Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Jadi Tujuan Ekspor Sampah Plastik Negara Maju? Ini Bahayanya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Yoga Sukmana
Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi di depan kontainer berisi sampah plastik, Jakarta, Rabu (18/9/2019)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini Indonesia menjadi tujuan ekspor sejumlah negara maju, terutama negara-negara Eropa dan Amerika terkait limbah plastik.

Diberitakan Kompas.com (29/7/2019), 65 kontainer limbah plastik masuk di Pelabuhan Peti Kemas Batuampar, Batam, Kepulauan Riau pada awal Juli 2019 lalu.

Setelah dites oleh laboratorium Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea dan Cukai Tipe Batam, Kepulauan Riau sebanyak 38 kontainer di antaranya positif mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

Mengatasi hal ini, Indonesia terus melakukan indakan tegas dengan memulangkan kembali (reekspor) sampah-sampah plastik bercampur limbah B3 tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan laporan Kompas.com, Rabu (18/9/2019), sepanjang 2019 Bea Cukai sudah melakukan reekspor sebanyak 331 kontainer sampah plastik ke negara asalnya.

"Reekspor dilakulan oleh yang bersangkutan (perusahaan pengimpor)," ujar Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi di Terminal Peti Kemas Koja, dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/9/2019).

Hingga 17 September 2019, Bea Cukai telah menindak kurang lebih 2.041 kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak, Batam, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Tangerang.

Hal ini seolah menjadi bukti bahwa Indonesia telah menjadi lahan subur bagi sejumlah negara maju untuk melakukan ekspor sampah plastik.

Baca juga: Indonesia Pulangkan Sampah Plastik Australia yang Terkontaminasi B3

Perang Dagang

Pakar lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Dwi Saung, mengatakan meningkatnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat turut memberi sumbangan terhadap meningkatnya impor sampah plastik di Indonesia.

Perang dagang membuat China menghentikan impor sampah plastik dari sejumlah negara Eropa dan Amerika. Alhasil, ini membuat ekspor sampah plastik beralih ke negara-negara yang dianggap lemah, termasuk Indonesia.

"Kebetulan di Indonesia sendiri ada industri yang menampungnya. Akhirnya, jadilah Indonesia sebagai negara tujuan ekspor sampah plastik," ujar Dwi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2019).

Dwi mengatakan, sampah plastik hasil impor tersebut sebagin besar dimanfaatkan untuk bahan baku industri, salah satunya industri pembuatan kertas.

"Mereka dibayar dua kali. Kalau ambil bahan baku dari lokal mereka harus membeli kalau dari luar justru mereka dibayar dari sumbernya," ujar Dwi.

Melansir pemberitaan VOA Indonesia awal tahun 2019, Direktur Eksekutif Ecoton (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah), Prigi Arisandi telah melakukan pengamatan di lokasi desa tempat pembuangan sampah palstik di Mojokero, Sidoarjo dan Gresik.

Dari hasil pengamatan tersebut, Prigi menyakini lebih dari 300 kontainer yang sebagian besar mengangkut sampah plastik ke Jawa Timur setiap harinya.

Baca juga: Indonesia Kirim Balik 9 Kontainer Sampah Plastik ke Australia

Mencemari Lingkungan

Kompas.com, Rabu (18/9/2019), juga melaporkan, Bea Cukai juga telah mengamankan 467 kontainer.

Di Pelabuhan Tanjung Priok, Bea Cukai juga mengamankan 1.024 kontainer. Sebanyak 293 kontainer juga diamankan Bea Cukai di Tangerang.

Dwi menuturkan impor sampah plastik ini telah mencemari lingkungan di Indonesia dan membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia karena tidak semua sampah plastik bisa didaur ulang,

"Akhirnya, yang tidak bisa didaur ulang itu ada yang dibakar sehingga mencemari udara. Adapula yang dibuang kemana-mana, ke TPA, laut atau sungai, yang tentunya menyebabkan pencemaran," ujar dia.

Dwi juga menceritakan kondisi masyarakat yang terkena dampak negatif dari sampah plastik ini, salah satunya di daerah Pasa Kemis Tanggerang yang terdapat kertas HVS.

"Pabrik kertas itu membuang sampah-sampah yang tak terpakai di sekitar pabriknya. Akibatnya, banyak warga sekitar yang sesak nafas dan terkena berbagai penyakit akibat pembakaran sampah plastik tersebut," ujar dia.

Baca juga: Kritik Navicula di Soundrenaline 2019, Korupsi hingga Sampah Plastik


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: VOAINDONESIA
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi