Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecanduan Media Sosial, Saat Waktu Habis untuk Main Facebook, Instagram, dan Twitter...

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi media sosial
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - "Ting, tung!" mendengar bunyi tersebut, apakah Anda akan segera mengecek ponsel Anda?

Atau, Anda termasuk tipikal yang tak bisa lepas dari ponsel dalam keadaan apa pun?

Perilaku sering mengecek ponsel itu, atau hanya sekadar berselancar di media sosial bisa jadi tanda-tanda kecanduan jejaring sosial.

Dilansir dari Lifewire, kecanduan jejaring sosial merupakan istilah yang biasanya digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang menghabiskan terlalu banyak waktu guna berselancar di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika tak dibatasi, aktivitas seperti ini bisa mengganggu aspek kehidupan keseharian lainnya.

Meski demikian, tidak ada pengakuan resmi dari pihak medis mengenai kecanduan medua sosial sebagai suatu penyakit atau gangguan.

Definisi kecanduan jejaring/media Sosial

Pada umumnya, kecanduan mengacu pada perilaku kompulsif yang mengarah pada efek negatif.

Tetapi, dalam sejumlah kasus, orang dengan kecanduan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan tertentu dengan frekuensi tinggi.

Baca juga: Kecanduan Internet, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Akhirnya, aktivitas tersebut menjadi kebiasaan yang dianggap berbahaya.

Dengan frekuensi yang dilakukan terlalu sering, maka dapat dimungkinkan kecanduan berdampak mengganggu kegiatan penting lainnya, seperti pekerjaan di kantor atau kegiatan di sekolah.

Dalam konteks itu, mereka yang kecanduan media sosial dapat dianggap sebagai seseorang dengan paksaan untuk menggunakan media sosial secara berlebihan atau secara terus-menerus memeriksa pembaruan status di media sosial, misalnya Facebook.

Tak hanya itu, aktivitas menelusuri akun orang di media sosial selama berjam-jam juga termasuk dalam perilaku kecanduan jejaring sosial.

Akan tetapi, sulit untuk menentukan kapan suatu kegemaran atau suatu kegiatan digolongkan menjadi kecanduan yang menjadi kebiasaan atau kecanduan yang merusak.

Berbagai riset

Apakah menghabiskan 3 jam dalam sehari di Twitter dengan membaca twit dari orang-orang secara random termasuk dalam kecanduan Twitter?

Menjawab pertanyaan ini, para peneliti di Universitas Chicago menyimpulkan, kecanduan media sosial bisa lebih kuat daripada kecanduan rokok dan kecanduan minuman keras.

Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mereka melakukan eksperimen yang mencatat kadar ketagihan dari ratusan orang selama beberapa minggu.

Dari eksperimen tersebut, ditarik kesimpulan bahwa kecanduan media sosial menduduki peringkat teratas daripada kecanduan rokok dan alkohol.

Sementara, peneliti di Universitas Harvard menghubungkan orang-orang dengan mesin MRI fungsional untuk memindai otak para pecandu media sosial dan melihat apa yang terjadi saat mereka berbicara tentang diri mereka sendiri.

Tindakan ini merupakan bagian terpenting dari apa yang dilakukan orang di media sosial.

Hasilnya, para peneliti ini menemukan bahwa komunikasi pengungkapan diri dapat merangsang pusat kesenangan otak, seperti halnya seks dan makanan.

Sejumlah dokter juga mengamati gejala kecemasan, depresi, dan beberapa gangguan psikologis pada seseorang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial.

Namun, hanya sedikit bukti yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial atau internet yang menyebabkan gejala tersebut.

Riset lainnya, seorang peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, Sherry Turkle, telah menulis secara mendalam tentang dampak media sosial terhadap hubungan.

Kesimpulannya, Turkle berpandangan, media sosial sebenarnya melemahkan ikatan manusia.

Tak hanya itu, dalam bukunya "Alone Together: Why We Expect More fom Technology and Less from Each Other", Turkle mencatat beberapa dampak negatif yang terus-menerus dihubungkan dengan teknologi.

Secara paradoks dinilai dapat membuat seseorang merasa lebih kesepian.

Namun, peneliti lain telah menyimpulkan bahwa jejaring sosial dapat membuat orang merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dan lebih terhubung dengan masyarakat.

Gangguan kecanduan internet

Beberapa orang menganggap, penggunaan media sosial secara berlebih hanyalah bentuk terbaru dari gangguan kecanduan internet.

Hal ini berawal dari, sebuah fenomena yang pertama kali ditulis seseorang pada 1990-an, ketika penggunaan internet yang berlebih dapat mengganggu kinerja seseorang di tempat kerja, di sekolah, bahkan dalam hubungan keluarga.

Hingga saat ini, masih belum ada kesepakatan bahwa penggunaan berlebih dari layanan internet atau jejaring sosial bersifat patologis atau dianggap sebagai gangguan medis.

Beberapa orang telah meminta American Psycological Association (APA) untuk menambahkan kecanduan internet pada buku pedoman kesehatan resmi tentang kelainan medis.

Tetapi, pihak APA sejauh ini menolaknya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Life Wire
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi