Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Topan Hagibis, Dampak dan Fenomenanya...

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/Kazuki Wakasugi
Sekelompok pekerja penyelamat melewati rumah yang hancur akibat terjangan Topan Hagibis di Ichihara, Prefektur Chiba, pada 12 Oktober 2019. Topan Hagibis, dikenal juga sebagai Topan Nomor 19, disebut adalah topan terkuat yang melanda Jepang dalam 60 tahun terakhir.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Topan Hagibis menerjang Jepang pada Sabtu (12/10/2019). Setidaknya 4 orang dikabarkan tewas hingga Minggu (13/10/2019).

Badan Meteorologi Jepang mengingatkan bahwa Topan Hagibis kekuatannya sekuat Topan Kanogawa yang melanda Prefektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1959.

Ketika itu, Topan Kanogawa menewaskan sebanyak lebih dari 1.200 orang.

Sehari menjelang terjadinya Topan Hagibis, langit di Jepang berubah warna menjadi merah muda (pink).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netizen di media sosial Twitter banyak yang membagikan momen tersebut.

Seorang warga Indonesia di Jepang, Wahyu Cahyo Saputro, juga membenarkan adanya langit berwarna pink di Jepang.

Kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) pihaknya bercerita sempat melihat kondisi langit yang berwarna merah muda tersebut.

Wahyu yang saat itu berada di kantornya di Prefektur Hiroshima sempat menyaksikan fenomena alam tersebut meskipun hanya sebentar.

Terkait fenomena langit ini, Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia, mengatakan fenomena tersebut memang memiliki kemungkinan berkaitan dengan bencana.

Tetapi, ia meyakini penyebabnya bukan karena Topan Hagibis.

Ia menilai, fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Raikoke dekat Semenanjung Kamchatka Rusia Juni lalu.

Warna yang terbentuk menurutnya disebabkan oleh hamburan sinar matahari oleh partikel-partikel erosol asam sulfat.

Saat Topan Hagibis mendarat di Semenanjung Prefektur Shizouka, curah hujan tinggi disertai angin kencang serta banjir besar melanda daerah-daerah dari pusat hingga Jepang Utara.

Melansir dari Japan Times, setidaknya dua orang tewas, sembilan hilang, dan 86 lainnya terluka di 27 prefektur.

Hingga Minggu (13/10/2019) pagi dini hari, topan Hagibis sedang menuju wilayah Tohoku dan mengakibatkan 340.000 penduduk di Iwaki Prefektur Fukushima disarankan untuk mengungsi.

Topan ini juga dikhawatirkan menyebabkan lebih dari 100 sungai meluap.

Baca juga: Typhoon Hagibis Mendekati Jepang, Tagar #SaveJapan Muncul di Twitter

Pembatalan penerbangan

Berbagai dampak timbul akibat bencana Topan Hagibis, sebagian besar transportasi umum utamanya kereta api dan pesawat, ditangguhkan atau dibatalkan pada Sabtu.

Perusahaan All Nippon Airways menyampaikan pihaknya membatalkan semua penerbangan domestik pada hari Sabtu ke dan dari bandara Haneda dan Narita.

Sedangkan Japan Airlines membatalkan hampir semua penerbangannya.

JR Central juga membatalkan semua layanan Shikansen antara Tokyo dan Nagoya pada Sabtu, dan JR West menangguhkan berbagai jalur antara stasiun Shin-Osaka dan Okayama sejak sore dan seterusnya.

Bahkan, terkait peristiwa ini, pertandingan Piala Dunia Rugby terpaksa dibatalkan.

Jadwal pertandingan seharusnya adalah Selandia Baru dengan Italia dan Inggris dengan Prancis.

Pertandingan yang seharusnya diadakan di Stadion Nissan di Yokohama dan Stadion Toyota di Prefektur Aichi untuk pertama kalinya dibatalkan dalam sejarah Piala Dunia Rugby.

Badai juga memaksa adanya penutupan di Tokyo Disneyland dan Drisney Sea. Grand Prix Suzuka pun juga terancam terganggu.

Bahasa Tagalog

Topan Hagibis yang merupakan badai topan besar dan menakutkan selama 6 dasawarsa ini ternyata namanya berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.

Melansir dari ABS CBN Hagibis memiliki makna kecepatan dan kekuatan.

Adapun selama ini, penamaan siklon merupakan sumbangan nama yang diberikan oleh 14 negara dan wilayah.

Tak hanya itu, Hagibis, ternyata juga memiliki kesamaan nama dengan nama Band Filipina yang sudah ada sejak tahun 1979.

Pembicaraan tentang Topan Hagibis belakangan ini, mengingatkan kembali orang-orang terhadap kehadiran band beranggotakan para pria tersebut.

Mengingat topan kali ini bukanlah topan yang bisa dipandang remeh.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo mengeluarkan imbauan di antaranya adalah agar para WNI di Jepang melakukan persiapan dan jika perlu segera mengungsi.

Mereka diimbau untuk menghubungi 119 untuk pertolongan medis darurat. Serta untuk menghubungi hotline KBRI Tokyo dalam keadaan darurat di nomor 08035068612 dan 08049407419.

Baca juga: Langit Ungu Jelang Topan Hagibis Jadi Tanda Bencana, Ini Penjelasannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi