Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update PVMBG: Ini Kondisi Terkini 12 Gunung Api di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Dok. PVMBG
Penampakan Gunung Merapi dari Pos Selo, Boyolali, Senin (18/11/2019) pukul 06.02 WIB.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia berada di lingkaran Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire dengan gunung api yang tersebar hampir di seluruh wilayah Tanah Air.

Masyarakat yang tinggal di kawasan ini, terutama yang berada di wilayah dekat gunung api, perlu mengantisipasi bencana dan meningkatkan upaya penyelamatan.

Pada Minggu (17/11/2019) kemarin, Gunung Merapi meletus dengan ketinggian kolom 1.000 meter.

Hingga Senin (18/11/2019) ini, kondisinya dilaporkan aman, meski masih ada larangan beraktivitas dengan radius 3 kilometer.

Bagaimana dengan situasi gunung-gunung api lainnya di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (18/11/2019) pagi, memberikan laporan terkini 12 gunung api di Indonesia.

Baca juga: Aman, Kondisi Terkini Gunung Merapi Pagi Ini

Berikut penjelasannya:

Gunung Api Sinabung

Gunung setiggi 2.460 meter di atas permukaan laut ini mengalami erupsi sejak tahun 2013.

Terakhir, tingkat aktivitas vulkaniknya turun menjadi Level III atau Siaga sejak 20 Mei 2019.

Letusan terakhir yang tercatat terjadi pada 9 Juni 2019 menghasilkan kolom erupsi 7.000 meter.

Kasbani mengatakan, menlalui rekaman seismograf pada Minggu (17/11/2019), tercatat gunung api ini mengalami 4 kali gempa Hembusan, 4 kali gempa Tornillo, 2 kali gempa low frequency.

Selain itu, Gunung Sinabung juga mengalami 2 kali gempa hybrid serta 6 kali gempa Tektonik Jauh.

Dengan adanya aktivitas ini, PVMBG menyarankan masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di desa-desa yang telah direlokasi.

Selain itu, masyarakat disarankan tidak mengunjungi area gunung dalam radius 3 kilometer dari puncak, radius 5 kilometer untuk sektor selatan-timur, dan radius 4 kilometer untuk sektor timur-utara.

Sementara, jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah. Hal ini dilakukan guna mengurangi dampak kesehatan yang diakibatkan abu vulkanik.

Masyarakat juga diimbau untuk mengamankan sarana air bersih dan membersihkan atap rumah dari abu.

"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar," ujar Kasbani.

Baca juga: Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?

Gunung Api Agung

Gunung Agung masih berada pada status Siaga atau Level III.

Kasbani mengatakan, gunung api tersebut telah memasuki fase erupsi mulai 21 November 2017 setelah "tertidur" selama 53 tahun.

Adapun letusan terakhir terjadi pada 13 Juni 2019 dengan tinggi kolom yang tidak teramati.

Pada Senin pagi ini, Gunung Agung terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.

Dari puncaknya, teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis setinggi 50 meter dari puncak.

Melalui rekaman seismmograf pada Minggu (17/11/2019), gunung api ini mengalami dua kali aktivitas vulkanik, yaitu 1 kali gempa tektonik lokal dan 1 kali gempa tektonik jauh.

Sementara, rekaman seismograf pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB tercatat terdapat 2 kali gempa vulkanik dangkal.

Dengan adanya aktivitas tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Agung maupun para pendaki dan wisatawan diimbau untuk tidak berada atau melakukan pendakian dan aktivitas di sekitar Zona Perkiraan Bahaya.

Zona perkiraan bahaya berada dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

Zona Perkiraan Bahaya tersebut bersifat dinamis.

Artinya, patokan zona tersebut bisa dievaluasi dan berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan teraktual.

Selain itu, masyarakat yang bermukim da beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga harus mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.

Bahaya ini dapat terjadi terutama saat musim hujan yang mengakibatkan terpaparnya material erupsi di area puncak.

"Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung," ujar Kasbani.

Gunung Api Karangetang

Gunung api yang berada di Provinsi Sulawesi Utara ini berada dalam status Siaga.

Letusan terakhir Gunung Karangetang pada 25 November 2018 menghasilkan kolom erupsi setinggi 500 meter dengan warna kolom Kelabu.

Pada hari ini, gunung ini terlihat jelas hingga tertutp Kabut 0-II.

Berdasarkan pengamatan PVMBG, asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi sekitar 150 meter dari puncak.

Sepanjang Minggu kemarin, terdapat empat beberapa aktivitas vulkanik yang tercatat melalui rekaman seismograf, seperti 190 kali gempa guguran, 17 kali gempa embusan, 2 kali gempa Hybrid atau fase banyak.

Ada pula 66 kali gempa tektonik jauh dan tremor menerus dengan amplitudo 0,25-3 milimeter (dominan 2 milimeter).

Kondisi gunung ini membuat PVMBG menyarankan agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan untuk tidak mendekati zona prakiraan bahaya dalam radius 2,5 kilometer dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (Kawah Selatan).

Masyarakat juga diimbau agar menjauhi area perluasan sektoral dari Kawah Dua ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 kilometer, serta dari kawah utama sejauh 3 kilometer ke arah barat.

PVMBG juga mengeluarkan rekomenasi agar masyarakat di sekitar Gunung Karangetang menyiapkan masker penutup hidung dan mulut guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan pernapasan saat terjadi hujan abu.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak gunung agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang.

Ancaman bahaya ini dapat mengalir hingga ke pantai.

Gunung Api Soputan

Selain Gunung Karangetang, gunung api lain di wilayah Sulawesi Utara juga masih berada pada Level II atau Waspada.

Gunung Api Soputan mengalami letusan pada 18 Desember 2018 yang menghasilkan kolom erupsi setinggi 7.000 meter.

Pada pagi ini, gunung api tersebut terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.

Asap kawah utama juga teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 20-50 meyer dari puncak.

Selama Minggu, gunung api ini mengalami beberapa aktivitas vulkanik antara lain 16 kali gempa Guguran, 20 kali gempa Tektonik Jauh, dan 9 kali gempa Harmonik.

Atas adanya aktivitas dan kondisi tersebut, PVMBG mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Selain itu, masyarakat diimbai agar tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah sektor arah barat-baratdaya sejauh 2,5 kilometer yang merupakan daerah bukaan kawah.

Imbauan dikeluarkan guna menghindari ancaman leleran lava dan awan panas guguran.

Kemudian masyarakat harus mewaspadai adanya ancaman aliran lahar terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan.

Adapun sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang, dan Londola Kelewahu.

Apabila terjadi hujan abu, masyarakat dianjurkan agar menggunakan masker penutup hidung dan mulut.

Gunung Api Anak Krakatau

Gunung api yang berada di Selat Sunda ini berada di Level II atau Waspada sejak 25 Maret 2019.

Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian 157 meter dari permukaan laut tersebut mulai mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018 dan diikuti serangkaian erupsi periode September 2018 hingga Februari 2019.

"Letusan terakhir terjadi pada tanggal 13 Noember 2019 mengasilkan tinggi kolom erupsi 200 meter dari dasar kawah. Warna kolom abu teramati putih-hitam tebal," kata Kasbani.

Pagi ini, pantauan PVMBG, gunung tersebut tertutup Kabut 0-II. Melalui pantauan CCTV, terdapat asap putih tipis-tebal dengan tinggi 25-150 meter dari kawah.

Selain itu, pantauan seismograf mencatat ada 2 kali gempa Hembusan dan Tremor Menerus dengan amplitudo 1-7 milimeter (dominan 2 milimeter).

Adapun rekomendasi yang diberikan PVMBG adaalah agar masyarkat tdaik mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.

Gunung Api Merapi

Gunung yang mengalami erupsi pada Minggu kemarin tersebut terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-II pada pagi ini.

Sementara rekaman seismograf menunjukkan, pada Minggu, Merapi mengalami 1 kali gempa letusan atau erupsi, 14 kali gempa guguran, 3 kali gempa low frequency.

Gunung api ini juga mengalami 52 kali gempa hybrid atau fase banyak, 7 kali gempa vulkanik dangkal, dan 4 kali gempa vulkanik dalam.

PVMBG menyatakan Merapi masih memiliki potensi ancaman bahaya berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava serta jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

Dengan adanya aktivitas ini, masyarakat diharapkan waspada dan mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif.

"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," kata Kasbani.

Gunung Api Dukono

Gunung api di Provinsi Maluku Utara itu mengalami erupsi menerus dengan tingkat aktivitas ada Level II atau Waspada.

Letusan terakhir gunung api ini terjadi pada 16 November 2019 yang menghasilkan tinggi kolom erupsi hingga 600 meter.

Kondisi pada pagi ini, Gunung Api Dukono terlihat jelas dengan asap kawah utama teramati berwarna putih dan kelabu.

Adapun intensitas tebal tinggi sekitar 200-700 meter dari puncak.

Rekaman seismograf pada Minggu menunjukkan beberapa aktivitas vulkani yang terpantau seperti 1 kali gempa Tektonik Lokal, 4 kali Gempa Tektonik Jauh, Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-2,0 milimeter (dominan 2 milimeter).

Dengan adanya aktivitas ini, masyarakat diimbau agar tidak beraktivitas dan mendekati Kawah Malupang Warirang dalam radius 2 kilometer.

Selain itu, PVMBG menyarankan agar masyarakat menyediakan masker atau penutup hidung dan mulut guna menghindari ancaman bahaya abu vulkanik.

Hal ini dilakukan mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik terjadi. Selain itu, sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin.

"Sehingga area landaan abunya tidak tetap," kata Kasbani.

Gunung Api Ibu

Gunung lain di Maluku Utara juga berada dalam status Waspada.

Gunung dengan ketinggian 1.340 meter ini mengalami erupsi secara menerus sejak tahun 2008.

Melalui rekaman seismograf diketahui pada Minggu tedapat 66 kali gempa Ltusan, 131 kali gempa Hembusan, 31 kalli gempa Guguran, dan 46 kali tremor Harmonik.

Lalu ada pula 1 kali gempa Tektonik Lokal dan 23 kali gempa Tektonik Jauh.

Dengan adanya hal ini, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Ibu tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer.

Imbauan ini juga berlaku di area perluasan sektoran yang berjarak 3,5 kilometer ke arah bukaan di bagian uatar dari kawah aktif Gunung Ibu.

Gunung Api Gamalama

Gunung Gamalama saat ini berada di Level II atau Waspada.

Melalui rekaman seismograf pada Minggu, diketahui terdapat 1 kali gempa Low Frequency, 3 kali gempa Vulkanik Dalam, dan 30 kali gempa Tektonik Jauh.

Adapun rekomendasi PVMBG adalah sebagai berikut

Masyarakat di sekitar Gunung Gamalama tidak diperbolehkan beraktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari kawah puncak gunung.

Kemudian pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Gamalama agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berula aliran lahar.

Gunung Api Kerinci

Aktivitas vulkanik Gunung Api Kerinci pada Minggu tercatat ada 101 kali gempa Hembusan dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-4 milimeter (dominan 1 milimeter).

Gunung ini masih berada di Level II atau Waspada serta mengalami erupsi tidak menerus.

Letusan terakhir terjadi pada 30 Maret 2019 dan menghasilkan tinggi kolom erupsi 600 meter.

Pada pagi ini, gunung api tersebut terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III. Asap kawah juga teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 50-300 meter dari puncak.

Adapun rekomendasi yang diberikan agar masyarakat di sekitar Gunung Api Kerinci tidak mendaki kawah yang di puncak dalam radius 3 kilometer dari kawah aktif.

Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius bahaya/KRB III.

Jalur penerbangan di sekitar Gunung Api Kerinci sebaiknya dihindari.

Alasannya, gunung api tersebut bisa sewaktu-waktu memiliki potensi letusan abu dengan keetinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.

Gunung Api Bromo

Letusan terakhir Gunung Bromo tercatat terjadi pada 19 Juli 2019 dengan tinggi kolom eripsi tidak teramati.

Hingga saat ini, status Bromo masih di Level II atau Waspada.

Kondisi terakhir gunung api tersebut terlihat jelas dengan asap kawah uatama berwarna putih beritensitas tipis 50-100 meter dari puncak.

Adapun rekaman seismograf menunjukkan Gunung Api Bromo mengalami 1 kali gempa Tektonik Lokal dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-1 milimeter sepanjang Minggu.

Dengan aktivitas ini, masyarakat diimbau agar tidak memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif.

Gunung Api Slamet

PVMBG mencatat melalui rekaman kegempaan dan deformasi terdeteksi aktivitas gunung mengalami kenaikan pada Juni 2019.

Kondisi terakhir, gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-ii. Pada kawah teramati asap berwana putih dengan intensitas tipis tinggi sekitar 20-25 meter dari puncak.

Adapun rekaman seismograf pada Minggu mencatat, Gunung Api Slamte mengalami 600 kali gempa Hembusan dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5-3 milimeter (dominan 2 milimeter).

Dengan adanya aktivitas ini, PVMBG mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 2 kilomter dari kawah puncak gunung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi