Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Kekerasan Terhadap Jurnalis Saat Meliput Aksi Demo Mahasiswa

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE
Anggota polisi melakukan barikade saat aksi unjuk rasa mahasiswa dan pelajar di depan gedung DPRD Sulsel, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/9/2019). Aksi unjuk rasa yang menolak UU KPK hasil revisi dan RKUHP tersebut sempat diwarnai kericuhan namun tidak berlangsung lama dan sejumlah pelajar berhasil diamankan.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

JAKARTA, KOMPAS.com - Tindakan dugaan kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis kembali terjadi saat sedang meliput aksi demo mahasiswa beberapa hari yang lalu.

Beberapa aparat di antaranya diduga tindak kekerasan, ada pula yang menghalangi kerja jurnalis dengan cara menghapus rekaman yang dimiliki oleh para wartawan.

Menanggapi hal ini, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengecam tindakan dugaan kekerasan dan intimidasi tersebut.

Menurut Ketua AJI Jakarta, Asnil Bambani, kekerasan yang dilakukan polisi dan massa merupakan tindakan pidana sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Baca juga: Rekam Pengeroyokan di Samping JCC, Jurnalis Kompas.com Diintimidasi Polisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia menyebutkan, dalam bekerja, jurnalis memiliki hak untuk mencari, menerima, mengelola, dan menyampaikan informasi. Kompas.com merangkum kekerasan yang dialami jurnalis saat melakukan peliputan tersebut, antara lain:

Intimidasi dan kekerasan jurnalis di Jakarta

Aksi dugaan intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis saat demonstrasi terjadi lagi. Kali aparat tak hanya melakukan kekerasan, namun juga intimidasi dan perusakan sejumlah properti peliputan.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat, sepanjang aksi demo, empat jurnalis mendapat kekerasan dari aparat kepolisian. Kekerasan pertama dialami jurnalis Kompas.com saat merekam pengeroyokan yang dilakukan polisi terhadap warga di JCC.

Saat itu, jurnalis kami berencana untuk kembali ke kantor di Menara Kompas, Jalan Palmerah Selatan pukul 17.30 WIB. Saat itu jurnalis Kompas.com berencana untuk lewat Jalan Gerbang Pemuda atau TVRI.

Namun di tengah jalan, situasi memanas. Polisi yang berada di atas flyover bersiap menembakkan gas air mata ke arah massa. Polisi pun kemudian menyuruh jurnalis Kompas.com berlindung di dalam JCC yang ternyata merupakan pusat komando polisi.

Setelah itu, jurnalis Kompas.com merekam peristiwa ketika polisi membawa seorang pria berusia sekitar 30 tahun yang mengenakan kaus dan celana panjang. Saat itu, rekan kami mengambil gambar dari dalam kaca gedung.

Namun seorang pejabat polisi meminta jurnalis Kompas.com untuk berhenti merekam dan memaksa agar video itu dihapus.

Setelah itu, jurnalis Kompas.com merekam lagi seorang pria yang dipapah polisi. Lalu tidak lama kemudian, rekan kami melihat ada satu pria lagi yang menyeret seorang pria. Dia dipukul, ditendang, hingga diinjak oleh belasan anggota polisi.

Setelah itu, polisi mencoba merampas handphone dan nyaris menyerang jurnalis kami untuk merekam aksi tersebut. Hingga akhirnya komandan mereka datang dan melindungi jurnalis Kompas.com lalu membawanya masuk ke dalam JCC.

Selama berada di dalam, dua orang polisi menanyakan nama lengkap hingga kartu pers. Jurnalis kami pun meminta izin pulang hingga akhirnya diperbolehkan keluar dari JCC.

Selain jurnalis Kompas.com, tiga wartawan lain dari IDN Times, Katadata, dan Metro TV juga mengalami hal serupa.

Baca juga: AJI Kecam Kekerasan terhadap Empat Jurnalis Saat Liput Demo di Sekitar DPR

Jurnalis IDN Times dipukul saat merekam tindak kekerasan yang dilakukan polisi di sekitar flyover Slipi. Selain itu, polisi juga merampas serta menghapus rekaman yang dimiliki.

Kemudian jurnalils Katadata dikeroyok meski sudah menunjukkan kartu pers. Adapun kasus ini bermula saat jurnalis Katadata merekam video polisi sedang menembakkan gas air mata.

Lalu kekerasan yang dialami jurnalis Metro TV didapatkan dari massa yang tidak ditehaui identitasnya.

Ketika itu, mobil yang digunakan untuk meliput dipukuli dan dirusak massa hingga kaca jendelanya pecah.

Kekerasan jurnalis di Makassar

Kekerasan terhadap wartawan saat merekam aksi demonstrasi juga dialami jurnalis LKBN Antara, Muhammad Darwi Fathir. Dia menjadi korban pengeroyokan anggota kepolisian di jajaran Polda Sulsel.

Akibatnya, Darwin mengalami luka di kepala. Selian Darwin dua wartawan lain yakni Saiful dari inikata.com (Sultra) dan Isak Pasabuan dari Makassar Today juga mendapatkan kekerasan saat meliput aksi tersebut.

Keduanya menderita beberapa luka. Saiful masih mengalami pembengkakan pada pipi kiri sedangkan bagian mata bawah masih diperban. Sementara Isak menderita lebam di beberapa bagian tubuhnya.

Intimidasi jurnalis TVRI di Palu

Seorang jurnalis TVRI Palu, Ryan Saputra diintimidasi polisi saat merekam aksi demonstrasi, Rabu (25/9/2019).

Ryan saat itu ia tengah merekam kericuhan massa yang dibubarkan oleh polisi. Tiba-tiba seorang laki-laki merampas kamera miliknya dan menghapus beberapa file terkait demo.

Setelah itu, handycam yang digunakan Ryan untuk merekam dikembalikan.
Ryan mengungkapan, oknum yang saat itu mengambil kamera dan menghaus rekaman di dalamnya tidak mengenakan seragam polisi.

Baca juga: Polisi Intimidasi Jurnalis TVRI Saat Liput Demo Mahasiswa di Palu, Semua Rekaman Dihapus

Namun setelah dilakukan penelusuran, laki-laki tersebut ternyata seorang polisi yang merupakan anggota buser yang bertugas d Polres Palu berinisial Briptu J.

Sumber: Kompas.com (Hendra Cipto, Erna Dwi Lidiawati, Deti Mega Purnamasari, Jessi Carina, Cynthia Lova)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi