Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Optimis Tak Mudah Terkena Serangan Jantung, Benarkah?

Baca di App
Lihat Foto
guardian
Pandangan akan optimisme menjadi bagian penting dari gaya hidup sehat.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Berjiwa optimis dan berpikir positif akan membantu kita untuk menjalani aktivitas sehari-hari lebih mudah.

Namun, berjiwa optimis ternyata juga bisa mengurangi potensi terkena serangan jantung.

Baru-baru ini beberapa ilmuwan melakukan penelitian untuk mengungkap hubungan antara pandangan seseorang tentang hidup dan kesehatan kardiovaskularnya.

Temuan tersebut telah dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Jama Network Open.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data yang digunakan adalah 230.000 peserta yang berasal dari AS, Israel, dan Australia selama periode 14 tahun.

Berdasarkan temuan penelitian ini, para peserta yang menggambarkan dirinya sebagai seorang optimis 35 persen lebih sedikit mengalamai stroke daripada mereka yang tidak optimis dalam periode waktu tersebut.

Tak hanya itu, mereka juga memiliki kemungkinan 14 persen lebih kecil untuk mengalami kematian dini karena sebab apa pun, termasuk kardiovaskular, kanker, dimensia, dan diabetes.

Untuk mengukur optimismenya, para peserta dievaluasi dengan menggunakan skala psikologis.

Baca juga: Kerap Berutang, BPJS Kesehatan Dibutuhkan atau Pemborosan?

Menjaga kesehatan

Profesor Alan Rozanski, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Mount Sinai St Luke, New York mengatakan temuan tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara pola pikir dengan risiko kardiovaskular.

Menurutnya, meningkatkan optimisme mungkin penting menjaga kesehatan.

"Riset kami adalah meta analisis pertama untuk menilai hubungan antara optimisme dan hasil klinis," kata Rozanski.

Ia menjelaskan, menjadi seorang yang optimis daoat membuat seseorang lebih mungkin untuk mengikuti gaya hidup sehat dengan olahraga secara teratur, makan makanan yang seimbang dan tidak merokok.

"Sudah sejak lama optimisme dianggap sebagai atribut positif untuk hidup," ujarnya.

"Secara keseluruhan, manfaat optimisme terhadap kardiovaskular dan psikologis menjadikannya ruang lingkup baru yang menarik untuk dipelajari dalam bidang kardiologi perilaku," lanjutnya.

Para peneliti meyakini bahwa temuan mereka dapat mengarah pada pengenalan terapi perilaku kognitif yang lebih intensif untuk membantu penderita depresi.

Selain diet sehat dan olahraga teratur, para profesor medis juga harus mendorong pasien mereka untuk selalu berfikir positif.

Rozanski menyebutkan, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk bisa lebih mendefinisikan mekanisme bio-behavioral yang mendasari keterkaitan ini.

Sebelumnya, sebuah penelitian juga pernah dilakukan oleh ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas Boston.

Penelitian itu mengklaim bahwa menjadi seorang optimis dapat meningkatkan kemungkinan untuk hidup, setidaknya hingga 85 tahun.

Mereka mengumpulkan data dari sekitar 70.000 wanita dan 1.400 pria dari The Nurses Health Study dan Veterans Affair Norming Aging Study.

"Penelitian tersebut telah mengidentifikasi banyak faktor risiko untuk penyakit dan kematian dini," kata Lewina Lee, Asisten Profesor Psikiatri di lembaga akademik.

Selama ini, kita tidak banyak tahu tentang faktor psikososial yang memiliki potensi untuk memperpanjang umur manusia," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi