Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

#GejayanMemanggil, Kumpulkan Massa dalam Sehari Via Medsos

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/@gejayanmemanggil
Poster aksi #GejayanMemanggil
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika


KOMPAS.com – Hari ini, Senin (23/9/2019) sejumlah massa di Yogyakarta tengah menggelar aksi damai bertajuk Gejayan Memanggil.

Aksi yang digagas oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas ini dengan cepat bisa mengumpulkan massa untuk turun bersama menyampaikan aspirasinya di jalanan siang ini.

Terpantau, gerakan ini hanya dipublikasikan melalui tagar #GejayanMemanggil di Twitter pada Minggu (22/9/2019). Publikasi kemudian berlanjut melalui sebuah akun Instagram @gejayanmemanggil yang baru aktif mengunggah konten pada Minggu (22/9/2019) malam, atau kurang dari 24 jam sebelum aksi pukul 13.00 siang ini.

Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati menyebut hal ini bukan hanya karena kekuatan media sosial, namun juga karena substansi yang diangkat menyentuh kalangan yang luas.

Baca juga: Trending #GejayanMemanggil, Ini Sejarah Pergerakan Mahasiswa di Yogyakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Memang media online kan sekarang sudah berkembang, artinya koordinasi, tindak lanjut, bergabung, dan seterusnya itu cepat, tidak seperti dulu. Tapi dari sisi substansi memang ini kan gerakan yang meng-cover semua isu ya,” kata Mada, dihubungi Senin (23/9/2019) siang.

Aksi Gejayan Memanggil yang digelar hari ini mengangkat sejumlah permasalahan nasional, seperti isu korupsi, kebakaran hutan, kekerasan, dan masih banyak yang lainnya.

“Itu yang terjadi sekarang yang menjelaskan mengapa itu cepat sekali direspons oleh yang lain, tapi saya kira luar biasa sekali, jumlahnya juga tidak sedikit,” lanjutnya.

Kelompok massa yang datang dari berbagai institusi ini dan lapisan masyarakat ini juga ditengarai memiliki kegelisahan bersama mengenai berbagai macam kondisi nasional yang saat ini terjadi.

“3 universitas (UGM, Sanata Dharma, dan UII) ini secara resmi juga menyatakan tidak mendukung, itupun tidak menyurutkan langkah mereka, karena mereka mungkin sudah merasa sesak dengan situasi yang ada,” ujar Mada.

Turun ke jalan, disebut sebagai satu upaya sederhana yang bisa dilakukan oleh anak-anak muda untuk menyalurkan aspirasinya mengingat tidak ada jalur lain yang dapat mereka tempuh selain demonstrasi.

Menyampaikan pendapat dalam forum, atau pada wakil-wakil rakyat di pemerintahan dirasa tak lagi efektif.

“Partai-partai politik itu tidak mampu menjalankan fungsinya, pemilu juga orang hanya diminta datang untuk memilih tanpa punya peran yang lebih aktif lagi, DPR yang sedang mereka kritik juga tidak punya peran optimal. Jadi memang tidak ada saluran bagi mereka,” jelas dia.

Baca juga: Trending #GejayanMemanggil, Ada Apa di Gejayan Hari Ini?

Dan atas apa yang terjadi hari ini, dosen Departemen Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM ini memberikan apresiasinya kepada para mahasiswa yang sudah mau menyuarakan permasalahan bangsa.

“Terlepas dari berbagai macam kelemahan dan atau bahkan kritik-kritik ya, saya secara pribadi mengapresiasi gerakan ini, karena menunjukkan masih ada kontrol, partisipasi publik yang selama ini hanya dimaknai saja ketika pemilu,” ucap Mada.

Gerakan mahasiswa semacam ini menjadi bukti, bahwa pemuda atau mahasiswa sebagai agen perubahan tidak sedang terlelap setelah terakhir melakukan agenda besar pada 1999 di masa runtuhnya Orde Baru.

“Tetapi dengan hal ini kita sangat optimis bahwa rakyat yang dalam hal ini diwakili atau dimotori oleh mahasiswa itu juga tidak sedang tidur. Ini bentuk mereka ingin berkontribusi terhadap persoalan-persoalan bangsa,” lanjutnya.

Melalui aksi ini, Mada juga menyebut banyak aspirasi dan kegundahan masyarakat luas yang dapat tersalurkan. Itu mengapa, secara pribadi ia mengapresiasi gerakan Gejayan Memanggil, terlepas dari banyak kritik yang diterima.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi