Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Plastik Impor yang Dianggap "Racuni" Indonesia dalam Sorot Media Internasional...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Pekerja mengambil sampah plastik impor untuk bahan bakar tungku pemasak kedelai pada industri tahu di Desa Tropodo, Sidoarjo, Selasa (18/6/2019).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Masalah pembakaran dalam pembuatan tahu di Indonesia yang menggunakan bahan bakar plastik impor dari negara barat, menjadi perhatian internasional.

Setidaknya, 3 media besar dunia menjadikannya sebagai salah satu sorotan mereka dalam pemberitaan pekan lalu.

Ketiganya adalah New York Times, BBC, dan The Guardian. Berikut ini informasi pokok yang dituliskan dalam pemberitaan di media-media tersebut.

Baca juga: Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

New York Times

New York Times mengangkat kasus pabrik tahu di Indonesia dengan judul To Make This Tofu, Start by Burning Toxic Plastic.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plastik-plastik ini berasal dari Amerika Serikat dikirimkan ke Indonesia, kemudian digunakan sebagai bahan bakar.

Pembakaran ini menghasilkan senyawa kimia yang mematikan, juga membuat tahu yang diproduksi terkontaminasi.

Di Amerika, plastik-plastik itu sudah dibuang dan masuk dalam bak-bak sampah untuk didaur ulang.

Tak diketahui bagaimana caranya bisa sampai di Indonesia dan digunakan untuk bahan bakar utama di pabrik-pabrik tahu, selain kertas.

New York Times menyambangi wilayah Tropodo di Sidoharjo, Jawa Timur dan melihat secara langsung proses pembuatan tahu di pabriknya.

Asap hitam yang dihasilkan membawa dampak kesehatan tersendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh aliansi lingkungan IPEN, telur dari ayam yang hidup di desa itu mengandung senyawa dioxin yang disebut mampu menyababkan kanker, cacat lahir, dan parkinson apabila dikonsumsi terus-menerus.

Semua ini dipandang sebuah penyimpangan dan kecerobohan yang terjadi akibat lemahnya pengawasan dari pemerintah.

Baca juga: Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

BBC

Sementara itu, BBC menurunkan tulisan berjudul "Western Plastic ' Poisoning Indonesian Food Chain" untuk memberitakan masalah pabrik tahu di Indonesia.

Sampah-sampah plastik yang datang dari negara barat disebut telah masuk sebagai racun dalam rantai makanan di sebagian wilayah di Indonesia.

Pasalnya, plastik itu digunakan sebagai bahan bakar pembuatan tahu, salah satu bahan makanan lokal yang seharusnya kaya protein nabati dan menyehatkan.

Racun yang dihasilkan dari proses pembakaran itu bernama dioxin.

Racun itu ditemukan dalam bahan makanan yang ada di sekitar pabrik tahu, dengan kandungan 70 kali lebih tinggi dari standar aman yang ditetapkan Eropa.

Dalam jangka panjang, konsumsi bahan makanan yang mengandung dioxin dengan kadar setinggi ini akan mendatangkan kemungkinan kanker, gangguan kekebalan tubuh, dan gangguan pertumbuhan.

Pemerintah menyebut akan mengembalikan plastik-plastik penyebab dioxin itu kembali ke negara asalnya.

Baca juga: Pembakaran Plastik oleh Pabrik Tahu Timbulkan Polutan Dioxin, Apa Itu dan Seberapa Bahaya?

The Guardian

Media lainnya yang menyoroti yang hal yang sama adalah The Guardian.

The Guardian memberitakan dengan judul "Indonesia's Food Chain Turns Toxic as Plastic Waste Exports Flood In".

Fokus pembahasan The Guardian juga seputar racun dioxin yang ditemukan dalam sampel makanan yang diuji di sekitar kawasan pabrik tahu di Sidoarjo, Jawa Timur.

Bukan hanya dioxin, senyawa bifenil poliklorinasi juga ditemukan di telur-telur yang dijadikan sampel penelitian mereka.

Dua senyawa ini sudah sejak lama dikenal sebagai racun yang sangat berbahaya bagi kesehatran manusia.

Semua ini bisa terjadi akibat adanya kesalahan manajemen limbah dan impor limbah plastik yang dilakukan.

Baca juga: Pabrik Tahu Gunakan Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Kata Walhi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi