Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penusukan Wiranto Jangan Dianggap Sepele, Pengamanan Tak Boleh Lengah...

Baca di App
Lihat Foto
Hafidz Mubarak A
Menko Polhukam Wiranto memberikan keterangan pers terkait kondisi terkini Papua di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (2/9/2019). Menko Polhukam Wiranto menyatakan aktivitas di Papua dan Papua Barat sudah mulai berangsur normal kembali, tapi akses internet masih tetap dibatasi oleh pemerintah dan akan segera dibuka kembali saat kondisi sudah kondusif. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundinie Bakrie mengatakan, peristiwa penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menjadi pelajaran bagi pelaksanaan pengamanan terhadap pejabat negara.

Wiranto ditusuk oleh seorang pria di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Penusukan terjadi setelah Wiranto selesai meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar.

Connie mengatakan, kebiasaan Presiden Joko Widodo yang selalu tak berjarak dengan masyarakat saat melakukan kunjungan, membuat para menteri mungkin melakukan hal yang sama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kita punya Presiden yang sangat dekat dengan rakyat, tentu sangat kita apresiasi. Namun, hal itu otomatis menteri yang senang dikawal secara ketat langsung istilahnya 'gak enak' dengan Pak Presiden. Mereka (menteri) akhirnya ikut-ikutan juga tidak menggunakan pengawalan seperti yang seharusnya," kata Connie, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Berkaca Kasus Penusukan Wiranto, Fungsi Inteligen Harus Ditingkatkan Jelang Pelantikan Presiden

Menurut dia, dengan adanya penusukan terhadap Wiranto, maka mereka yang melakukan pengamanan tidak boleh lengah sedikit pun.

"Presiden juga harus mengurangi keinginannya untuk berinteraksi secara jarak dekat dengan rakyat, termasuk juga bagi para pejabat lain," kata Connie.

"Jangan anggap sepele kejadian yang dialami Pak Wiranto ini, jangan pula kita meng-underestimate," lanjut dia.

Connie menyebutkan, sebenarnya ada aturan baku soal pengamanan yang harus diterapkan kepada VVIP.

Sosok pelindung atau security itu telah melekat dalam diri Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) atau pengawal VVIP.

Connie mengatakan, indikasi Wiranto akan diserang sudah terdengar sebelum Pemilihan Presiden 2019.

Baca juga: Unggah Konten Negatif soal Wiranto, Dua Istri TNI Dilaporkan ke Polisi

Menurut dia, saat itu terdapat beberapa orang ditangkap terkait hal ini, namun proses nya berhenti ditengah jalan.

"Maka seharusnya waktu itu yang ditangkap oleh polisi,, harus dibiarkan sampai tuntas prosedurnya. Yang terjadi kan tidak demikian, tiba-tiba ada intervensi kepada beberapa orang yang ditangkap tersebut," papar dia.

"Dianggap harus dibebaskan lah, dianggap tidak berbahaya lah, dan lain sebagainya. Contohnya seperti Pak Soenarko," ujar Connie.

Meski tak diketahui apakah ada kaitan atau tidak dengan peristiwa yang menimpa Wiranto, penanganan kasus terkait indikasi ancaman itu seharusnya diselesaikan.

Connie juga menyarankan agar Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) lebih bersiaga menjelang pelantikan presiden pada 20 Oktober 2019. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi