Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Teroris Muncul Saat Ada Peristiwa Besar?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Terorisme
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penggerebekan terduga teroris terjadi di area sekitar Perum Argo Tunggal, Argomulyo, Salatiga, Jumat (27/9/2019).

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (28/9/2019), dalam penggerebekan ini, Densus 88 menangkap seorang terduga teroris bernama Wawan Wicaksono. Karena melawan, petugas akhirnya menembak kakinya.

Sebelumnya, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri juga menangkap 7 orang terduga teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD) di Bekasi, Jawa Barat, Senin (23/9/2019). Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com (24/9/2019).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan tujuh terduga teroris itu digerebek bersamaan pada Senin pagi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk diketahui, Senin (23/9/2019) kemarin gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa dan aktivis pro-demokrasi terjadi di sejumlah daerah.

Buntutnya, mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara, Randi (21) meninggal karena luka tembak di dada saat demo di gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9/2019).

Menanggapi hal itu, pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Roby Sugara mengatakan, munculnya teroris bertepatan dengan adanya beberapa peristiwa besar di Indonesia bagaikan buah simalakama.

"Di sisi lain kelompok teroris dalam banyak aksi selalu memanfaatkan kelengahan aparat. Di sisi lain, teroris juga kerap dipolitisasi negara," kata Roby melalui pesan singkat, Sabtu (28/9/2019).

Menurutnya, peristiwa besar akan membuat aparat kepolisian menjadi terfokus ke hal tersebut, dan teroris akhirnya dapat memanfaatkan momentum kelengahan aparat.

Roby menyebut, hal itu khususnya terjadi di Afghanistan.

"Di Indonesia juga hampir terjadi ketika demo pengumuman hasil pemilu, yang ditangkap di antaranya pendukung ISIS yang ikut demo," kata Roby.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gembong Teroris Noordin M Top Tewas di Solo

Ancaman nyata

Selain itu, ia mengatakan aksi teroris sering digunakan oleh negara untuk dijadikan isu utama.

"Seolah-olah aksi tersebut sebagai reaksi untuk menghalau atau menggagalkan terpilihnya atau proses demokrasi," jelas Roby.

"Sebagai contoh waktu 2009 lalu, aksi bom di dua hotel Marriott dan Rizt Carlton juga dimanfaatkan SBY yang saat itu baru terpilih kedua kalinya," lanjut Roby.

Kendati demikian, Roby menuturkan bahwa ancaman teroris itu nyata dan pola serangan teroris dilakukan secara mendadak.

Oleh karena itu, ia mengatakan tidak pernah bisa untuk mendeteksi ancaman teroris di Indonesia.

Roby menduga, pada kondisi saat ini, negara telah memanfaatkan isu teroris setelah terjadinya beberapa peritiwa-peristiwa besar di Indonesia.

Adapun peristiwa tersebut antara lain, demo mahasiswa menolak Rancangan KUHP (RKUHP) serta menuntut dicabutnya UU KPK versi revisi yang terjadi di berbagai daerah yang diwarnai dengan kericuhan dan kerusuhan di Wamena, Papua.

"Untuk kondisi saat ini, bisa jadi pemerintah menggunakan isu teroris atau membesarkan isu teroris untuk mengurangi kekuatan massa yang semakin sulit terbendung," terang Roby.

Menurut Roby, saat ini pemerintah menghadapi banyak komponen yang nantinya bisa membahayakan stabilitas keamanan dan ekonomi bila tidak diurai secara cepat.

"Komponen tersebut antara lain, gerakan mahasiswa, pelajar yang berlangsung di banyak kota, kerusuhan di Papua, tekanan negara tetangga soal kebakaran hutan, tekanan dari kelompok pro demokrasi soal KPK, dan juga beriringan dengan itu adalah teroris," tegas Roby.

Tak hanya itu, Roby juga menyarankan kepada Presiden Joko Widodo agar secepatnya berbuat sesuatu.

"Ya paling mungkin bagi presiden saat ini adalah menerbitkan Perppu soal KPK," kata Roby lagi.

Menurutnya, dengan melakukan hal tersebut akan sedikit meredam gejolak yang terjadi saat ini.

"Sehingga konflik bergeser antara pemerintah dan parlemen, setidaknya penerbitan Perppu akan mengurangi gerakan mahasiswa dan pelajar, " tutupnya.

Baca juga: Demo UU KPK dan RKUHP, 232 Orang Jadi Korban, 3 Dikabarkan Kritis

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi