Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Setelah disemayamkan di Balai Mahasiswa Kampus UI Salemba, Sabtu (25/9) jenazah Yun Hap mahasiswa UI yang tertembak Jumat (24/9) dalam aksi demo menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta pun dibawa dan disemayamkan di Yayasan Rumah Duka Abadi, Daan Mogot, Jakarta Barat sebelum dimakamkan di Pemakaman Pondok Rangon, Minggu (26/9).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

Saat konvoi truk tentara melintas, Yun Hap sedang duduk di tengah jalur hijau dekat jalan masuk RS Jakarta, Jakarta.

Yun Hap sedang makan roti. Tiba-tiba terdengar tembakan. Tembakan membabi-buta.

Yun Hap jadi salah satu korban yang meninggal dunia dalam Tragedi Semanggi II, 24 September 1999.

KOMPAS.com - Yun Hap (22), mahasiswa semeester 7 Jurusan Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, meninggal karena luka tembak, Jumat (24/9/1999) malam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat itu, ia dan beberapa temannya tengah berkumpul untuk bersiap kembali ke Kampus UI, Depok, Jawa Barat.

Teman sekampus Yun Hap, Adi, dalam kesaksiannya, mengungkapkan, malam itu sekitar pukul 20.00 WIB.

Adi tengah berada di jalan masuk Bendungan Hilir.

Dari arah Jalan Thamrin, ia melihat rombongan truk tentara melaju kencang. Tiba-tiba terjadi rentetan tembakan.

"Semua lampu depannya menyala. Tiba-tiba terdengar tembakan. Saya berlari masuk ke jalan Benhil, berlindung," ujar Adi, seperti dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 25 September 1999.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 24 September 1999, Tragedi Semanggi II

Adi baru mendapatkan informasi ada korban tertembak dari orang-orang di sekitar lokasi.

Saat itu, truk sudah menjauh. Adi belum tahu bahwa korban itu adalah temannya, Yun Hap.

"Saya tahu setelah saya cari tidak ada. Dan setelah saya datang ke kamar mayat, baru saya tahu kalau itu teman saya," kata Adi.

Versi polisi, penembakan dilakukan oleh orang tidak dikenal.

Namun, kesaksian sejumlah saksi menyebutkan sebaliknya. Tak ada kendaraan lain selain konvoi truk tentara yang melancarkan tembakan.

Pada 26 September 1999, Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Noegroho Djajoesman, mengatakan, polisi belum mendapatkan keterangan pasti mengenai lokasi keberadaan Yun Hap saat terjadi penembakan.

Menurut dia, kepastian lokasi keberadaan Yun Hap penting untuk memperkirakan asal tembakan.

UI berduka

"Ini biadab. Saya harus perkarakan ini," ujar mantan Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) Mayjen TNI (Purn) Hariadi Dharmawan, setelah melihat jenazah Yunhap di kamar mayat RSCM, menjelang Sabtu (25/9/1999) dini hari.

Kematian Yun Hap menjadi duka mendalam bagi civitas akademika UI.

Diberitakan Harian Kompas, 27 September 1999, duka itu terasa saat pemakaman Yun Hap di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondokrangon, Jakarta Timur, pada Minggu (26/9/2019).

Sekitar 1.000 civitas akademika UI dan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi lain mengantarkan Yun Hap ke peristirahatan terakhirnya.

Sebagai tanda duka, Rektor UI saat itu, A Boedisantoso menginstruksikan para dekan dan direktur program pascasarjana UI Salemba dan Depok untuk memasang bendera Merah Putih setengah tiang selama tiga hari.

Duka itu tak hanya dirasakan UI.

Di sejumlah tempat di Jakarta, siaran langsung pemakaman Yun Hap disaksikan warga.

Laporan pandangan mata reporter televisi diiringi lagu Gugur Bunga yang berulang kali diputar semakin membuat duka kian terasa.

Hingga Minggu petang, beberapa warga masih berdatangan ke kawasan Jalan Garnison. Karangan bunga tanda duka juga masih terpasang saat itu.

Kebanggaan keluarga

Yun Hap adalah kebanggaan keluarganya.

Ayahnya, Yap Pit Sing, tak bisa menahan tangis mengenang sosok Yun Hap.

Ia mengenang pernyataan putranya yang bertekad berjuang untuk kepentingan rakyat.

"DIA bilang: saya sekolah di UI, rakyat yang membiayai, yang mensubsidi. Maka saya harus berjuang untuk rakyat," kata Yap, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 26 September 1999.

Yap kemudian mengisahkan, pada Kamis (23/9/1999) malam, Yun Hap sempat menelepon ke rumah mereka di kawasan Tanjung Duren Timur, Jakarta Barat.

Saat itu, Yun Hap berada di Kampus Atma Jaya.

Sementara, pada Jumat (24/9/1999) pagi, Yun Hap kembali menelepon dan menginformasikan akan pulang.

Ia tiba di rumah pada pukul 09.00, sempat makan, lalu kembali ke Kampus UI di Depok pada siang harinya.

Adik Yun Hap, Yun Yie mengatakan, saat itu sang ibu, Ho Kim Ngo, sempat memintanya agar tidak ikut berdemonstrasi.

Alasannya, kata Yun Yie, ibunya mengingatkan bahwa tahun itu merupakan tahun sial bagi mereka yang bershio ular.

Yun Hap, kelahiran 17 Oktober 1977, bershio ular.

Namun, Yun Hap bersikeras dan tetap menuju kampus. Baginya, apa pun yang terjadi merupakan takdir.

Bukan kali ini Yun Hap ikut dalam aksi demo besar.

Namun, hari itu, saat terjadi penembakan membabi-buta dari aparat, sebagai kelanjutan dari aksi menolak pengesahan RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB), menjadi akhir dari perjuangan Yun Hap.

"Di balik kejeniusannya, Yun Hap punya sikap yang kritis dan itu diwujudkan dengan tindakannya melawan pemerintah," demikian Fesan Gustano Razak, rekan dekat Yun Hap mengenangnya.

Bagi keluarganya, Yun Hap kebanggaan karena prestasi yang diukirnya sejak SD hingga SMU. 

"Yun Hap memang pintar. Saya harapkan anak saya bisa mengangkat nama saya. Biar bapaknya jadi kuli, jadi buruh. Anak yang diharapkan bisa mengangkat harkat dan derajat, kok jadinya begini. Cita-citanya enggak sampai. Dia pernah bilang akan mati muda. Nggak tahu, kenapa dia bilang begitu," ucap ayahnya, Yap Pit.

Ucapan selamat jalan mengiringi Yun Hap ke peristirahatan terakhirnya.

"Sdr Yun Hap, meski tubuhmu terbujur kaku, namun semangatmu tetap ada di antara kami. Selamat jalan, kawan," demikian Rektor UI Prof Dr dr Asman Boedisantoso, saat melepas jenazah Yun Hap di Balai Mahasiswa UI, sebelum dimakamkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi