Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Tolong Penderita Serangan Jantung dengan Menepuk, Benarkah Cara Ini?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi serangan jantung
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Sebuah video detik-detik seseorang mengalami serangan jantung beredar di media sosial.

Melansir pemberitaan Tribunnews.com, dalam video yang beredar, Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Kota Makassar, Syafii terkena serangan jantung.

Peristiwa itu terjadi saat korban tengah mengikuti rapat Monitoring dan Evaluasi dengan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Makassar pada Kamis (26/9/2019) pekan lalu.

Syafii terkena serangan jantung saat presentasi mengenai lahan hutan di daerah Barru dan Pangkep.

Baca juga: Orang Optimis Tak Mudah Terkena Serangan Jantung, Benarkah?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum dibawa ke rumah sakit, dalam video yang beredar, beberapa orang terlihat menepuk-nepuk lengan dan dada korban.

Benarkah pertolongan dengan cara seperti ini?

Pertolongan pertama jika seseorang terkena serangan jantung

Dokter Spesialis Jantung di RS Harapan Kita, Jakarta, dr. Renan Sukmawan mengatakan, menepuk adalah cara untuk memastikan kesadaran penderita serangan jantung.

Akan tetapi, tak ada fungsi pertolongan dengan cara ini.

“Ketika kita menemukan pasien yang enggak sadar, menepuk-nepuk hanya untuk memastikan kesadarannya. Seperti dengan bilang ‘Pak bangun, Pak’. Namun tak ada fungsi pertolongan dari itu,” kata dokter Renan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/10/2019).

Ia mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan ketika mendapati seseorang tidak sadar karena diduga mengalami serangan jantung adalah memastikan apakah jantungnya berdenyut atau tidak.

Baca juga: Pahami, 4 Hal Utama demi Terhindar dari Serangan Jantung

Jika jantungnya tidak berdenyut atau mengalami henti jantung, maka langkah pertama yang harus segera dilakukan adalah melakukan tindakan kompresi.

Atau, bisa juga menekan daerah dada bagian tengah dengan hitungan sambil melakukan napas buatan.

“Pasien harus dibaringkan, aman dari orang banyak. Cek denyut nadi. Kalau enggak ada (denyut nadi), lakukan kompresi dengan napas buatan, lalu cari bantuan ambulans untuk dibawa ke rumah sakit, itu baru bisa menolong,” kata dr. Renan.

Menurut dia, selama ini masih banyak pemahaman yang salah di kalangan masyarakat mengenai pertolongan kepada penderita serangan jantung.

Bahkan, kata Renan, beredar informasi yang tidak benar perihal penanganan gagal jantung seperti dengan cara kuping dicubit, ditekan sikunya, dan sebagainya.

Padahal, cara ini hanya untuk mengecek kesadaran pasien.

Penanganan di rumah sakit

Lebih lanjut, ia mengatakan, proses kompresi sebagai pertolongan pertama harus terus dilakukan hingga tiba di rumah sakit.

Saat pasien yang menderita serangan jantung sudah berada di UGD, maka pertolongan akan dilanjutkan dengan intubasi.

Baca juga: Penyebab Serangan Jantung pada Pria di Bawah 40 Tahun

Pasien diberi alat bantu napas yang mem-by pass dari hidung sampai ke kerongkongan dengan memasukkan endo tracheal tube ke dalam mulut.

Selanjutnya, alat seperti gelembung balon dikaitkan dan dipompa dengan tangan agar ada udara yang masuk ke paru-paru.

Pasien juga akan diberikan obat melalui subkutan atau melalui pembuluh darah vena.

Ciri serangan jantung

Dr. Renan menjelaskan, kerapkali orang yang mengalami serangan jantung, sebelumnya tidak merasakan gejala apa-apa.

“Biasanya tiba-tiba timbul rasa tidak enak di dada yang menjalar disertai keringat dingin, mual, muntah dan nyeri ulu hati atau punggung,” kata Renan.

Nyeri yang dirasakan tidak selalu di bagian dada.

Hal tersebut karena pembuluh darah penyebab serangan jantung biasanya berada di dada,  di bawah ulu hati, maupun punggung bagian belakang.

Baca juga: Serangan Jantung, dari Penyebab, Gejala hingga Penanganan

“Tapi pasti gejala otonom, pasien panik, keringat dingin. Kalau sudah begitu, orang sekitar harus waspada, ini kenapa? Dia pingsan biasa atau serangan jantung, dan secepatnya harus diberi pertolongan,” papar dokter Renan.

Ia juga mengingatkan pentingnya mengetahui faktor risiko diri sendiri terhadap serangan jantung.

Faktor risiko itu, misalnya, apakah seorang perokok, memiliki riwayat darah tinggi, sakit gula, kolestrol tinggi, atau riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung.

Dokter Renan juga menyarankan kepada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun untuk melakukan check up kesehatan secara berkala.

Menurut dia, seringkali tidak disadari bahwa sudah ada plak yang terbentuk yang berisiko menyebabkan penyakit jantung.

Adapun cek yang dilakukan biasanya melalui EKG serta treadmill untuk dipantau rekaman jantung yang terbentuk.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi