Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Indonesia, Anak Miskin akan Tetap Miskin Ketika Dewasa

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS / LUCKY PRANSISKA
Anak kecil bermain di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2010). Tumpukan sampah yang masuk TPA termasuk sampah dari DKI Jakarta sebanyak 6.000 ton per hari

KOMPAS.com - Di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin, akan tetap miskin ketika dewasa.

Kesimpulan ini ditemukan oleh para peneliti dari Smeru Research Institute lewat penelitian berjudul Effect of Growing up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia, yang dipublikasikan oleh Asian Development Bank Institute.

Penelitian itu mengungkap, anak yang pada usia 8-17 tahun hidup dalam kemiskinan, ketika bekerja pendapatannya akan 87 persen lebih rendah dari mereka yang kecilnya tidak miskin.

Kesimpulan ini didapat lewat penelitian jangka panjang terhadap 22.000 orang dari 7.224 keluarga dari tahun 1993, 2000, 2007, dan 2014.

Baca juga: Ternyata Garis Kemiskinan Indonesia di Bawah Standar Dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang diteliti berasal dari 13 provinsi dan mewakili 83 persen populasi Indonesia.

Para peneliti mencatat mereka yang berusia 8-17 pada 2000 dan 2007. Mereka kemudian dikontak lagi setelah dewasa.

Ada tujuh hal yang tadinya dikira sebagai indikator atau penentu orang miskin. Para peneliti mendata ketujuh indikator ini baik dari mereka yang miskin dan tidak.

Adapun kemiskinan yang dimaksud adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah.

Ketujuh indikator yang dicatat para peneliti yakni kemampuan kognitif dan matematika, lama bersekolah, kapasitas paru-paru, informasi tentang bagaimana mereka mendapat pekerjaan, dan kesehatan mental.

Baca juga: Jokowi: Lanjutkan Perjuangan Pahlawan, Berantas Kemiskinan dan Kesenjangan

"Contoh, karena miskin, maka tidak sehat. Jadi, pada saat dewasa sakit-sakitan, dan akhirnya tidak bisa sukses di dunia kerja," kata salah satu penelitinya, Daniel Suryadarma kepada Kompas.com, Rabu (14/11/2019).

Namun para peneliti menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuh hal itu yang bisa mengindikasikan anak akan tetap miskin setelah dewasa.

"Jadi, ada mediator lain yang tidak ada di data yang menjelaskan hubungan antara kemiskinan saat kecil dan pendapatan saat dewasa," ujar Daniel.

Daniel dan kawan-kawannya belum bisa memastikan apa yang membuat anak-anak sulit lepas dari jerat kemiskinan ketika dewasa.

Yang bisa dipastikan, anak-anak miskin ini punya selisih pendapat hingga 91 persen dibanding mereka yang kecilnya tidak pernah miskin.

Baca juga: Mendes: Peningkatan Aktivitas Ekonomi Bisa Atasi Kemiskinan di Desa

Mereka yang paling terpuruk yang berada di kelompok kedua termiskin dari bawah. Mengapa bukan yang termiskin yang paling menderita?

"Salah satu penjelasannya karena mereka lebih sering naik-turun status kemiskinan, kadang miskin, kadang tidak. Jadi bisa saja kadang dapat bantuan pemerintah, kadang tidak. Kalau yang paling miskin kan hampir selalu dapat bantuan," kata Daniel.

Keluarga miskin membesarkan anak-anak yang ketika dewasa menjadi tenaga kerja berpenghasilan rendah, bahkan setara dengan mereka yang punya keterbatasan fisik atau disabilitas.

Penelitian itu juga mengutip penelitian yang menyebutkan bahwa mereka yang berpenghasilan tinggi ketika dewasa, bukan karena punya keahlian lebih.

Baca juga: Beri Solusi soal Kemiskinan, 3 Orang Ini Raih Nobel Ekonomi

Sebab anak-anak dari keluarga miskin yang punya keahlian lebih, nyatanya juga tak bisa sesukses anak-anak yang tak miskin.

"Temuan di Indonesia ini mirip dengan di negara lain," kata Daniel.

Lihat Foto
Lihat Foto
Lihat Foto
Lihat Foto
Lihat Foto

Lihat Foto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Nibras Nada Nailufar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi