Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Psikopat?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi psikopat
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Penayangan film Joker di Indonesia dan dunia menjadi perbincangan. Salah satunya, mengenai karakter Joker.

Ada yang menganggapnya sebagai penjahat, ada pula yang menganggapnya seorang pahlawan yang terpaksa melakukan kejahatan.

Sosok Joker juga digambarkan sebagai seorang yang merasakan kepuasan setelah menyakiti orang lain.

Ada yang menyebutnya sebagai seorang psikopat. Terlepas benar atau tidaknya sosok Joker memang digambarkan dengan karakter seperti itu, tak sedikit yang menganggapnya seperti itu.

Apa itu psikopat?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir pemberitaan Kompas.com, 2 Februari 2016, psikopat berasal dari kata psyche yang berarti "jiwa" dan pathos yang berarti "sakit".

Namun, sakit jiwa dalam konteks psikopat berbeda dengan gila.

Gila merupakan kondisi di mana seseorang tidak sadar atas apa yang ia lakukan.

Sementara, seorang psikopat sadar dengan setiap tindakannya.

Gejala psikopat

Adapun, gejala psikopat disebut dengan psikopati.

Untuk mendiagnosanya diperlukan evaluasi ketat dan menyeluruh meliputi tujuh tahap pemeriksaan termasuk 20 checklist psikopati Hare yang harus dijalankan.

Bapak Psikopati Dunia dari British Colombia University, Robert D. Hare, menyebutkan, perbedaan seorang psikopat dan non psikopat terletak pada reaksi emosionalnya.

Seorang psikopat kurang memiliki reaksi emosi seperti takut, sedih, dan tertekan.

Selain itu, seorang psikopat juga bersikap manipulatif.

Seringkali mereka berpenampilan, bersikap,dan bertutur kata sangat menyenangkan.

Psikopat juga sangat egosentris dengan kemampuan dan kecerdasan yang umumnya di atas rata-rata.

Para psikopat kriminal pada awalnya juga memiliki kecenderungan berbuat keji pada masa lalu.

Kekejian itu bisa jadi dianggap remeh seperti menyakiti binatang, yang kemudian meningkat pada manusia.

Melansir dari New York Post sepertu dikutip Kompas.com, 21 Oktober 2017, para peneliti di Norwegia yang mendatangi sebuah penjara dengan pengamanan yang maksimal, menemukan bahwa narapiana psikopat dipengaruhi oleh trauma masa lalu.

Trauma itu misalnya, diabaikan orangtua saat masa kecil, serta kekerasan seksual yang ia alami.

"Kekerasan-kekerasan para penjahat tersebut adalah usaha mereka untuk menggambarkan rasa traumanya di masa kecil, namun hanya caranya yang salah," kata Dr. Aina Gullhagen salah satu dari para peneiti tersebut

Psikopat kurang memiliki emosi

Seorang psikopat, kerap merasa tidak bersalah atas perbuatannya yang merugikan orang lain karena cara berpikir mereka yang berbeda.

Pengalaman James Fallon, profesor neurosains dari University of California, menunjukkan hal tersebut.

Suatu ketika, Fallon bertanya kepada seorang psikopat tentang kemungkinannya menyesali perbuatannya.

Namun, ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan.

"Yang benar saja! Dia (si perampok) sengsara berbulan-bulan di rumah sakit dan aku membusuk di penjara. Aku tidak membunuhnya. Aku mencoba membebaskannya dari sengsara. Kalau aku membunuh, akan kulakukan dengan cara mengiris tenggorokannya (bukan dengan menikam). Seperti itulah aku. Aku mencoba membebaskannya," demikian Fallon menirukan jawaban psikopat tersebut.

Pada diri psikopat, biasanya jarang mengalami tangan yang berkeringat karena stres maupun grogi.

Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk berempati pada kemarahan, ketakutan, dan kesedihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Valeria Gazola, yang dipublikasikan Jurnal Brain, menunjukkan, empati pada seorang yang menderita psikopat harus dipancing.

Jika pada manusia normal empati adalah sesuatu yang otomatis muncul saat melihat kesedihan atau ketidakadilan, bagi psikopat, otak mereka tidak demikian.

Mereka akan berempati jika menginginkannya.

Hal inilah yang menjelaskan kenapa seoang psikopat bisa begitu menawan sekaligus manipulatif.

Untuk itu, terapi yang disarankan bagi psikopat bukan mengajarkan mereka untuk berempati,.

Akan tetapi, yang diperlukan adalah mendorong mereka untuk dilatih selalu berempati, sebelum kekerasan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi