan untuk melakukan patroli udara guna mengetahui dan memantau sebaran titik api ataupun titik panas.

Heli operasi ini dioperasikan di wilayah yang sama dengan pelaksanaan water bombing, hanya saja dalam jumlah unit yang lebih terbatas.

Sebagai upaya terakhir, pemerintah melalui instansi terkait juga telah mengupayakan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menyemai awan menggunakan garam.

Masih dari laporan yang sama, sebanyak 160.816 kilogram garam digunakan untuk menyemai awan dan menurunkan hujan.

Akan tetapi upaya ini gagal akibat minimnya awan di atas lokasi kebakaran hutan dan lahan, padahal paling tidak dibutuhkan awan minimal 80 persen.

Baca juga: BPPT Pakai Teknologi Penyemaian Awan untuk Atasi Kebakaran Hutan, Apa Itu?

 

 

  • Penggunaan Kalsium Oksida

Tidak menyerah, pemerintah melalui kerja sama BNPB, BMKG, dan BPPT pun kemudian menggunakan bahan lain untuk mengurangi asap, yakni menggunakan Kalsium Oksida atau kapur tohor aktif (CaO).

Kapur ini akan ditaburkan dari udara menggunakan pesawat Cassa 212, CN 295, dan pesawat Hercules C 130.

Setelah asap dapat diminimalisir, diharapkan radiasi matahari dapat menembus permukaan bumi dan memungkinkan terbentuknya awan yang lebih banyak di atas area karhutla.

Setelah asap dapat ditekan, upaya penyemaian awan akan kembali dilakukan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi