Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skuter Listrik, Jawaban atau Masalah Baru di Kota Besar?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/HILEL HODAWYA
Sejumlah skuter listrik Grab Wheels diparkirkan di salah satu lokasi parkir GrabWheels di FX Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengendara mobil dan skuter listrik mendapat perhatian khusus.

Peristiwa itu menyebabkan dua pengendara skuter yakni Wisnu (18) dan Ammar (18) meninggal dunia. Sementara empat pengendara lainnya mengalami luka-luka.

Bahkan, adanya kejadian ini membuat Polda Metro Jaya akhirnya mengimbau agar para pengendara tidak menggunakan skuter listrik di jalan raya.

Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Kompol Fahri Siregar menekankan agar pengguna juga dilengkapi alat keselamatan seperti helm.

Imbauan juga diberikan kepada pengelola alat transportasi ini agar tidak menyewakan kendaraan tersebut di kawasan yang dekat dengan jalan raya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus tersebut kemudian membuahkan pertanyaan, apakah moda transportasi mikro seperti skuter listrik merupakan jawaban permasalahan transportasi perkotaan atau justru menjadi beban?

Baca juga: GrabWheels Klaim Punya Aturan buat Pengguna Skuter Listrik

Selama ribuan tahun, jalan-jalan dibangun untuk pejalan kaki, pedagang kaki lima, dan kuda, dan akhirnya untuk kereta, mobil kabel, dan sepeda.

Tetapi mulai abad ke-20, jalanan dibangun bagi para pengendara mobil pribadi dan transportasi umum.

Skuter listrik diklaim ramah lingkungan

Ditambah, populasi urban yang terus meningkat membuat masyarakat mencari alternatif khususnya di bidang transportasi.

Kota-kota besar dunia juga mengalami permasalahan serupa. Masifnya urbanisasi menyebabkan polusi dan kemacetan.

Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya transportasi publik yang disediakan. Oleh karenanya, perusahaan dan masyarakat mulai beralih ke moda transportasi alternatif untuk memudahkan mereka dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Salah satu moda tersebut adalah skuter listrik.

Di kota-kota besar, di mana moda transportasi terpadu dibutuhkan, skuter listrik dianggap sebagai salah satu jawaban untuk permasalahan tersebut.

Skuter listrik menawarkan cara yang terjangkau dan cepat untuk melakukan perjalanan singkat di kota-kota yang padat, tanpa harus berkeringat.

Melansir laman Wired, alat ini juga dapat memperluas akses ke transportasi umum, mengurangi jejak lingkungan kita, dan menghemat uang.

Terlebih, skuter elektrik dirancang tanpa bahan bakar fosil. Ini artinya, dibandingkan dengan transportasi pribadi seperti motor, skuter merupakan pilihan yang ramah lingkungan.

Dengan bepergian melalui skuter listrik, diharapkan mereka akan mengurangi volume lalu lintas, mempromosikan transportasi nol-karbon dan meningkatkan kualitas udara dengan mengurangi polusi.

Baca juga: Kasus GrabWheels, Sejauh Mana Regulasi Skuter Listrik di Indonesia?

Berbagai keuntungan penggunaan alat ini juga bisa dilihat di kota mana skuter listrik diperbolehkan. Di beberapa tempat dengan infrastruktur serta regulasi yang memadai, pengguna skuter bisa dimudahkan dengan adanya jalur khusus.

Potensi bahaya skuter listrik di jalanan kota besar

Namun kelebihan alat transportasi ini juga menyimpan potensi bahaya, apalagi jika digunakan di jalanan yang padat.

Di Copenhagen, seperti dilansir dari laman The Guardian, misalnya, masyarakat sempat melakukan protes terhadap penggunaan skuter karena dianggap dapat membahayakan tunanetra dan para pengguna kursi roda.

Bahkan ada banyak keluhan tentang trotoar yang berantakan. Tak hanya itu, banyak yang mengeluhkan jika mereka cedera.

Kemudian, risiko lain ada karena banyak pengendara yang belum familiar dengan alat ini.

Di beberapa negara, guna membuat pengendara paham cara pemakaiannya, produsen skuter membuat sebuah video tutrorial bagaimana menggunakan alat tersebut dengan benar.

Hal ini diharapkan bisa mengurangi risiko kecelakaan baik pengguna skuter maupun pejalan kaki dan pengendara lain.

Belum lagi, menurut laman Inhabitat, alat transportasi ini memiliki umur rata-rata kurang dari sebulan per skuter bersama-sama, dengan rata-rata tiga setengah perjalanan per hari, efektivitas biaya dan keberlanjutan alat tersebut pun dipertanyakan.

Klaim jika alat ini lebih ramah lingkungan juga banyak diragukan. Banyak pengguna yang berulang kali harus memperbaiki skuter mereka karena rentang penggunaan perangkat yang tidak lama.

Selain itu, ada beberapa perselisihan tentang berapa lama skuter elektrik akan bertahan. Di Paris beberapa perangkat perlu diganti setiap 28 hari sekali.

Lebih lanjut, bagian-bagian skuter listrik juga tidak mudah untuk didaur ulang. Pada akhirnya, baterai lithium-ion yang menjadi salah satu bagian penting dari alat tersebut sering dikaitkan dengan risiko lingkungan.

Dengan demikian, hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang seberapa ramah alat ini terhadap lingkungan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi