JAKARTA, KOMPAS.com - Perjalanan lima tahun DPR 2014-2019 diwarnai banyak cerita sejak awal masa bakti pada 1 Oktober 2014.
Hari ini, Senin (30/9/2019), masa bakti DPR 2014-2019 telah berakhir. DPR yang baru akan dilantik pada Selasa besok, 1 Oktober 2019.
Kilas balik 5 tahun lalu, sidang perdana DPR 2014-2019 yang digelar pada Rabu, 1 Oktober 2014 hingga Kamis dini hari, 2 Oktober 2014.
Banyak kejadian menarik dalam sidang paripurna perdana yang diwarnai kericuhan itu.
Apa saja ceritanya?
Ricuh di sidang perdana
Sidang paripurna perdana dipimpin oleh anggota tertua dan anggota termuda DPR saat itu, yaitu Popong Otje Djunjunjan dan Ade Rezky Pratama.
Agenda sidang paripurna adalah penetapan Pimpinan DPR periode 2014-2019.
Kericuhan mewarnai sidang paripurna perdana itu.
Saat rapat awal konsultasi, PPP dan Demokrat mengusulkan agar paripurna pemilihan Pimpinan DPR ditunda.
Usulan tersebut disetujui oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) atau partai pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla saat Pilpres 2014, yakni PDI-P, PKB, Hanura, dan Nasdem.
Namun, empat partai lainnya, yakni Gerindra, PKS, PAN, dan Golkar mengusulkan pemilihan dilakukan sesuai jadwal, yakni pada Rabu (1/10/2014) malam.
Kisruh mengenai jadwal pemilihan Pimpinan DPR ini berlangsung hingga petang.
Kericuhan yang terjadi di ruang sidang ini menuai berbagai komentar.
Bahkan, pemain sinetron yang baru saja merambah dunia politik, Krisna Mukti berpendapat, sidang paripurna perdana DPR saat itu seperti anak TK.
"Jadi, kayak anak TK yang rebutan mainan. Ada beberapa orang saya lihat, mencuri scene. Ya jadi kayak nonton sinetron di TV saja. Ha-ha-ha," ujar Krisna.
Meski ricuh dan diwarnai hujan interupsi, sidang akhirnya menetapkan formasi Pimpinan DPR yang baru.
Saat itu, posisi Ketua DPR diduduki Setya Novanto (Golkar). Sementara, empat wakilnya adalah Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), Agus Hermanto (Demokrat), dan Fadli Zon (Gerindra).
Diwarnai aksi walk out
Kala itu, empat partai yang juga tergabung dalam KIH memutuskan keluar dari ruang sidang.
Keputusan ini diambil karena para anggota fraksi tersebut menilai, sidang paripurna berlangsung secara tidak egaliter.
Ketua DPP PKB Marwan Jafar mengatakan, aksi walk out dilakukan karena pihaknya kecewa terhadap proses rapat yang tidak demokratis.
Menurut dia, ada pihak yang sengaja merancang agar sidang berjalan tidak kondusif.
Selain itu, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, menilai, rapat sengaja dibuat menguntungkan kelompok tertentu.
Adapun Ketua Fraksi Nasdem Viktor Laiskodat menyebutkan, aksi walk out dilakukan lantaran usulan mereka untuk membahas Tata Tertib DPR tidak diakomodasi.
Meski empat fraksi partai politik keluar dari ruang sidang, namun pimpinan sidang paripurna, Popong alias Ceu Popong, tetap melanjutkan sidang paripurna.
Sidang diskors beberapa kali
Kericuhan ini membuat pimpinan sidang sementara, Popong Otje Djunjunjan dan Ade Rezky Pratama, harus menskors sidang beberapa kali.
Selama sidang paripurna berlangsung, setidaknya ada tiga kali skorsing.
Skors pertama dilakukan karena Fraksi PDI-P dan Fraksi PKB yang belum masuk ke ruang sidang. Saat itu, Ceu Popong memberi jeda waktu selama 30 menit.
Kemudian, skorsing kedua dilakukan oleh Popong saat politisi PDI-P Adian Napitupulu melakukan protes kepada pimpinan sidang untuk menutup rapat konsultasi terlebih dahulu. Namun. aksi protes tersebut tak diindahkan oleh Popong.
Hal ini rupanya berbuntut panjang. Setelah itu, para anggota Dewan lainnya melakukan protes karena Popong enggan mengabulkan permintaan Adian.
Di sisi lain, anggota lainnnya meminta sidang tetap dialanjutkan.
Hal ini membuat sidang ditunda lagi. Skors ketiga dilakukan karena Ceu Popong ingin memberikan kesempatan untuk masing-masing fraksi berbicara dalam forum.
Anggota Dewan sempat tidur
Setelah Popong melakukan skorsing ketiga, beberapa anggota Dewan memanfaatkan waktunya untuk tidur.
Mereka terlihat menyandarkan salah satu siku tangan pada pegangan kursi.
Sementara, anggota lain terlihat menggunakan telapak tangannya untuk menopang dagu. Hal ini terjadi karena pada hari pertama itu, sidang berlangsung sejak pagi hari.
Pada pukul 06.00 WIB, para anggota Dewan bersiap keluar dan mengadakan upacara pada pukul 07.00 lalu diikuti pelantikan pada pukul 11.00. Seluruh rangkaian kegiatan bahkan masih berlangsung hingga malam hari.
Bahkan, pada pukul 21.00, rapat konsultasi baru berakhir dengan keputusan menyelenggarakan sidang kedua dengan agenda menentukan Pimpinan DPR.
Palu Ceu Popong hilang
Pimpinan sementara sidang, Ceu Popong, menjadi bintang saat itu.
Ketika suasana sidang memanas, ia sibuk mencari palu yang sedianya akan digunakan untuk mengesahkan keputusan sidang. Potongan video saat Ceu Popong mencari palu pimpinan yang hilang itu kemudian viral di dunia maya.
"Mana paluna eweuh (Ke mana palunya tidak ada)," demikian kata Ceu Popong.
Bahkan, salah satu Youtuber, Eka Gustiwana, mengunggah video parodi Ceu Popong dengan nuansa Sunda.
Eka merupakan seniman speech composing yang mengubah dialog dalam video menjadi suatu lagu dengan iringan musik.
Insiden ini menghasillkan keriuhan di media sosial.
Tagar #SaveCeuPopong pun bergaung sebagai respons atas kepemimpinan Popong sebagai pimpinan sidang sementara.
Tagar ini bahkan menjadi trending Twitter dunia.
(Sumber: Kompas.com/Indra Akuntono, Sabrina Asril, Reska K. Nistanto, Dani Prabowo)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.