Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Konsumsi Sayap dan Ceker Ayam Sebabkan Kanker

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi sayap ayam
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Informasi tentang konsumsi sayap dan ceker ayam yang dapat memicu kanker kembali tersebar di media sosial, terutama Facebook.

Dari informasi yang beredar itu disebutkan, kedua bagian tubuh dari hewan konsumsi ini disebut mengandung banyak kandungan kimia dari hasil penyuntikan yang dilakukan selama masa diternakkan.

Namun, informasi ini dibantah oleh dokter spesialis kanker dan menyebutkan bahwa informasi itu tidak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Sejumlah akun di Facebook mengunggah informasi yang menyebut mengonsumsi sayap dan ceker ayam dapat memicu kanker.

Berikut narasi lengkap yang disebarluaskan oleh akun-akun tersebut:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[SEKILAT INFO KESEHATAN]

"SAYAP & CEKER AYAM ? "

Entah Anda sudah menikah atau belum menikah, maka perempuan harus berhati². Baru² ini artis Tionghoa Xia Yi divonis tumbuh LISTS dalam rahim (kista coklat) dan Hu Qing Wen melakukan operasi tumor yg penuh dengan darah, dan darahnya berwarna hitam gelap. Mereka berpikir bahwa setelah operasi akan sembuh, tetapi hanya beberapa bulan kambuh lagi, sehingga akhirnya mereka melakukan konsultasi ke ginekolog.

Dokter Ginekolof tsb kemudian bertanya : "Apakah Anda suka makan sayap ayam, dia sangat terkejut ?

"Loh, koq dokter bisa tahu kesukaanku ?

"Hormon pertumbuhan (growth-hormone) ayam ataupun antibiotiknya, selalu diinjeksi di bagian sayap, atau leher ayam. Sementara kaki Ayam tempat menimbun "end product" antibiotik dan turunan "second hormonal" Dokter tsb meneruskan : Karena itu kegemaran makan sayap ayam atau kaki, akan serta merta menambah sekresi hormon bagi wanita. Akibatnya "second hormonal" tsb akan terakumulasi menjadi TOXIN yg ujung²nya menjadi karsinogen, sehingga wanita pengkonsumsi SAYAP + KAKI ayam sangat rentan terkena kanker yg berkenaan dengan kelenjar hormonal seperti : kanker rahim, cervix dan payudara. Oleh karena itu, kami menyarankan Anda jangan "banyak" mengkonsumsi sayap ayam atau kakinya.

Saat ini 80% wanita memiliki fibroid rahim dan mudah untuk mendapatkan kista coklat tersebut.

Ketika Anda menerima pesan ini, Apa yg akan Anda lakukan ? Meneruskannya kepada teman dan keluarga di sekitar (teman² terutama perempuan). Atau end-chat dan skeptis ? Ekspektasi saya : Jika di friend-list anda ada 851 kontak, cukup 10 orang saja yg men-share ulang, sehingga minimal juga ada 10 orang yg baca. Snow ball effect, siapa tau di kelipatan kesekian ada yg TERTOLONG Karena anda peduli... indahnya berbagi..

Benarkah informasi tersebut?

Penelusuran Kompas.com

Jika ditelusuri lebih lanjut, informasi seperti ini sudah berulang kali disebarkan, bahkan sejak tahun 2014.

Dua tahun berselang, pada 2016, informasi yang sama kembali tersebar, dan terulang pada September-November tahun ini.

Tak hanya di Indonesia, informasi mengenai konsumsi sayap ayam bisa memicu kanker juga tersebar di negara lain, salah satunya di Amerika Serikat sejak tahun 2004.

Hal ini seperti dimuat media cek fakta Snopes.

Penggunaan bahan-bahan kimia pada unggas hingga tumbuh lebih besar dan cepat menjadi hal yang banyak dicurigai dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.

Departemen Ilmu Peternakan North Carolina State University (UNC) mencatatnya sebagai mispersepsi masyarakat menanggapi keberadaan ayam yang lebih besar dari yang ada sebelumnya.

Mereka berpikir bahwa unggas-unggas itu mendapat suntikan hormon tertentu.

Padahal, itu merupakan hasil rekayasa genetika yang sudah dilakukan untuk kepentingan industri unggas agar berjalan lebih optimal dan sama sekali tidak membahayakan kesehatan.

Dalam sebuah penelitian dari Divisi Pertanian University of Arkansas disebutkan, ayam yang dikonsumsi di Amerika tidak diberikan suntikan steroid untuk mempercepat pertumbuhannya.

Selama belasan tahun, ayam sudah dikembangbiakkan sedemikian rupa sehingga tumbuh dengan lebih besar, cepat, dan dengan pakan yang lebih sedikit.

Badan obat-obatan dan makanan Amerika, Food and Drugs Administration (FDA) menyatakan, kadar residu hormon yang terdapat dalam hewan-hewan konsumsi ada di ambang batas aman sehingga tidak akan menimbulkan efek apa pun pada manusia.

Jika memang harus menggunakan hormon yang membantunya tumbuh lebih besar, maka itu harus dilakukan dengan cara disuntik.

Namun, cara ini harus dilakukan secara teratur dan akan merepotkan para peternak.

Selain itu, FDA sudah melarang penggunaan hormon tersebut pada unggas sejak tahun 1960.

Penjelasan dokter

Mengonfirmasi informasi yang berkembang di Facebook, Kompas.com menghubungi dokter spesialis onkologi RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, dr. Walta Gautama, Sp.B(k) Onk.

Dokter Walta menegaskan, informasi itu hoaks.

"Itu hoaks, penyuntikan hormon untuk ayam potong sudah dilarang sejak 1970, jadi yang disuntikkan adalah vaksin," kata dia saat dihubungi via pesan tertulis, Sabtu (16/11/2019).

Ia menjelaskan, jika memang ayam mengandung bahan kimia akibat suntikan yang diberikan, maka bagian yang akan terkontaminasi tidak hanya sayap dan cekernya.

"Apa yang disuntikkan tentu akan diolah seluruh badan dan tidak cuma dideposit di bagian tubuh tertentu seperti sayap dan ceker," ujar dr. Walta.

Dokter ahli bedah onkologi ini juga mengatakan, jika ayam potong itu tumbuh besar dan lebih cepat karena hasil rekayasa genetika, maka tidak membahayakan.

"Sama seperti dulu padi hanya bisa dipanen setahun sekali sekarang 3-4 kali setahun. Demikian juga kelapa untuk kopra dibuatlah kelapa hibrida yang tumbuhnya tidak tinggi-tinggi sehingga mudah dipanen," jelas dia.

Kesimpulan

Dari hasil penelusuran Kompas.com dan konfirmasi kepada ahli, maka informasi bahwa konsumsi ayam dan ceker bisa memicu kanker merupakan hoaks.

Ahli juga mengingatkan masyarakat untuk lebih selektif dalam menerima beragam informasi yang beredar, terutama berkaitan dengan kesehatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi