Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap, Suhu Panas di Indonesia Masih Berpotensi 1 Minggu ke Depan

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi suhu ekstrem. Equinox diyakini banyak orang jadi dalang meningkatnya suhu di Indonesia.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Beberapa hari ini, masyarakat dihebohkan dengan tingginya suhu di sejumlah wilayah Indonesia.

Khalayak menyoroti suhu yang tinggi ini, bahkan sampai mengunggah konten berisi tangkapan layar suhu udara di sekitarnya.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Akhmad Taufan Maulana mengatakan, sejumlah wilayah memang tercatat mengalami suhu udara cukup tinggi.

Taufan menuturkan, pada Senin (21/10/2019) kemarin, tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi mencatat suhu maksimum tertinggi, yakni Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat celcius, Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat celcius.

"Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat celcius," kata Taufan kepada Kompas.com, Selasa (22/10/2019) siang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Cuaca Panas Landa Indonesia, Ini 3 Daerah dengan Suhu Tertinggi

Sementara itu, lanjut Taufan, stasiun-stasiun meteorologi yang ada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatat suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35-36.5 derajat celcius.

Gerak Semu Matahari

Taufan menjelaskan, berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, berkaitan dengan gerak semu Matahari.

Ia menambahkan, pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga bulan Desember.

"Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia baghian selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya," papar Taufan.

Kondisi tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.

Selain itu, ujar Taufan, terpantau dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang dapat berfungsi menghalangi panas terik matahari.

"Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara," tuturnya.

Menurut Taufan, gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Sehingga, potensi suhu udara panas seperti saat ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Baca juga: BMKG: Suhu Panas di Jakarta dan Sekitarnya Masih Akan Berlangsung Seminggu ke Depan

Waspada

Taufan mengingatkan, dalam rentang waktu kurang lebih seminggu ke depan, masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia.

"Mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya," kata dia.

Sehingga, masyarakat yang terdampak suhu udara panas diimbau minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, khususnya di wilayah berpotensi tinggi karhutla.

"BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan," ujar Taufan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi