Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuma Trending Sehari, Kok #GejayanMemanggil Bisa Gerakkan Ribuan Massa?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram/@gejayanmemanggil
Poster aksi #GejayanMemanggil
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

JAKARTA, KOMPAS.com - Seruan aksi di beberapa kota menjadi perhatian akhir-akhir ini. Salah satunya adalah aksi #GejayanMemanggil yang menyerukan kondisi politik hukum terkini serta persoalan lingkungan.

Aksi ini dilakukan di Yogyakarta, tepatnya pertigaan Colombo, Jalan Affandi (Jalan Gejayan), Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Selain demonstrasi, kegiatan ini juga diikuti dengan naiknya tren dan tagar serupa di media sosial Twitter dan berbagai platform lainnya sehari sebelumnya.

Kemudian dalam waktu singkat, tagar tersebut pun berkembang dan menjadi seruan aksi yang bisa mengumpulkan massa dalam jumlah cukup banyak.

Melihat contoh ini, lalu muncul pertanyaan, bagaimana media sosial mampu mengumpulkan massa hanya dalam waktu sehari setelah tagar digaungkan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: #GejayanMemanggil dan Aksi di Daerah Lain Bukti Pemerintah Harus Berbenah

Menurut analis media sosial dan digital dari Universitas Islam Indonesia (UII) Ismail Fahmi, banyaknya massa yang berkumpul dalam waktu singkat ini ada karena sebelumnya terdapat pembahasan khusus.

Ismail menuturkan, bahkan sebelum seruan aksi, para penggerak kegiatan tersebut telah melakukan kajian dan analisis mengenai undang-undang dan rancangan UU yang ada.

Gerakan semacam ini, menurut Ismail, memang sudah dikoordinasi dengan baik melalui serangkaian kegiatan offline.

Ia menambahkan, seruan aksi yang hanya ada di media sosial atau secara online semata tanpa diikuti aksi lapangan dan kegiatan offline dianggap hanya membangun opini publik semata.

"Jadi sebetulnya kalau kita hanya bermain hashtag-hashtag-an saja di media sosial, seperti main dengan giveaway atau apa, itu kan hanya bikin trending topic saja, tapi itu kan tidak berdampak," ucap Ismail menjawab Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Pendiri Drone Emprit ini melanjutkan, setelah melakukan kegiatan, para penggerak kemudian memanfaatkan media sosial utamanya Twitter untuk mengundang atau menggaungkan gerakan yang akan mereka lakukan.

Dengan demikian, bagi gerakan dan seruan aksi semacam ini, maka harus diikuti dengan kegiatan offline untuk memberikan dampak yang lebih besar.

"Makanya untuk gerakan-gerakan semacam ini harus ada dua, yaitu offline dan online. Tanpa itu enggak akan membuat suatu gerakan besar," tutur Ismail.

Sementara khusus untuk aksi Gejayan Memanggil, tagar yang muncul di media sosial berperan layaknya corong untuk aksi lapangan yang memang sudah ada sebelumnya.

Selain itu, agar seruan yang muncul di media sosial berdampak besar, maka harus diikuti dengan adanya aksi nyata.

"Untuk kasus Gejayan Memanggil, sebelumnya mereka bergerak offline terus mereka membangun narasi, lalu membangun undangan katakanlah lewat Twitter," ucap Ismail.

Baca juga: #GejayanMemanggil, Ribuan Mahasiswa Unjuk Rasa di Yogyakarta

Setelah narasi dan undangan digaungkan via media sosial dan banyak orang yang membicarakan topik tersebut, maka gerakan ini bisa memanggil massa dalam jumlah besar.

Kemudian para penggerak aksi biasanya memiliki beberapa tagar atau seruan lain yang mengikuti tagar utama. Sehingga, lanjut Ismail, tagar awal ini menjadi satu gerakan untuk memunculkan aksi lanjutan lainnya.

"Karena tagar ini kan seperti suatu fase, suatu gerakan awal untuk memanggil yang lain," ucap dia.

Menurut pantauan Kompas.com, setelah tagar Gejayan Memanggil, kemudian muncul seruan lain yakni #GejayanBergerak. Di platform media sosial Twitter, hingga Senin petang, ada lebih dari 3.000 tweet mengenai hal ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi