Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Satu Tahun Jatuhnya Lion Air JT 610

Baca di App
Lihat Foto
ADEK BERRY/AFP
Bagi Lion Air, investigasi yang dilakukan menghasilkan rekomendasi sebagai langkah perbaikan bagi Lion Air agar kecelakaan serupa tidak akan pernah terulang.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Hari ini satu tahun yang lalu, pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018.

Sebanyak 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru dinyatakan meninggal dunia.

Kronologi

Pesawat Lion Air JT-610 lepas landas pada pukul 06.20 WIB dari Bandara Soekarno Hatta dengan rute Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Pesawat dijadwalkan akan tiba di tujuan sekitar pukul 07.20 WIB.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, 13 menit setelah mengudara, pesawat jatuh pada pukul 06.33 WIB di koordinat S 5'49.052" E 107'06.628".

Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang, Danang Priandoko mengatakan, pilot sempat meminta return to base (RTB) ke petugas pengawas Bandara Soekarno-Hatta.

Baca juga: Setahun Kecelakaan Lion Air JT610 di Perairan Karawang: Apapun Hasilnya Saya Terima...

"Sempat meminta kembali, tapi rupanya tak kunjung tiba. Ternyata memang hilang kontak dan jatuh," kata Danang.

Muksi (40), warga Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakis Jaya, Karawang mengatakan, nelayan yang melaut Senin pagi sempat mendengar bunyi seperti dentuman keras.

"Bunyi keras itu kira-kira pukul 06.30," kata Muksi, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 30 Oktober 2018.

Sempat Bermasalah

Sehari sebelumnya, Minggu, sistem operasi pesawat tersebut bermasalah. Namun, pihak maskapai menegaskan bahwa masalah tersebut telah dibenahi sebelum pesawat kembali beroperasi.

"Masalah teknis pada hari sebelumnya bukan masalah yang berat karena dapat ditangani dengan cepat," kata CEO Lion Group, Edward Sirait.

Meski tak merinci, Edward mengatakan masalah teknis dialami pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 dalam penerbangan rute Denpasar-Jakarta.

Kerusakan itu ditemukan kurang dari 10 jam sebelum penerbangan pesawat yang sama.

Sesampainya di Jakarta, menurut Edward teknisi Lion Air telah memperbaiki masalah mesin sesuai prosedur yang ditentukan produsen Boeing.

Sementara itu, Corporate Communications Stratefic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menegaskan bahwa pesawat layak beroperasi dan merupakan pesawat baru.

"Pesawat dengan registrasi PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 ini buatan 2018 dan baru dioperasikan Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Pesawat dinyatakan laik operasi," kata Danang, dikutip dari Kompas.com (29/10/2018).

Baca juga: Kecelakaan JT 610, Bos Lion Air Mengaku Siap Jalankan Rekomendasi KNKT

Menurutnya, Kapten atau pilot dalam penerbangan ini sudah memiliki pengalaman lebih dari 6 ribu jam terbang dan kopilotnya memiliki pengalaman lebih dari 5 ribu jam terbang.

Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan, pesawat tersebut belum lama mengudara.

"Itu masih baru Agustus, September, Oktober. Baru dua bulan mengudara," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (29/10/2019).

Menurutnya, pesawat JT 610 milik maskapai Lion Air memiliki kurang lebih 800 jam terbang.

Hasil Investigasi

KNKT Kementerian Perhubungan telah merilis laporang akhir investigasi kecelakaan pesawat B737 MAX8 Lion Air penerbangan JT 610, Jumat (25/10/2019) lalu.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com (25/10/2019), KNKT menyimpulkan ada sembilan faktor yang berkontribusi pada kecelakaan tersebut.

Secara garis besar adalah gabungan antara faktor mekanik, desain pesawat, dan kurangnya dokumentasi tentang sistem pesawat.

Selain itu, faktor lain yang berkontribusi adalah kurangnya komunikasi dan kontrol manual antara pilot dan kopilot beserta distraksi dalam kokpit.

Berdasarkan bukti rekaman data dan percakapan selama penerbangan, KNKT menyimpulkan bahwa kopilot tidak familiar dengan prosedur, meski ditunjukkan cara mengatasi pesawat saat training.

Saat B737 MAX 8 mengalami kendala pembacaan kecepatan di udara setelah take off, kapten pilot harus meminta kopilot dua kali untuk melakukan checklist.

Butuh waktu empat menit untuk mencari prosuder yang dibutuhkan dalam buku manual pesawat.

Selain itu, faktor teknis yang terungkap adalah sensor penting yang salah dikalibrasi oleh bengkel pesawat di Florida.

Sumber: Harian Kompas, Kompas.com (Ardito Ramadhan/Andri Donnal Pitera/Heru Dahnur/Yoga Sukmana/Reska K. Nistanto | Editor: Egidius Patnistik/Anna Shofiana Syatiri/Erlangga Djumena/Farid Assifa/Sabrina Asril/Reza Wahyudi).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi