Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Kesepian Tingkatkan Risiko Kematian bagi Penderita Sakit Jantung

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Pasien jantung menghadapi risiko kematian lebin tinggi jika mereka kesepian. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang terbit di jurnal Heart.

Penelitian itu mengatakan, pasien jantung memiliki risiko kematian lebih tinggi dalam waktu satu tahun sejak dipulangkan dari rumah sakit jika mereka kesepian.

Melansir lanan CNBC, para peneliti dalam studi tersebut melihat 13.446 pasien setahun setelah mereka keluar dari rumah sakit.

Pasien yang mereka amati antara lain mereka dengan penyakit jantung koroner, irama jantung yang tidak normal, gagal jantung, atau penyakit katup.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamatan tersebut dilakukan selama satu tahun pada 2013 hingga 2014. Adapun rerata usia para pasien adalah 66 tahun. Selain itu, 77 persen dari jumlah responden adalah laki-laki.

Ketika para pasien dipulangkan, mereka berbagi informasi kesehatan, baik fisik, kesejahteraan psikologis, kualitas hidup, tingkat kecemasan, maupun depresi.

Baca juga: Mengapa Generasi Milenial Sering Merasa Kesepian?

Para pasien tersebut juga melaporkan gaya hidup mereka, apakah mereka merokok, minum alkohol, sering minum obat, dan lain-lain. Selain itu, para peneliti juga menarik data dari kehidupan pribadi pasien, apakah mereka hidup sendiri atau bersama dengan keluarga.

Lalu mereka membandingkan data tersebut. Hasilnya, wanita kesepian hampir tiga kali lebih mungkin meninggal karena sebab apa pun daripada wanita yang tidak merasa kesepian.

Sementara pria kesepian memiliki risiko meninggal dunia dua kali lebih besar oleh karena penyebab apa pun.

"(Hasil) ini dibangun berdasarkan buktu bahwa kesepian adalah faktor risiko yang sangat serius," kata penulis utama penelitian, Anne Vinggaard Christensen.

"Sekarang kita tahu bahwa kesepian dikaitkan dengan begitu banyak hasil kesehatan yang buruk," ujar dia.

Meski begitu, terlepas dari diagnosis, kesepian juga sering dikaitkan dengan kesehatan badan. Para peneliti menemukan, pasien yang mengatakan mereka merasa kesepian hampir tiga kali lebih mungkin cemas dan tertekan.

Selain itu, mereka juga mengatakan, para pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang jauh lebih rendah dibanding pasien yang mengatakan tidak merasa kesepian.

"Perasaan subyektiflah yang penting, bukan berarti Anda hidup sendiri," kata Vinggaard Christensen.

Christensen menekankan, hidup sendiri tidak terkait dengan perasaan kesepian. Studi ini sebenarnya menjelaskan hubungan antara kecemasan, depresi, serta rasa kesepian.

Selain itu, alasan lainnya adalah para orang tua dalam studi ini lebih mungkin untuk hidup dan bersosialisasi dengan mereka yang juga sakit sehingga hubungan sosialnya menjadi negatif.

Penelitian ini bersifat observasional dan tidak dapat mengaitkan hubungan antara kesepian dan kesehatan.

Namun, para peneliti mengatakan, ada beberapa alasan untuk tingkat kematian yang lebih tinggi yang harus dipertimbangkan, yaitu perilaku, psikologis dan biologis.

Secara perilaku, orang yang merasa kesepian mungkin kurang aktif secara fisik dan tidak mengikuti aturan medis.

Baca juga: Sering Kesepian di Malam Minggu, Ini Cara Mengatasinya...

"Anda merasa kurang termotivasi untuk membuat pilihan yang sehat dibandingkan jika Anda memiliki jaringan sosial di sekitar Anda," tutur Christensen.

Secara psikologis, jaringan sosial memberikan rasa aman. Lebih lanjut, memiliki orang-orang dekat di sekitar membantu melindungi seseorang dari tekanan hidup.

Secara biologis, orang yang merasa kesepian dapat menunjukkan dampak fisik dari kesepian mereka, seperti tingkat stres yang tinggi dan fungsi kekebalan tubuh yang lebih rendah.

"Risiko kesehatan yang terkait dengan kesepian sebanding dengan risiko kesehatan yang terkait dengan obesitas parah, yang umumnya sekarang dikenal sebagai faktor risiko," ucap dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNBC
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi