Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jokowi Butuh Staf Khusus dari Kalangan Milenial?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A
Staf khusus Presiden Joko Widodo yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Maruf, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar dan Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia menjawab pertanyaan wartawan saat diperkenalkan di halaman tengah Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019). Ketujuh stafsus milenial tersebut mendapat tugas untuk memberi gagasan serta mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menambah jumlah staf khususnya pada Kamis (21/11/2019).

Di Beranda Istana Merdeka, Jakarta, Jokowi memperkenalkan 7 orang staf khusus baru dari kalangan milenial.

Mereka adalah Putri Indahsari Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Ayu Kartika Dewi, Angkie Yudistia, Gracia Billy Yosaphat Membrasar, Andi Taufan Garuda, dan Aminuddin Ma'ruf.

Dengan tambahan 7 anak muda ini, maka total jumlah staf khusus Jokowi adalah 13 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, telah ada 6 orang staf khusus dari berbagai kalangan, politisi hingga mantan aktivis.

Mengapa Jokowi membutuhkan staf khusus dari kalangan milenial?

Baca juga: Ada 7 Milenial, Bagaimana Aturan Penunjukan Staf Khusus Presiden?

Jokowi perlu ide segar

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati menilai, ada dua alasan utama dipilihnya milenial menjadi staf khusus presiden.

Pertama, karena Presiden Jokowi memerlukan ide-ide, gagasan-gagasan yang segar, kreatif dan inovatif.

"Hal itu karena Jokowi ingin mempercepat realiasi dari program-program di periode kedua ini," ujar Mada saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (23/11/2019).

Alasan kedua, menurut dia, Jokowi ingin memberikan pesan kepada para politisi serta partai-partai pendukungnya.

Pesan itu, bahwa pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya sangat poitik, subyektif, serta jangka pendek, dapat diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan yang non-politik, out of the box, dan jangka panjang.

"Diharapkan datang dari para staf khusus presiden yang milenial tersebut," kata Jokowi.

Mengenai fleksibilitas kerja para staf khusus, Mada menilainya bukan sesuatu yang harus dipersoalkan.

Para staf khusus presiden ini memang diperbolehkan kerja dari mana saja dan tidak full time.

Menurut dia, kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan dan dapat melakukan pekerjaan dari mana saja.

"Jadi saya kira itu enggak masalah, stafsus presiden kerja dari mana saja dan kapan saja, karena zaman sekarang tidak terkendala komunikasi," ujar dia.

Mada mengatakan, salah satu fungsi utama staf khusus adalah memberikan opsi-opsi kepada presiden terhadap kebijakan atau keputusan-keputusan yang akan diambil untuk merespons sesuatu.

Baca juga: Bertambah 7 Milenial, Apa Tugas Staf Khusus Presiden?

Jangan berharap berlebihan

Meski demikian, Mada mengingatkan, tak perlu berharap secara berlebihan terhadap staf khusus presiden.

"Ya menurut saya enggak usah terlalu berharap banyak bahwa mereka (stafsus presiden) akan mengubah Indonesia secara cepat dan masif," ujar dia.

Pasalnya, penunjukan staf khusus presiden ini adalah bagian dari upaya Presiden Jokowi untuk menghadapi masalah, kendala, dan tantangan di periode keduanya.

Sebelumnya, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, tugas utama para staf khusus milenial adalah menjembatani Istana Kepresidenan dengan kalangan muda.

Melalui stafsus milenial ini, pemerintah berharap masukan yang utuh untuk membangun Indonesia.

"Presiden ingin ada yang menjadi jembatan, bridging. Bridging antara Istana dengan publik, bridging antara senior dengan junior, bridging antara orang yang gagap teknologi dengan yang maju di pemikiran teknologi," ujar Moeldoko, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Jumat (22/11/2019).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi