Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi Boeing 737, dari Ramai-ramai Dikandangkan hingga Adanya Retakan

Baca di App
Lihat Foto
BOEING
Boeing 737 NG
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Banyak maskapai penerbangan di AS yang harus membatalkan penerbangan pada bulan Januari dan Februari karena larangan terbang 737 Max dari otoritas penerbangan AS (FAA)

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Senin (28/10/2019), Amerika Serikat tidak akan mengizinkan Boeing 737 MAX untuk terbang lagi, kecuali masyarakat dan pembuat kebijakan di AS yakin 99,9 persen pesawat itu aman.

Pesawat jenis Boeing 737 Max telah dikandangkan di banyak negara sejak Maret lalu usai mengalami dua kecelakaan fatal berturut-turut di Indonesia dan Ethiopia dalam waktu kurang dari enam bulan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Boeing Co Dennis Muilenburg mengakui pihaknya telah melakukan kesalahan terkait kecelakaan yang menimpa 2 pesawat 737 Max.

Dilansir Reuters, Selasa (29/10/2019), pernyataan tersebut berdasarkan kesaksian tertulis Dennis yang dipublikasikan Senin (28/10/2019).

Berdasarkan data Kompas.com, berikut masalah-masalah yang terjadi dalam pesawat Boeing:

1. Kurangnya informasi soal fitur MCAS untuk pilot

Tepat tanggal 29 Oktober 2018 pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang.

Pesawat yang lepas landas pada pukul 06.20 WIB itu dijadwalkan akan tiba di tujuan sekitar pukul 07.20 WIB.

Namun, 13 menit setelah mengudara, pesawat jatuh pada pukul 06.33 WIB di koordinat S 5'49.052" E 107'06.628".

Berdasarkan laporan Kompas.com, Selasa (29/10/2019), pilot sempat meminta return to base (RTB) ke petugas pengawas Bandara Soekarno-Hatta.

Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utama menyebut, salah satu penyebabnya adalah terdapat kerusakan pada bagian Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) pesawat.

MCAS adalah fitur yang baru ada di pesawat Boeing 737-8 (MAX) untuk memperbaiki karakteristik angguk, yaitu pergerakan pada bidang vertikal pesawat pada kondisi flap up, manual flight tanpa auto pilot, dan AOA tinggi.

Sayangnya, pilot tidak mendapat informasi lengkap soal fitur tersebut dalam pelatihan maupun dalam buku panduan.

Baca juga: Ramai Inspeksi Boeing 737, Mengapa Pesawat Bisa Mengalami Keretakan?

2. Adanya retakan

Sebelumnya, Boeing menemukan 38 retakan struktural pada pesawat Boeing 737 NG produksinya di seluruh dunia.

Retakan yang ditemukan saat Boeing memeriksa 810 pesawat memicu sejumlah maskapai di dunia untuk menghentikan sementara operasional armada jenis tersebut.

Mengutip laporan Kompas.com, Sabtu (20/10/2019), Kementerian Perhubungan menyatakan ada lima pesawat Boeing 737 NG (Next Generation) dari tiga maskapai nasional yang mengalami keretakan.

Akibatnya, kelimanya harus dikandangkan untuk menjamin keselamatan penerbangan. Lima pesawan Boeing 737 NG yang mengalami keretakan, yakni satu milik Garuda Indonesia dan dua milik Sriwijaya Air dan dua pesawat milik Lion Air.

Sebelumnya pihak Boeing juga menemukan 38 retakan struktural pada pesawat Boeing 737 NG produksinya di seluruh dunia hingga memicu sejumlah maskapai di dunia untuk menghentikan sementara operasional armada jenis tersebut.

3. Pilot tidak menerima pelatihan

Dalam kasus jatuhnya Pesawat Boeing 737 milik Ethiopian Arilines, Minggu (10/3/2019), sumber dari internal maskapai menyebut pilot yang bertugas tidak menerima pelatihan soal pesawat baru Boeing 737 MAX 8.

Sumber tersebut mengaku, maskapai sebenarnya sudah membawa simulator dan mengoperasikannya dua bulan sebelum insiden terjadi.

Berdasarkan laporan Kompas.com, Kamis (21/3/2019), Kapten Yared Getachew yang berpengalaman 8.000 jam terbang, termasuk dengan pesawat 737, berlatih dengan simulator lain pada akhir September dan awal Oktober.

Getachew tidak mengikuti kursus penyegaran menggunakan simulator MAX 8 hingga insiden penerbangan 302 terjadi.

Akibat peristiwa tersebut, Boeing dan regulator penerbangan sipil Amerika Serikat mengalami masalah terkait sertifikasi pesawat 737 Max.

Tekanan semakin kuat setelah ditemukan persamaan dalam dua kecelakaan Boeing 737 Max yang menimpa Lion Air dan Ethiopian Airlines.

Hanya sehari setelah tragedi di Ethiopia yang menewaskan 157 orang itu terjadi, juri di pengadilan Washington menerbitkan surat panggilan untuk setidaknya satu orang yang terlibat dalam sertifikasi pesawat ini.

Inspektur jenderal Departemen Transportasi AS juga menyelidiki persetujuan yang diberikan Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk Boeing 737 MAX.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Ramai-ramai Larang Penggunaan Boeing 737 Max 8

(Sumber: Kompas.com/Fika Nurul Ulya, Rina Ayu Larasati, Veronika Yashinta, Ervan Hardoko)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi