Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Drama Pembajakan Pesawat Lufthansa Tahun 1977

Baca di App
Lihat Foto
Primus
Replika pesawat maskapai penerbangan Lufthansa asal Jerman.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Sebuah pesawat jet jenis Boeing 737 dibajak oleh orang-orang bersenjata. Pembajakan ini terjadi pada Jumat, 12 Oktober 1977.

Mengutip pemberitaan Harian Kompas, 15 Oktober 1977, para pembajak menuntut pembebasan 11 orang tahanan yang meringkuk di penjara di Jerman Barat dan Turki.

Pesawat milik maskapai Lufthansa tersebut mengangkut 87 orang penumpang dan lima orang awak, dan terbang dari Mallorca di Spanyol ke Frankfurt.

Menurut pemberitaan, dua orang pembajak menodongkan senjata api kepada pilot dan memerintahkan agar mereka mendaratkan pesawat di Roma kemudian di Siprus. Di kedua tempat itu, para pembajak menuntut agar bahan bakar pesawat diisi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala itu, pihak Lufthansa mengatakan, kebanyakan penumpang adalah orang-orang Jerman Barat yang baru kembali berlibur dari Mallorca. Adapun 11 orang di antaranya merupakan ratu kecantikan Jerman.

Baca juga: Venezuela Krisis Ekonomi, Lufthansa Bekukan Penerbangan ke Caracas

Setelah keluar dari Siprus, pesawat itu terbang ke arah timur, namun tidak diizinkan mendarat di Beirut, Damaskus, dan Kuwait. Tepai akhirnya, mendarat di Bahrain.

Selang satu setengah jam kemudian, pesawat terbang lagi dan mendarat di Dubai. Selepas pendaratan, pasukan bersenjata lengkap dengan topi baja langsung mengepung lapangan terbang.

Kemudian, saat itu juga, Menteri Pertahanan Persatuan Emirat Arab, Sheik Mohammed bin Rashid al Maktoum memulai perundingan dengan para pembajak melalui radio. Saat itu, Sheikh Mohammed meminta pembajak untuk membebaskan sandra wanita dan anak-anak.

Akan tetapi, tuntutan tersebut tidak dikabulkan. Para pembajak juga menuntut tebusa sebesar 15 juta dollar AS. Jika tuntutan tersebut tidak dikabulkan, mereka berencana akan meledakkan pesawat beserta dengan awak dan penumpang.

Setelah itu para pembajak mengatakan bahwa para penumpang haus dan meminta minuman. Pemerintah setempat kemudian mengabulkan permintaan tersebut dengan mengirimkan kendaraan pengangkut minuman.

Tetapi, saat mendekat, para pembajak menyuruh supir kendaraan untuk berhenti dalam jarak 50 meter dari pesawat.

Adapun supir kendaraan disuruh turun dari kendaraan sembari mengeluarkan botol-botol minuman.

Para pembajak memberikan batas waktu hingga Minggu untuk membebaskan sembilan orang rekan mereka yang ditahan oleh Jerman Barat. Selain itu, mereka juga menuntut agar dua orang rekan mereka yang dipenjara di Turki untuk dibebaskan juga.

Setelah itu, pesawat pergi meninggalkan Dubai sekitar satu jam sebelum batas waktu yang ditetapkan.

Dilansir dari Washington Post, para pembajak membawa pesawat menuju ke Oman, namun saat itu, pemerintah setempat tidak mengizinkan. Mereka kemudian menuju ke Aden di Yaman, tetapi pemerintah setempat juga melakukan hal serupa.

Namun sayang, di sini, pilot Juergen Schumann akhirnya dieksekusi di tempat termasuk tujuh orang anak kecil.

Pembunuhan itu menyebarkan ketakutan yang luar biasa kepada para penumpang yang telah dipaksa duduk di kursi selama empat hari.

Pesawat kemudian diketahui mendarat di Mogadushu, Somalia. Di tempat ini, para pembajak memberikan batas waktu untuk tebusan dan membebaskan rekan mereka yang ditahan.

Baca juga: Lufthansa Kembali Terbangi Rute Jakarta-Frankfurt

Mereka juga mengumpulkan paspor penumpang untuk dibuang dengan tujuan agar para penumpang tidak dapat diidentifikasi setelah ledakan.

Tetapi, saat para pembajak lengah, Pemerintah Jerman Barat, Inggris, dan Amerika Serikat melakukan operasi penyelamatan. Operasi yang berlangsung selama tujuh menit tersebut berakhir dengan gemilang. Para penumpang yang tersisa akhirnya dapat diselamatkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi