Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kitabisa Mendadak Trending, Ini Sejarah Urun Dana ala Crowdfunding

Baca di App
Lihat Foto
Kitabisa.com/ Tanda Cinta untuk Haringga Sirla
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Popularitas M Alfatih Timur atau kerap disapa Timmy naik saat ia berhasil mendirikan dan menjalankan situs Kitabisa.com.

Situs ini merupakan salah satu platform penggalangan dana (social crowdfunding) untuk membantu orang.

Selain Kitabisa.com, masih banyak situs lain yang juga menawarkan jasa serupa.

Bahkan, ada beberapa dari situs-situs tersebut uang menawarkan jasa penggalangan dana untuk pembiayaan perusahaan dan proyek tertentu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tak Hanya Menkes Terawan, Crowdfunding JKN-KIS Bisa Dilakukan Siapapun. Bagaimana Caranya?

Sejarah crowdfunding

Meski begitu, proyek urun dana seperti ini ternyata tidak hanya ditemukan pada zaman modern.

Sebelum teknologi mengambil alih prosesnya, crowdfunding sudah dijalankan oleh orang-orang zaman dulu untuk membujuk tiap individu menyumbangkan dananya untuk satu tujuan.

Biasanya, para penyumbang memberikan dana secara sukarela dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

Aksi crowdfunding saat ini banyak dilakukan guna mendapatkan dana dengan jumlah tertentu. Adapun dana yang terkumpul biasanya digunakan untuk membantu seseorang atau grup bahkan hingga membiayai perusahaan awal.

Beberapa tahun terakhir, crowdfunding populer berkat maraknya situs yang menghadirkan layanan ini. Situs-situs tersebut memberikan kemudahan bagi para pencari dana dan penyumbang untuk memberikan dananya dengan cepat dan tepat.

Sejarah panjang aksi ini bisa ditarik sejak zaman dulu. Salah satu aksi nyata dari gerakan crowdfunding adalah keberadaan Patung Liberty.

Melansir laman History, dana pembuatan patung tersebut didapatkan dari sumbangan rakyat Perancis.

Pada awalnya, sejarawan Perancis, Édouard de Laboulaye mengusulkan sebuah monumen untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan AS yang terjadi pada tahun 1876.

Ide itu kemudian direalisasikan oleh pematung Frédéric Auguste Bartholdi. Ia membuat sketsa patung berupa sosok perempuan yang memegang obor.

Awalnya, sketsa ini diusulkan untuk monumen saat pembukaan Terusan Suez.

Bartholdi saat itu kemudian melakukan perjalanan ke AS pada tahun 1870-an untuk mengumpulkan dana bagi proposal monumen.

Sekembalinya dari AS, ia dan Laboulaye menciptakan Uni Franco-Amerika, dan mengumpulkan dana sekitar 600.000 franc dari rakyat Perancis. Tak hanya dari rakyat Perancis, penggalangan dana untuk patung ini pun juga dilakukan di AS.

Baca juga: OJK Resmi Keluarkan Aturan Crowdfunding, Ini Isinya

Pencetus ide ini adalah Joseph Pulitzer yang meluncurkan kampanye penggalangan dana di korannya The New York World.

Mengutip situs Virgin, hanya dalam waktu lima bulan, kampanye ini berhasil mengumpulkan dana 101.091 dollar AS.

Kala itu, obor dan lengan lengkap patung dipajang di Philadelphia, New York. Patung dengan nama resmi The Statue of Liberty Enlightening the World itu menjadi salah satu monumen yang dibiayai dengan cara crowdfunding.

Namun, patung Liberty bukanlah proyek pertama yang dibiayai dengan cara ini. Pada tahun 1713, penyair Alexander Pope mengumpulkan dana agar ia bisa menerjemahkan puisi klasik Yunani ke Bahasa Inggris.

Kemudian beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1783, Mozart menempuh jalan serupa. Dia memiliki keinginan untuk mementaskan tiga piano concerto di Wina.

Tetapi usahanya untuk mendapatkan dana tersebut gagal. Meski begitu, ia kembali mencoba penggalangan dana lain untuk menghidupkan concerto-nya.

Pada tahun berikutnya, Mozart meminta pendukungnya untuk menyumbangkan dana. Sebagai imbal baliknya, dia mencantumkan nama para pemberi sumbangan dalam naskah pertunjukannya.

Crowdfunding zaman modern

Melansir laman situs crowdfunding, Fundable, sejarah crowdfunding modern dapat ditelusiri mulai tahun 1997. Saat itu, sebuah band rock Inggris berencana untuk menggelar tur reuni.

Namun berbeda dengan band atau grup musik lain, grup band tersebut mulai mengumpulkan dana untuk tur reuninya dengan cara mengumpulkan sumbangan secara online dari penggemar.

Setelah itu, sebuah perusahaan crowdfunding didirikan.

Perusahaan yang terinspirasi dari langkah grup band tersebut dinamai ArtistShare. Perusahaan ini akhirnya menjadu platform crowdfunding pertama yang berdiri pada tahun 2000.

Lalu tak lama kemudian, banyak platform lain mulai bermunculan.

Hampir satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 2009, cara pengumpulan dana ini mulai dikenal dan digemari masyarakat. Crowdfunding saat itu muncul sebagai salah satu sumber pendanaan cepat.

Bahkan, cara pengumpulan dana ini merupakan pilihan populer para pemilik perusahaana awal untuk mendanai produknya.

Baca juga: Bikin Album dengan Crowdfunding, Ada Beban di Pundak Fourtwnty

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi