Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pertemuan Nasdem dan PKS...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman usai menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan menjajaki kesamaan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh melakukan pertemuan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, Rabu (30/10/2019).

Paloh sempat memberikan sinyal bahwa Nasdem siap menjadi oposisi ketika ditanya wartawan usai pelantikan Jokowi-Ma’ruf Amin di Gedung Kura-Kura, Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Padahal, Nasdem selama ini jelas memberikan dukungannya kepada Pemerintahan Jokowi. Bahkan tiga menteri di Kabinet Indonesia Maju berasal dari Nasdem.

Melihat hal itu, peneliti Departemen Politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, Partai Nasdem akan mengambil peran ganda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut dia, peran ganda tersebut adalah sebagai partai koalisi pemerintahan dan juga mungkin pada saat yang sama akan ikut men-challenge kebijakan pemerintah di Senayan.

"Nasdem sadar ada market politik yang besar dari pemilih yang tidak happy dengan kebijakan Gerindra masuk ke koalisi," ujar Arya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019).

Lebih lanjut, kata dia Nasdem ingin mengambil market pemilih yang preferensi politiknya bukan Jokowi dan mengambil pemilih yang dari pemilih Gerindra yang kecewa dengan pilihan Gerindra.

Selain itu, pertemuan antara Nasdem dan PKS menurutnya merupakan kode keras ke Pemerintah dan Partai Koalisi bahwa Nasdem mungkin tidak sepenuhnya happy dengan proses pembentukan kabinet.

Baca juga: Langkah Panjang Nasdem untuk 2024...

Blok Baru

Pertemuan antara Nasdem dengan PKS, imbuhnya menunjukkan Nasdem ingin membuat blok baru politik, Nasdem ingin memberikan pesan ke pemerintah, bahwa dia punya power politik yang kuat.

Ketika disinggung apakah Nasdem sepenuhnya akan menjadi oposisi, Arya tidak sependapat dengan hal tersebut.

"Karena Nasdem punya 3 kursi menteri di kabinet dan kecil kemungkinan Nasdem mau melepaskannya," lanjut dia.

Hal berbeda diungkapkan oleh Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) UI Aditya Perdana.

Ia menilai Nasdem ingin belajar dari PKS yang pernah berada dalam posisi di kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan saat itu juga sangat kritis terhadap pemerintahannya.

"Jadi, karena memang Nasdem sendiri kan waktu setelah pembentukan kabinet, kelihatan sekali punya sikap yang kritis dengan masuknya Gerindra," kata Aditya.

Meskipun, terdapat kader Nasdem yang berada di kabinet, bisa jadi nanti kader Nasdem tersebut juga cukup kritis terhadap langkahnya pemerintah.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Nasdem Jadi Oposisi?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi