Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kecanduan Game Online Bisa Sebabkan Gangguan Jiwa?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kecanduan game online
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Sepanjang Oktober 2019, ada sejumlah kasus anak dan remaja yang mengalami gangguan jiwa diduga karena kecanduan game online.

Di Semarang, Jawa Tengah, mengutip pemberitaan Kompas.com, Kamis (31/10/2019), sebanyak 8 pelajar di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Amino Gondohutomo, Kota Semarang, karena terindikasi kecanduan gawai.

Bagaimana mencegah dan membaca gejala seseorang, terutama anak, mengalami kecanduan game online?

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta Utara, dr Dharmawan AP, SPKJ, mengatakan, kecanduan game online masuk ke dalam kategori behaviour addiction.

Baca juga: Kecanduan Game Online, 8 Pelajar Dirawat di Rumah Sakit Jiwa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Behaviour Addiction menunjukkan adiksi perilaku yang mekanismenya sama dengan orang yang kecanduan obat.

“Kalau kecanduan obat itu, obatnya yang dirangsang. Tapi kalau ini (kecanduan game) perilaku yang dirangsang terus menerus ke pusat brain reward system yang terdiri dari system limbic, nucleus accumbent, serta VTA (ventral Tegmental Area),” kata dr Dharmawan, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019).

“Dopamine menggema, jadi berulang mencari kenikmatan yang sama. Makin lama makin butuh waktu lama dan orang susah mengalihkan konsentrasi,” ujar dia.

Ciri kecanduan game

Ada beberapa ciri yang bisa dibaca dari anak yang mulai kecanduan game online.

Dr Dharmawan menjelaskan, ciri tersebut di antaranya, anak akan bermain game lebih dari 30 jam dalam seminggu.

Durasi waktu ini bahkan hampir menyamai orang bekerja yang rata-rata menghabiskan waktu 40 jam dalam seminggu.

Mereka yang banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game menjadi kurang produktif.

Gejala lainnya, lanjut Dharmawan, mereka yang kecanduan game menjadi tidak bisa berkonsentrasi ketika bekerja maupun belajar.

“Salah satu ciri ketergantungan dia tak bisa mengendalikan dirinya walau dia tahu itu tak bermanfaat tapi dia tetap melakukan itu,” kata Dharmawan.

Baca juga: 3 Anak di Semarang Alami Gangguan Jiwa akibat Kecanduan Game Online

Padahal, dalam keseharian, seseorang perlu melakukan variasi kegiatan dan aktivitas.

Namun, Dharmawan menekankan, gangguan karena kecanduan game seringkali bukan persoalan primer.

Artinya, gangguan yang dialami bukan semata karena perilaku terus menerus bermain game, tetapi ada juga yang sudah mengalami gangguan mental terlebih dahulu.

"Pada beberapa kasus orang gangguan lebih dulu. Kemarin ada pasien yang menghindari masalahnya. Jadi dia depresi pada kuliahnya, dia maunya main game saja," ujar Dharmawan.

"Behaviour addiction bisa jadi gangguan utama, bisa gangguan sekunder," lanjut dia.

Kapan seseorang perlu dibawa ke psikiater?

Dr Dharmawan mengimbau para orangtua mengamati perilaku anaknya yang suka bermain game.

Jika mendapati perilaku yang sudah mengarah ke kecanduan, ia menyarankan agar membawa sang anak berkonsultasi dengan psikiater.

“Parameternya kalau enggak bisa konsentrasi karena pikirannya ke game terus,” kata Dharmawan.

Baca juga: Kecanduan Game Online, Puluhan Pelajar Diobati di Rumah Sakit Jiwa Solo

Parameter lainnya, seperti disinggung di atas, banyaknya waktu yang dihabiskan anak untuk bermain game.

Apalagi, jika si anak menunjukkan perilaku melawan hingga mengamuk ketika hendak dilepaskan dari gawainya.

“Tapi sebaiknya jangan tunggu sampai anak mengamuk. Kalau sudah mengamuk, rawat jalan susah. Anak tak bisa dikendalikan dan agresif. Harus dirawat kayak orang direhab. Karena ini masalah perilaku, masuk ke ganguan perilaku,” papar Dharmawan.

Penanganan yang biasanya dilakukan terhadap pasien dengan kondisi kecanduan game, biasanya treatment untuk mengurangi kecanduan dan melakukan upaya pengalihan.

Jika cara ini tidak berhasil, akan dilakukan pengobatan maupun terapi yang lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi