Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap Langit Merah di Muaro Jambi Akibat Titik Panas

Baca di App
Lihat Foto
Facebook: Qha Caslley
Kondisi Muaro Jambi berwarna merah pada siang hari.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Fenomena perubahan warna langit merah di Desa Pulau Mentaro, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi yang terjadi pada Sabtu (21/9/2019) mulai pukul 10.42 WIB menjadi viral.

Perubahan warna ini bahkan sempat membuat warga setempat tidak berani keluar rumah, di samping karena kondisi udara masih berasap.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto mengungkapkan bahwa warna merah yang tampak di langit Jambi merupakan adanya sejumlah titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal.

"Hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 12 September di sekitar Muaro Jambi, tampak terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal," ujar Siswanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Minggu (22/9/2019).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tak Hanya di Jambi, Langit Merah Pernah Terjadi di London karena Badai Ophelia

Menurutya, asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Muaro Jambi berbeda dari daerah lain yang juga mengalami kebakaran.

Sebab, daerah lain yang mengalami kebakaran pada nampak berwarna cokelat, sementara kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Muaro Jambi berwarna putih saat dilihat melalui satelit.

Warna putih ini mengindikasikan bahwa lapisan asap di Muaro Jambi sangat tebal.

Hal ini dimungkinkan karena di daerah tersebut ada karhutla, terutama pada lahan-lahan gambut.

Selain itu, Siswanto menjelaskan bahwa tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentras debu partikulat polutan berukuran kurang dari 10 mikron atau PM10.

"Hari ini, Sabtu (21/9/2019), tengah malam di Jambi, pengukuran konsentrasi PM10 = 373,9 ug/m3, menunjukkan kondisi tidak sehat," ujar Siswanto.

Sementara itu, kondisi polutan udara di Pekanbaru, Riau dilaporkan lebih parah, yakni konsentrasi debu polutan PM10 sebesar 406,4 ug/m3 yang termasuk kategori berbahaya.

Mengenal hamburan mie

Tak hanya itu, penyebab langit di Muaro Jambi menjadi kemerahan, karena adanya hamburan sinar matahari yang berukuran kecil atau dikenal dengan istilah hamburan mie.

"Jika ditinjau dari teori fisika pada panjang gelombang sinar tampak langit berwarna merah ini disebabkan oleh adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yang berukuran kecil (aerosol), dikenal dengan istilah hamburan mie (Mie Scattering)," ujar Siswanto.

Ia juga menjelaskan bahwa fenomena Mie Scattering ini terjadi saat diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak matahari.

Diketahui, panjang gelombang sinar merah terdapat di ukuran 0,7 mikrometer.

Baca juga: Langit Merah di Jambi Juga Pernah Terjadi di China, Kapan Persisnya?

Dari informasi tersebut, Siswanto menyampaikan, pihaknya mengetahui bahwa konsentrasi debu partikulat polutan berukuran kurang dari 10 mikrometer sangat tinggi terjadi di sekitar wilayah Jambi, Palembang, dan Pekanbaru.

Meski begitu, yang terdampak perubahan langit menjadi meah hanya Muaro Jambi saja.

Siswanto menjelaskan bahwa penyebab langit merah ini merupakan kondisi debu polutan di Muaro Jambi dominan berukuran 0,7 mikrometer atau lebih dengan konsentrasi sangat tinggi.

"Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebara partikel polutan ini juga luas untuk dapat membuat langit berwarna merah," ujar dia.

Tidak hanya terjadi sekali ini, ternyata Indoneia juga pernah mengalami kejadian serupa.

Pada tahun 2015, daerah Palangkaraya, Kalimantan Tengah sempat mengalami beberapa kali perubahan warna langit menjadi warna orange akibat karhutla.

Perubahan warna langit ini juga berarti ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan berukuran lebih kecil daripada fenomena langit merah di Muaro Jambi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi