Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro Kontra Pilkada Langsung dan Pertanda Kemunduran Demokrasi...

Baca di App
Lihat Foto
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Kawal RUU Pilkada melakukan aksi damai dan pengumpulan tanda tangan dari warga yang sedang menikmati car free day di sekitar bundaran HI Jakarta Pusat, Minggu (14/9/2014). Mereka mengajak warga untuk menolak RUU Pilkada yang menghilangkan Pilkada langsung selain itu mengembalikan Pilkada kepada DPRD berarti kemunduran dalam partisipasi politik rakyat dan demokrasi substansial.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Polemik pilkada langsung kembali mencuat dalam beberapa waktu terakhir.

Hal itu tak lepas dari Mendagri Tito Karnavian yang mempertanyakan relevansi pilkada langsung saat ini usai rapat kerja dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (6/11/2019).

Ia menilai bahwa pilkada langsung memiliki mudarat yang tak bisa dihindari, seperti halnya banyak kepala daerah yang terjerat korupsi.

Meski demikian, ia juga tidak menafikan manfaat pilkada langsung bagi demokrasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh karena itu, Tito menganjurkan adanya kajian dampak dan manfaat dari pilkada langsung.

Wacana pilkada langsung kembali ke DPRD pun mulai ramai diperbincangkan.

Pilkada Langsung

Menanggapi pernyataan Mendagri, Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa partainya tetap konsisten menginginkan pilkada dilakukan secara langsung.

"Ya kita sejauh ini masih konsisten bahwa pilkada lebih baik dilaksanakan secara langsung," kata Ace, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (7/11/2019).

Hasan tak mempersalahkan apabila pilkada langsung dievaluasi, tetapi ia juga menegaskan bahwa pilkada langsung memiliki dampak positif.

Justru penghapusan pilkada langsung menjadi pertanda kemunduran demokrasi.

Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Fraksi Partai Nasdem, Saan Mustofa. Ia menegaskan, evaluasi pilkada langsung jangan sampai membawa kemunduran.

Menurutnya, pilkada langsung diubah menjadi pilkada tak langsung, hal itu bukan bentuk evaluasi.

Baca juga: Dandhy Laksono, Awkarin dan Menagih Komitmen Jokowi dalam Menjaga Demokrasi

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera juga menekankan bahwa pilkada langsung baik bagi kesejahteraan rakyat.

Karena itu, ia menilai bahwa pilkada langsung dipertahankan.

"Pilkada langsung memberi hak yang prinsip bagi rakyat untuk menentukan pilihannya," ujar Mardani, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (8/11/2019).

"Dan karena dipilih rakyat lewat pilkada langsung, kepala daerah punya posisi yang kuat karena sulit untuk dijatuhkan oleh DPRD. Dan ini memberi hak eksekutif yang kuat pada APBD," lanjutnya.

Sementara itu, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menilai wacana pengembalian pilkada langsung ke DPRD merupakan bentuk pemberangusan hak konstitusi warga negara.

Mereka juga menilai wacana itu akan melemahkan partisipasi warga yang mulai menguat.

Seharusnya keseriusan pemerintah tertuju pada pengaturan batasan belanja kampanye yang realistis dan memadai pada UU Pilkada.

Baca juga: Melihat Peluang Gibran di Pilkada Solo 2020...

Ketegangan Politik

Meski tak menyatakan secara langsung, beberapa kalangan menyoroti pelaksaan pilkada langsung.

Di antaranya adalah Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto. Ia menganggap bahwa sistem pilkada langsung yang menyebabkan tingginya biaya pemilu serta tingginya angka korupsi dan meningkatnya ketegangan politik.

Menurutnya, pilkada langsung selain berbiaya mahal juga memunculkan oligarki baru, yaitu kaum pemegang modal dan pemilik akses media yang luas.

Ia menilai jika pilkada langsung mengubah demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat menjadi demokrasi yang berbasis kekuatan kapital.

PDI-P sendiri, menurut Hasto, sejak dulu memilih pimpinan semua level kepengurusan tanpa mekanisme pemilihan langsung, melainkan melalui proses musyawarah.

Baca juga: Ketika Anak Pejabat Maju di Pilkada...

Sumber: Kompas.com (Haryanti Puspa Sari/Dylan Aprialdo Rachman/Rakhmat Nur Hakim/Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Fabian Januarius Kuwado/Bayu Galih/Jessi Carina)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi