KOMPAS.com - Penyanyi sekaligus istri musisi Anang Hermansyah, Ashanty, didiagnosis mengidap penyakit autoimun oleh dokter.
Ashanty merasa penyakit tersebut adalah teguran dari Tuhan.
Karena itu pula, Ashanty mulai sadar bahwa ia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, waktu untuk memerhatikan kesehatannya sendiri.
Berdasarkan laporan Kompas.com, Kamis (17/10/2019), Ashanty mengaku takut jika membayangkan dampak penyakit yang dideritanya kini.
Lalu, apa itu penyakit autoimun dan bagaimana gejalanya?
Penyakit autoimun adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh kita.
Sistem kekebalan biasanya melindungi diri dari kuman seperti bakteri dan virus. Ketika ada bakteri atau virus yang masuk, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi untuk menyerang bakteri atau virus tersebut.
Biasanya, sistem kekebalan dapat membedakan sel asing dengan sel kita sendiri.
Namun pada penderita autoimun, sistem kekebalan justru keliru menyerang sel tubuh kita sendiri karena menganggapnya sebagai benda asing.
Lalu, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein yang disebut autoantibodi yang menyerang sel-sel sehat.
Baca juga: INFOGRAFIK: Apa Itu Penyakit Autoimun?
Penyebab
Beberapa penyakit autoimun biasanya hanya menargetkan satu organ. Namun, ada juga yang mempengaruhi seluruh tubuh seperti pada penderita systemic lupus erythematosus (SLE).
Para ahli belum mengetahui apa penyebab pasti penyakit autoimun ini. Menurut riset 2014, wanita lebih rentan mengalami penyakit autoimun dengan perbandingan sekitar dua banding satu.
Seringkali, penyakit ini terjadi saat wanita telah berada di masa subur, yaitu sekitar usia 15 hingga 44 tahun.
Beberapa penyakit autoimun lebih sering terjadi pada kelompok etnis tertentu, seperti lupus yang mempengaruhi lebih banyak orang Afrika-Amerika dan Hispanik daripada Kaukasia.
Penyakit autoimun tertentu, seperti multiple sclerosis dan lupus, menular dalam keluarga. Tidak setiap anggota keluarga memiliki penyakit yang sama, tetapi mereka mewarisi kerentanan terhadap kondisi autoimun.
Meningkatnya angka penderita autoimun membuat peneliti menduga faktor lingkungan seperti infeksi dan paparan bahan kimia atau pelarut juga berkontribusi pada penyakit ini.
"Diet Barat" adalah faktor risiko lain yang dicurigai mengembangkan penyakit autoimun. Makan makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan olahan tinggi diduga terkait dengan peradangan, yang mungkin memicu respons kekebalan. Namun, hal ini belum terbukti.
Riset 2015 juga membuktikan kurangnya paparan sinar matahari bisa membuat sistem kekebalan tubuh manusia cenderung bereaksi berlebihan terhadap zat-zat yang tidak berbahaya.
Baca juga: Penyakit yang Perlu Diwaspadai Saat Musim Pancaroba
Gejala
Gejala awal dari penyakit autoimun meliputi hal-hal berikut ini:
- kelelahan
- otot pegal
- bengkak dan kemerahan
- demam ringan
- kesulitan berkonsentrasi
- mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki
- rambut rontok
- ruam kulit
Pada beberapa penyakit autoimun juga memilii gejala tersendiri. Misalnya, diabetes tipe 1 menyebabkan rasa haus yang ekstrem, penurunan berat badan dan kelelahan. Lalu, ada juga penyakit Penyakit inflamasi usus yang menyebabkan sakit perut, kembung dan diare.
Perawatan
Perawatan tidak dapat menyembuhkan penyakit autoimun, tetapi hanya dapat mengontrol respons imun yang terlalu aktif dan menurunkan peradangan atau setidaknya mengurangi rasa sakit dan peradangan. Obat yang digunakan untuk perawatan autoimun antara lain:
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen (Motrin, Advil) dan naproxen (Naprosyn) obat penekan kekebalan tubuh
Perawatan juga tersedia untuk meredakan gejala seperti rasa sakit, bengkak, kelelahan, dan ruam kulit.
Makan makanan yang seimbang dan berolahraga teratur juga dapat membantu kita mengatasi penyakit ini.
Jika perlu, kita harus menemui spesialis tertentu tergantung jenis penyakit yang kita miliki.
Misalnya, kita bisa menemui ahli reumatologi untuk mengobati penyakit sendi, seperti rheumatoid arthritis serta penyakit autoimun lainnya seperti sindrom Sjögren dan SLE.
Lalu kita bisa meminta bantuan ahli gastroenterologi untuk mengobati penyakit pada saluran gastrointestinal, seperti penyakit celiac dan Crohn.
Kemudian, kita bisa meminta bantuan ahli endokrin mengobati kondisi kelenjar, termasuk penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto, dan penyakit Addison. Untuk mengobati penyakit kulit psosiaris, kita bisa menemui dokter kulit.
Baca juga: Selain Rabies, Ini 4 Penyakit karena Gigitan Anjing
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.