Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Alasan Kamu Jadi Korban Ghosting, Ditinggal Pas Sayang-sayangnya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Ghosting
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Istilah ghosting mungkin sedikit tak akrab di telinga kita. Tapi, kalau fenomena ditinggal waktu perasaan sedang sayang-sayangnya mungkin lebih kita ketahui.

Ya, fenomena ghosting kerap terjadi pada dua orang yang sedang memiliki hubungan romantis. Meski begitu, fenomena ini tidak hanya terbatas pada hubungan percintaan saja,  pertemanan maupun relasi lainnya juga bisa mengalami hal ini.

Ghosting terjadi ketika salah satu dari kedua orang tersebut memutus semua jalur komunikasi tanpa memberikan penjelasan sebelumnya.

Tanda-tanda ghosting dapat dilihat apabila intensitas komunikasi menurun, banyak agenda yang dibatalkan, kebohongan-kebohongan, hingga menghilang secara perlahan maupun tiba-tiba.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apabila hal-hal tersebut terjadi, mungkin Anda sedang menjadi korban ghosting.

Selain biasa dialami pada hubungan personal antara dua orang, fenomena ghosting juga seringkali terjadi pada hubungan bisnis.

Baca juga: Di-ghosting hingga Dirampok, Pengalaman Buruk Jalani Kencan Online

Lantas, apa yang menjadi alasan pendorong dari para pelaku ghosting?

Alasan Ghosting

Melansir dari laman livescience.com, perilaku ghosting sudah ada sejak munculnya interaksi antar-manusia.

Istilah ini berawal dari konteks dua orang yang berkencan. Meski begitu, ternyata fenomena ini juga dapat terjadi pada pertemanan dan menjadi populer pula dalam hubungan profesional.

Seorang Associate Proffesor Psikologi di Winthrop University Tara Collins, tidak banyak penelitian yang diterbitkan tentang ghosting.

Namun, menurut Collins, secara psikologi, ghosting adalah sebuah strategi yang umum digunakan untuk menyudahi hubungan, terutama di era digital ini.

Di era informasi, orang lebih mudah memulai hubungan. Untuk itu, menyudahinya pun juga demikian mudah. 

Collins mengungkapkan tanpa adanya jaringan sosial yang sama antara dua orang, akan lebih mudah untuk menyudahi semuanya dan menghilang tanpa adanya konsekuensi-konsekuensi yang diperkirakan akan terjadi lebih lanjut. 

Sebabkan trauma psikologis

Melansir dari huffpost.com, ghosting dinilai sebagai cara terburuk dalam mengakhiri hubungan. Seringkali, perilaku ini justru menimbulkan konfrontasi atau dampak negatif yang lebih besar setelahnya.

Pada beberapa orang yang menjadi korban "ditinggal pas lagi sayang-sayangnya", dapat menyebabkan perasaan tidak dihargai, tidak berguna, dan terbuang.

Dikutip dari Psychology Today, perasaan yang timbul tersebut berasosiasi dengan fenomena penolakan sosial yang dialami.

Penolakan sosial menimbulkan rasa sakit yang sama pada otak sebagai sebagai rasa sakit fisik.

Dalam hal hubungan antara penolakan dan rasa sakit, ada faktor-faktor spesifik dari ghosting yang dapat berkontribusi dan menyebabkan tekanan psikologis.

Baca juga: Facebook Dating, Fitur Kencan Pesaing Tinder Resmi Diluncurkan

Jadi, terlepas dari niat yang menjadi latar belakang perilaku ghosting, ia dapat meninggalkan luka dan trauma psikologis.

Cara mengatasi dampaknya

Ghosting seringkali berasosiasi dengan perasaan sakit dan persepsi-persepsi ditolak oleh publik. Oleh karena itu, untuk meminimalisir probabilitas munculnya perasaan-perasaan tersebut, korban harus tetap menjaga hubungan sosial dengan orang-orang.

Lingkungan sosial yang tetap terjalin dapat membantu mengontrol perilaku sebagai korban. Sebab, menjadi korban ghosting mungkin akan mengakibatkan ketidakteraturan emosional di luar kendali.

Otak selalu mengatur sebuah sistem pengawasan sosial yang menggunakan mood, orang, dan lingkungan sosial untuk melatih kita bagaimana merespons situasi.

Ketika mengalami ghosting, tidak ada pemutusan hubungan, korban akan mempertanyakan diri dan pilihan yang pada akhirnya menyabotase rasa menghargai diri dan kepercayaan diri.

Oleh karena itu, tetap berinteraksi dengan orang lain dengan mempertahankan lingkaran sosial adalah sebuah upaya untuk menghindari konsekuensi negatif tersebut. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi