Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Cara Kerja Hujan Buatan Memadamkan Api Kebakaran Hutan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/IDON TANJUNG
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis yang berbatasan dengan wilayah Kota Dumai, Riau, Selasa (26/2/2019). Upaya pemadaman dibantu dengan water bombing dengan menggunakan helikopter Super Puma milik Perusahaan Sinarmas. Dok Tim Satgas Karhutla Riau
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Upaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan masih terus dilakukan berbagai pihak. 

Di Kalimantan Tengah, upaya yang dilakukan salah satunya melalui hujan buatan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Bagaimana sebenarnya cara kerja hujan buatan dan efektivitasnya memadamkan api kebakaran hutan?

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Dr. Tri Handoko Seto, M.Sc, mengatakan, pelaksanaan hujan buatan untuk wilayah Kalimantan Tengah sudah dilaksanakan sejak sekitar 4 hari yang lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Ini pilihan yang harus ditempuh. Teknologi ini butuh awan, yang kami beri perlakuan sehingga dia jadi hujan. Diharapkan hujan ini akan mampu membasuh asap dan memadamkan api,” ujar Seto, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/9/2019).

Baca juga: KLHK Segel 9.000 Hektar Lahan Milik Perusahaan Terkait Kebakaran Hutan dan Lahan

Sejak diterapkan hujan buatan, lanjut Seto, di beberapa wilayah Kalimantan Tengah seperti Palangkaraya dan Pulang Pisau, hujan turun cukup deras.

Meski demikian, upaya ini belum secara total memadamkan api kebakaran hutan di wilayah itu.

“Belum, kemarin hujan-hujan yang terjadi masih sporadis, hanya level kecamatan sekitar sekian ribu kilometer persegi,” kata Seto.

“Kalteng ini kan sangat luas, distribusi hot spot kebakaran hutan nyaris merata. Sehingga upaya kemarin belum cukup,” lanjut dia.

Dua metode dan cara kerja hujan buatan

Dalam penanganan kebakaran hutan dan kabut asap, Seto mengatakan, ada dua metode yang digunakan.

Dua metode itu adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan, serta water bombing.

Menurut Seto, jika dibandingkan hujan buatan, water bombing bisa diarahkan tepat di lokasi kebakaran.

Sementara hujan buatan cenderung sporadis.

Baca juga: BPBD Kalbar Semai 1,6 Ton Garam di Udara untuk Ciptakan Hujan Buatan

Akan tetapi, water bombing menjadi kurang efektif karena air yang dibawa jumlahnya sangat terbatas yakni maksimal sekitar 8 meter kubik.

“Kalau modifikasi cuaca, airnya sangat banyak, kelemahannya dia tidak bisa diarahkan persis ke tempat-tempat kebakaran,” jelas Seto.

Hujan buatan juga tergantung keberadaan awan, arah angin bergerak, serta kecepatannya.

“Namun, kondisi sekarang hujan di mana pun akan berdampak secara signifikan pada pengurangan kebakaran hutan. Minimal, hujan bisa mencegah terjadinya kebakaran-kebakaran baru,”  kata Seto.

Seto menjelaskan, setiap hari BPPT berkoordinasi dengan BMKG untuk terus melaksanakan upaya hujan buatan.

“Kami di lapangan setiap hari mengupayakan untuk adanya hujan buatan. Harapannya sekitar 1-2 minggu ke depan selesai,” kata dia.

Adapun secara lebih rinci proses modifikasi cuaca ini dimulai dengan memonitor cuaca.

Baca juga: Hujan Buatan Turun di Meranti, Percepat Pemadaman Karhutla

Pemonitoran tersebut dilaksanakan oleh BPPT dibantu BMKG dengan menggunakan alat seperti radar cuaca.

Selain itu, ada pula orang-orang yang di tempatkan di beberapa daerah untuk memantau awan.

Jika awan sudah terbentuk, selanjutnya bahan semai disiapkan, untuk kemudian diterbangkan dengan pesawat TNI AU CN295.

Bahan semai sendiri merupakan garam yang diperlakukan khusus sesuai standar.

Standar itu di antaranya harus memiliki tingkat kekeringan dan kehalusan yang sesuai.

Selanjutnya, setelah garam disemai, maka akan terus dilakukan pemantauan menggunakan monitor untuk mengamati hasil persemaiannya.

Jika jumlah awan cukup, maka hasil semai akan menjadi hujan dalam hitungan puluhan menit hingga beberapa jam setelah itu.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Titik Api Karhutla Sumatera dan Kalimantan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi