Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bagas, Ubah Trauma Bullying Jadi Dua Novel

Baca di App
Lihat Foto
Ahmad Naufal Dzulfaroh
Pembicara dalam workshop Heal Note: Write Your Feeling yang menjadi salah satu rangkaian acara Archetype 3.0, 11-13 Oktober 2019 di Taman Budaya Jawa Tengah
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Salah satu pembicara dalam acara workshop "Heal Note: Write Your Feeling", Bagas Ali Prasetyo menarik perhatian peserta.

Pasalnya, di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Bagas sudah menelurkan dua novel fiksi.

Kedua novel tersebut berjudul Night Talks Before Go to Sleep dan Arial & Adara.

Namun, dibalik kesuksesannya itu Bagas memiliki pengalaman pahit di masa lalu sebagai korban bullying.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sejak kehidupan SMP-SMA saya tuh sering dibully banget karena saya tidak seperti cowok pada umumnya, kaya main futsal, main basket, olahraga," kata Bagas dalam workshop Heal Note: Write Your Self di Solo, Sabtu (12/10/2019).

"Saya tuh lebih ke nulis atau mainan atau kadang ibu saya mau kemana, saya tuh lebih ke 'bu pakai baju ini aja'," lanjutnya.

Hal itulah yang membuatnya banyak mendapatkan bullying dari teman seusianya.

Kisah ini dibagikan Bagas dalam rangkaian Archetype 3.0, acara yang diselenggarakan para mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia.

Baca juga: Menulis Ekspresif, Cara Ampuh Keluar dari Depresi dan Cegah Bunuh Diri

Dalam kisahnya, Bagas menuturkan, dulunya ia sering dianggap sebagai anak alay dan tidak punya masa depan.

Tak hanya teman Bagas, ucapan senada juga sering dilontarkan oleh tetangga rumah Bagas.

"Pernah suatu ketika, ketika ibu saya itu ikut arisan, terus tetangga saya itu nanya emang mampu bayar segitu, ibu saya cuma bilang buat kuliah Bagas, dia terus bilang emang anak itu bisa kuliah," tuturnya.

"Kita tetangga aja kaya enggak ada yang menerima, hidup itu sekejam itu," sambungnya.

Bangkit Lewat Tulisan

Namun, Bagas kemudian menyalurkan apa yang dirasakannya itu ke dalam sebuah tulisan.

Menurutnya, ia pertama kali memposting tulisannya melalui aplikasi Wattpad dan sosial media.

Tak mulus, Bagas kembali mendapat respons negatif dari teman sekelasnya.

"Nah yang sering denger dari orang-orang, ngapain sih nulis-nulis gitu, alay banget, semua aja di-posting. Nyari perhatian," kata Bagas.

"Saya cuma bisa nulis dan mengutarakan apa yang saya rasakan. Saya enggak mau berhenti, saya ingin jadi penulis," sambungnya.

Seiring berjalannya waktu, Bagas membuat akun baru di Wattpad dengan nama samaran "Adaptasi".

Dengan akun baru yang anonim itu, Bagas kemudian membuat cerita baru berjudul "Dalam Diam".

Hasilnya, cerita itu pun banyak yang membaca dan menjadi bacaan wajib di mading sekolah.

Baca juga: Tak Melulu Serius, Milenial UNS Bahas Kesehatan Mental Lewat Seni

"Sempat pas waktu itu saya upacara di barisan ketiga, ada temen yang nyamperin dan bilang eh elu yang tulisannya jelek, coba nih baca tulisannya Adaptasi," tuturnya.

Mendengar ucapan itu, Bagas mengaku sedih sekaligus senang.

Ia senang teman-temannya bisa menyukai karyanya, meski harus memakai nama samaran. Bagas menuturkan bahwa ia merasa lega ketika menyalurkan perasaannya dengan menulis.

"Kertas itu kaya temen cerita saya dan ternyata itu wow, mengurangi beban pikiran juga," ujar dia.

Titik Balik

Mahasiswa Sosiologi UNS itu menyebutkan bahwa titik baliknya adalah ketika ada sebuah penerbit yang menghubunginya.

Awalnya, Bagas sempat ragu dan mempertanyakan penerbit itu.

"Waktu itu justru saya kira bohong, penerbit itu nipu. Mana ada orang yang mau menerbitkan karya-karya saya di tengah orang-orang di sekitar aja gak ada yang suka," tutur Bagas.

Akan tetapi, setelah bertemu dengan pihak penerbit, Bagas pun menyetujuinya.

Sejak saat itu, respons orang di sekitarnya pun mulai berubah.

"Bahkan tetangga sekali pun yang enggak mau nyapa bapak ibu saya malah sering main ke rumah dan nanya gimana sih parenting yang bener," kata Bagas.

Bagas mengatakan bahwa orang yang memiliki pengalaman seperti dirinya terkadang harus melakukan gebrakan dan pembuktian.

"Pembuktian saya adalah berkarya," tegas dia.

Ia pun bersyukur karena teman-temannya di Solo saat ini banyak yang mendukungnya.

Kini, Bagas Ali Prasetyo telah menjadi sosok yang banyak menginspirasi orang. Ia kerap diundang untuk mengisi acara di berbagai daerah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi