Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Humor di Spanduk Demo Mahasiswa Bisa Buka Kesadaran Politik Milenial

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
Spanduk bernada sarkastik tampil dalam aksi demonstrasi mahasiswa di Gedung DPRD Provinsi Lampung, Selasa (24/9/2019). Aksi mahasiswa menghasilkan 14 kesepakatan dengan DPRD setempat.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai demonstrasi yang ada di Indonesia akhir-akhir ini memberikan warna baru, seperti contohnya penggunaan bahasa humor pada spanduk yang dibawa oleh demonstran.

Berbagai tulisan nyeleneh pada spanduk bertebaran di media sosial selama aksi demonstrasi berlangsung. Sontak guyonan bertema politik tersebut membuat warganet mengapresiasi aksi yang dikemas dengan cara berbeda.

Spanduk-spanduk tersebut bukan hanya menyuarakan aspirasi yang diselipi humor, seperti:

"Cukup cintaku yang kandas, KPK Jangan"

"DPR medot janji, patah hati tetap aksi"

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Asap ini menghalangi ketampananku"

"DPR udah paling bener tidur, malah disuruh kerja"

Baca juga: Demo ala Milenial, Tulisan Spanduk “Nyeleneh” yang Ngena Banget

Sosiolog Politik Universitas Airlangga, Novri Susan mengatakan, seruan aksi yang dikemas dengan gaya humor tersebut merupakan representasi dari bahasa politik. Menurutnya, salah satu ciri masyarakat digital saat ini adalah penggunaan bahasa humor politik.

Penggunaan ini, lanjut Novri, menciptakan protes pada kekuasaan, namun tidak mengidentifikasi penggunanya sebagai kelompok fanatik yang eksklusif.

"Bahasa humor politik sudah muncul sejak media sosial menjadi ruang komunikasi. Ini juga menandakan bahwa simbol dalam komunikasi politik mengalami pergeseran," ucap Novri menjawab Kompas.com, Selasa (24/9/2019).

Novri menjelaskan, humor politik tersebut pada akhirnya mampu membuka ruang kesadaran politik baru bagi anak muda yang awalnya apatis.

Selain itu, guyonan yang diselipkan dalam spanduk demo merupakan simbolisasi dalam memperlihatkan kesadaran politik di era masyarakat digital.

Baca juga: Pilih Bertahan, Mahasiswa Bakar Spanduk di Bawah Jembatan Senayan

Novri juga menjelaskan, jika humor politik merupakan bagian dari masyarakat di era demokrasi, yang mencoba untuk kritis tanpa menggunakan kekeasan.

"Bahasan humor politik ini sebenarnya tetap memberi kekuatan dalam mobilisasi fungsi masyarakat sipil," tutur dia.

Selain itu, bahasa humor politik yang digunakan dalam berbagai aksi, lanjut Novri, mampu memperluas jaringan politik di kalangan anak muda, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan anak muda dalam gerakan protes.

"Tekanan terhadap kekuasaan lebih banyak direpresentasikan oleh bahasa-bahasa serius," ucap Novri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi