Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Penusuk Wiranto Terpapar ISIS, BNPT: Mereka Masih Eksis

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Kristian Erdianto
Kepala BNPT Suhardi Alius saat peluncuran buku putih mengenai pemetaan risiko tindak pidana pendanaan terorisme terkait jaringan domestik yang terafiliasi dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (27/9/2017).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius menegaskan bahwa paham radikalisme di Indonesia masih eksis. Meskipun, saat ini persenjataan yang dimiliki kelompok-kelompok radikal tersebut dinilainya sangat minim.

Hal itu menanggapi adanya penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019) silam.

"Pelakunya sudah diidentifikasi, masuk kelompok apa juga sudah dijelaskan juga. Yang jelas mereka masih eksis tapi persenjataannya sangat minim," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/10/2019).

Terkait dengan pola serangan teror yang mengalami evolusi, Suhardi mengatakan para pelaku saat ini menggunakan benda yang mudah didapat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurutnya, tujuan utama mereka adalah untuk membuat ketakutan, sehingga mereka akan melakukan cara apa pun untuk mencapai tujuan itu, meski dengan peralatan seadanya.

"Karena kelompok-kelompok ini sudah terpapar, jadi enggak ada takut-takutnya berbuat seperti itu," kata Suhardi.

"Artinya kan pemikirannya sudah sangat jauh. Tapi kita lihat lagi ke belakang, siapa dia, di mana tinggalnya, ada apa dengan keluarganya," lanjutnya.

Variabel-variabel itu digunakan untuk menemukan alasan pelaku menjadi radikal.

Suhardi menyebutkan bahwa kedua pelaku aksi teror terhadap Wiranto termasuk dalam kelompok Jamaah Anshorud Daulah (JAD).

Sementara itu, JAD merupakan kelompok terorisme di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS.

Hal yang paling penting menurut Suhardi adalah sebaran kelompok-kelompok terorisme melalui media sosial.

"Kita harus persiapkan masyarakat kita jangan sampai terpapar, karena sebarannya lewat situ semua," ujar dia.

Apa yang terjadi saat ini, sambung Suhardi, adalah sama seperti yang diramalkan Bung Karno dulu.

"Yang kita hadapi sekarang ini lebih berat, karena saudara sendiri. Nah, bagaimana mengembalikan mereka ke jalan yang benar," imbuh dia.

Baca juga: Penusukan Wiranto Terjadi di Pandeglang, Ini Kata BNPT...

Pendampingan pelaku

Lebih lanjut, pihaknya akan melakukan pendampingan terhadap kedua pelaku penusukan kepada Menko Polhukam Wiranto.

Menurutnya, langkah itu dilakukan dalam upaya deradikalisasi terhadap pelaku, seperti yang diamanahkan oleh UU Terorisme yang baru.

"Dengan UU baru, sejak mereka menjadi tersangka seperti dua orang ini, kita sudah ada pendampingan," kata dia.

Upaya pendampingan kepada pelaku, imbuhnya akan dilakukan hingga pelaku dibebaskan dari penjara.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa peran BNPT tidak hanya dalam deradikalisasi, tapi juga kontra radikalisasi.

"Kontra itu menyiapkan masyarakat agar jangan sampai terpapar," ungkap Suhardi.

"Seperti SD, SMP, SMA itu kan kita rutin memberikan pnecerahan. Bahkan, kita punya duta-duta damai. Karena anak muda ini kan jadi sasaran-sasaran cuti otak," katanya lagi.

Seperti diketahui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan (Menko Polhukam) Wiranto menjadi korban penusukan oleh seseorang yang diduga terkait dengan jaringan JAD pada Kamis (10/10/2019).

Baca juga: Penusukan Wiranto Terjadi di Pandeglang, Ini Kata BNPT...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi