Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulli, Depresi dan Kiat Mengatasinya...

Baca di App
Lihat Foto
Yonhap
Mantan member f(x), Sulli, yang ditemukan meninggal dunia, Senin (14/10/2019).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Selebiriti Korea Selatan, Sulli, ditemukan meninggal gantung diri oleh manajernya, Senin (14/10/2019).

Sulli diduga mengalami depresi sehingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri.

Lalu, apa itu depresi dan bagaimana cara mencegahnya?

Menurut dokter ahli kesehatan jiwa Dharmawan AP, SpKJ, depresi merupakan penyakit yang paling banyak disebabkan oleh rasa lelah yang berlebihan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia juga mengatakan, depresi juga bisa disebabkan oleh faktor genetik yang munculnya bisa bersifat episodik dan bisa membaik dengan sendirinya.

"Depresi yang episodik ini seringkali dianggap orang bukan penyakit. Padahal, ini sudah masuk kategori penyakit karena distress dan disability," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/10/2019).

Distress merupakan kondisi mental negatif yang bisa mempengaruhi individu baik secara langsung atau tidak. Kondisi distress ini juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental lainnya.

Sementara itu, disability merupakan keterbatasan atau hilangnya kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipandang normal oleh manusia lainnya.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Sulli, Mengapa Banyak Tokoh Terkenal Alami Depresi?

Tanda-tanda depresi dan pecegahan

Agar kita lebih waspada, Dharmawan mengatakan ada gejala utama yang muncul pada penderita depresi.

Gejala tersebut bisa berupa suasana hati yang memburuk atau sedih, cepat lelah tanpa alasan dan kehilangan minat.

Gejala tambahan depresi lainnya adalah susah tidur atau insomnia, sulit konsentrasi, munculnya berbagai penyakit, munculnya perasaan pesimis dan tidak berguna.

Untuk mengatasi depresi, Dharmawan menyarankan kita untuk berlatih olah rasa atau mindfullness.

Latihan olah rasa ini bisa kita latih dengan menarik diri sementara waktu dari rutinitas untuk lebih memahami diri sendiri.

"Kita bisa coba dengan meditasi atau berdoa. Misal, setelah shalat bagi yang muslim, jangan langsung pergi. Cobalah zikir dahulu dan renungi keadaan sekitar," tambahnya.

Dharmawan juga menyarankan agar kita juga mencari support system dengan memilih teman yang bisa saling memahami.

Salah satu gejala depresi, menurutnya, adalah adanya distorsi pikiran atau pikiran yang melenceng.

Baca juga: Menulis Ekspresif, Cara Ampuh Keluar dari Depresi dan Cegah Bunuh Diri

Pikiran takut

 

Hal semacam ini bisa membuat seseorang takut untuk menceritakan permasalahan yang dialaminya karena munculnya pikiran takut dihakimi.

"Enggak mau curhat ke orang lain karena takut dihakimi itu gejala distorsi pikiran. Kita harus hati-hati," ungkapnya.

Jika ada teman atau kerabat kita yang mengalami hal itu, maka harus diajak berbicara. Dan apabila menolak, bisa dialihkan ke banyak, semisal melukis atau menulis. 

"Jika diajak melukis atau menulis mereka masih tidak mau, itu harus dibawa ke psikiater untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," kata Dharmawan.

Lebih lanjut, ia juga menyarankan agar masyarakat tak memberi stigma negatif pada orang-orang yang melakukan pengobatan ke psikiater.

Menurutnya, mereka yang ingin melakukan pengembangan diri pun bisa saja meminta bantuan psikiater.

"Jangan anggap psikiater itu dokternya orang gila. Mereka yang mau mau self development juga bisa datang ke psikiater untuk konseling," katanya lagi.

Baca juga: Awas, Terlalu Sering Konsumsi Mi Instan Timbulkan Berbagai Penyakit

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi