Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Berbicara, Kekerasan Verbal Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock.com
Ilustrasi anak stres karena banyak menerima kekerasan verbal dari orang dewasa di sekitarnya
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary


KOMPAS.com – Menahan emosi menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua, terutama dalam mendidik anak.

Salah satu yang perlu diingat adalah hindari kekerasan verbal, seperti marah atau berteriak, saat berbicara dengan anak.

Bentakan bahkan makian sering didapatkan anak-anak saat mereka melakukan sesuatu yang membuat orangtua atau orang dewasa di sekitarnya marah.

Padahal, bisa saja sang anak memang tak mengetahui apa yang dilakukannya.

Dokter Spesialis Anak dari RS Mayapada Hospital Tangerang dr. Marlyn Cecilia Malonda, SpA mengatakan, ada dampak yang akan diterima anak terkait perkembangan otaknya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ini Efek yang Akan Terjadi jika Sering Berteriak kepada Anak

Kekerasan verbal dapat membuat anak mengalami keterlambatan perkembangan, memicu komplikasi, bahkan kematian.

“Gambaran otak pada anak dengan pelecehan atau kekerasan fisik akan terlihat mengecil pada radio imaging kepala berupa gambaran atrofi kortikal seperti sesuatu yang lebih umum terlihat pada orang tua yang menderita penyakit Alzheimer,” kata Marlyn kepada Kompas.com, Senin (21/10/2019).

Akan tetapi, dampak kekerasan verbal ini masih diabaikan dan kurang dianggap penting.

Risikonya, dapat mengganggu kesehatan mental hingga gangguan pada otak.

“Beberapa penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang mengalami tekanan emosional dan kekerasan verbal sejak usia dini memiliki masalah dengan emosi dan memori,” ujar dia.

Nada suara yang melengking dan kasar akan meningkatkan tingkat stress terhadap seorang anak yang mengalaminya.

Baca juga: Tips Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak

Penelitian dari RSA Stanford pada tahun 2009 menemukan, anak-anak yang mengalami stres pasca-trauma dengan kadar hormon kortisol yang tinggi mungkin mengalami penurunan ukuran hippocampus.

Hippocamus adalah bagian otak yang memproses memori dan emosi.

Penelitian lain menyebutkan, tingginya tingkat stress di masa kanak-kanak dapat menyebabkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan obesitas pada kemudian hari.

Oleh karena itu, Marlyn mengimbau kepada seluruh orangtua maupun orang dewasa untuk meminimalisasi penggunaan kata-kata yang keras terhadap anak.

“Hindari menegur atau memarahi anak dengan kata-kata kasar ataupun dengan emosi bernada tinggi yang berkepanjangan setiap hari,” kata Marlyn.

“Kontrol emosi dan kata-kata dari mulut Anda sebagai orangtua agar tidak mencederai harga diri dan kesejahteraan emosional dan perkembangan kesehatan mental anak Anda,” lanjut dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi